Liputan6.com, Jakarta Februari boleh jadi dikenal sebagai bulan kasih sayang. Namun film-film Hollywood yang menonjol di bulan ini justru film-film yang membetot urat saraf. Split, adalah salah satunya. Tanpa basa-basi, Split langsung menyeret penonton pada ketegangan sejak menit-menit awal.Â
Casey (Anya Taylor-Joy), Marcia, dan Claire, terbangun di sebuah ruangan tertutup yang asing. Di hadapan ketiganya, berdiri pria plontos tak dikenal yang dengan mudahnya mengangkat tubuh mereka, layaknya seenteng kapas. Jelas, mereka bukan tandingan Dennis (James McAvoy), pria yang menculik ketiganya ini.
Advertisement
Baca Juga
Tak heran, saat mengintip sosok perempuan di balik pintu yang terkunci, gadis-gadis muda ini langsung berteriak minta tolong. Namun apa yang terjadi? Sosok perempuan itu ternyata adalah Dennis yang memakai pakaian perempuan. Tak hanya masalah kostum, pembawaan Dennis pun langsung berubah total. Yang semula dingin dan maskulin, kini anggun dan berkelas. Ia, mengaku bernama Patricia.
Yang lebih mengagetkan lagi, tak lama kemudian, mereka berjumpa dengan Dennis dalam sosok yang lain lagi. Ia kini mengaku bernama Hedwig, seorang bocah lelaki bandel berusia sembilan tahun dengan lidah sedikit cadel.
Membaca keadaan ini, Casey merasa bahwa mereka tengah menghadapi pribadi-pribadi berbeda yang terjebak dalam satu tubuh. Ia pun mengambil keputusan berbahaya. Casey mulai mendekati Hedwig, memanfaatkan keluguan bocah tersebut untuk bisa meloloskan diri.Â
Casey berkejaran dengan waktu. Tak hanya untuk kabur dari kamar yang mengekangnya, ia juga dihantui pernyataan para kepribadian ini, bahwa sebuah kepribadian terakhir yang lebih berbahaya ketimbang Dennis dan Patricia, akan segera bangkit.
Kembalinya Night Shyamalan
Penggemar horor mana yang belum menonton The Sixth Sense? Film yang dibintangi oleh Bruce Willis dan Haley Joel Osment ini bahkan dianggap sebagai salah satu film horor klasik. Setelah film ini, ia kembali dengan sejumlah film horor, thriller, bahkan fantasi.
Sayangnya, karier sang penulis sekaligus sutradara film ini, M Night Shyamalan, bukannya kian kinclong. Setelah The Sixth Sense, malah banyak filmnya yang jadi bulan-bulanan kritikus. Termasuk The Last Airbender yang cuma mendapat rating 6 persen dari Rotten Tomatoes dan satu bintang dari Metacritic.
Untung bagi Shyamalan, reputasinya kini diselamatkan Split yang tayang di bioskop Indonesia pada Rabu (15/2/2017) ini. Tak hanya mendapat sambutan hangat dari kritikus, Split juga tampil perkasa, nangkring di puncak box office Amerika Serikat selama tiga minggu berturut-turut.
Kesuksesan ini bukan tanpa sebab. Split merupakan film yang cukup solid. Selain plot utama soal penculikan oleh Dennis, hadir pula plot sampingan berupa masa lalu Casey. Dan dua plot ini, berkelindan dengan apik dan saling mendukung. Ciri khas Shyamalan, berupa twist dalam cerita, masih ditemukan di sini. Begitu pula dengan nuansa "dari dunia lain" yang menguar dari pecahan karakter terakhir.
Jangan khawatir dengan jargon film ini, tentang 23 kepribadian dalam satu tubuh. Hanya lima kepribadian yang ditampilkan secara mendalam dalam film ini, dan beberapa lainnya hanya sekadar numpang lewat saja. Ini terbilang keputusan yang tepat untuk menjaga fokus cerita. Â
Satu hal yang paling menonjol dari film Split, adalah performa dari sang aktor utama, James McAvoy. Pria yang mungkin lebih dikenal publik lewat perannya sebagai Profesor X ini berhasil menampilkan kepingan kepingan kepribadian secara meyakinkan.
Bahkan saat harus memperlihatkan pecahan kepribadian tersebut secara bergantian dalam satu shot, ia menampilkannya secara mulus dan halus, tanpa meninggalkan detail kepribadian tersebut. Ia juga mampu membuat penonton simpati lewat Hedwig dan Kevin—yang cuma muncul sekelebat—sekaligus ngeri dengan evolusi kepribadiannya di akhir film.
James McAvoy, pantas mendapatkan pujian yang dialamatkan padanya atas penampilannya di film ini.
Advertisement
Mengingatkan pada Sybil dan Billy Milligan
Bicara soal kepribadian ganda, dua kisah yang paling populer tentang topik ini mungkin adalah cerita tentang Sybil dan Billy Milligan, yang merupakan kisah nyata.
Split sendiri, memiliki sangat banyak aspek serupa yang muncul dalam dua kisah ini. Contohnya, adanya kepribadian dominan yang menjadi penentu keputusan. Soal ‘lampu sorot’ yang menjadi tempat para kepribadian untuk menunjukkan diri. Juga kepribadian dengan kekuatan luar biasa, hingga soal tertidurnya kepribadian inti.
Elemen-elemen tentang kepribadian ganda yang muncul dalam Split, menjadikan film ini tontonan yang lumayan menyenangkan untuk mereka yang memang menyukai topik seperti ini.Â
Sebaliknya, bila memang belum familiar dengan topik kepribadian ganda, bukan tak mungkin Split akan membuka rasa ingin tahu Anda tentang gangguan jiwa yang kontroversial ini.
Â