Stratton: Dunia Abu-Abu Para Agen Rahasia

Dalam Stratton, para agen tak selalu digambarkan sebagai sosok protagonis yang selalu melindungi.

oleh Ratnaning Asih diperbarui 31 Mei 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2017, 10:30 WIB
Stratton
Dalam Stratton, para agen tak selalu digambarkan sebagai sosok protagonis yang selalu melindungi.

Liputan6.com, Jakarta Dunia intelejen, rasanya bakal menjadi tema yang dengan mudah menarik para penggemar film aksi. Betapa tidak, para agen rahasia ini kerap digambarkan layaknya jagoan yang mumpuni. Berdedikasi, cerdik, sekaligus jago melibas lawan di medan pertempuran.

Film terbaru yang menceritakan hal ini adalah Stratton. Kali ini, yang diangkat adalah badan telik sandi milik Inggris, MI6. Stratton yang menjadi judul film ini, adalah nama seorang agen yang diperankan oleh aktor Inggris, Dominic Cooper.

Stratton ditugaskan ke Iran untuk mengamankan sebuah senjata kimia berbahaya. Sayang, misinya berujung kegagalan. Tak hanya memakan korban jiwa sang partner sekaligus sahabatnya, MI6 juga dituding tak becus melakukan operasi ini.

Meski telah gagal sekali, Stratton kembali dipercaya sang atasan untuk menyelesaikan operasi ini. Kali ini ia mendapat rekan baru Hans (Austin Stowell), seorang prajurit muda yang cerdas namun mudah panas. Ia juga kembali ditemani oleh agen wanita berotak cemerlang, Aggy (Gemma Chan), dan Cummings (Tom Felton), agen MI6 yang lebih banyak meneliti data dari kantor.

Penelusuran Stratton dan kawan-kawan, memperlihatkan bahwa kegagalan operasi mereka di Iran didalangi oleh satu pria yang ternyata sangat berbahaya. Stratton dan kawan-kawan harus menghadapi orang ini untuk mencegah serangan terorisme yang memanfaatkan senjata berbahaya tersebut. Yang tidak mereka perhitungkan, adalah keberadaan seorang pengkhianat di antara mereka.

Seperti bisa dibaca dari sinopsis di atas, Stratton sebenarnya memiliki premis sederhana yang terasa sudah begitu akrab: tentang agen dan misi rahasianya.

Yang sedikit berbeda dalam Stratton, para agen ini digambarkan dalam nuansa abu-abu. Mereka tak selalu digambarkan sebagai sosok protagonis yang selalu melindungi. Kadang mereka juga bisa jadi pembunuh berdarah dingin. Lihat saja, betapa mudahnya mereka memanfaatkan anak-anak demi mendapatkan informasi yang mereka inginkan, atau bahkan membunuh orang yang sudah tak mereka butuhkan lagi.

Dari segi laga, film yang disutradarai Simon West ini sebenarnya menawarkan sajian yang cukup lengkap, mulai dari duel senjata api, kejar-kejaran di jalanan hingga air. Namun tak ada yang terlalu istimewa dalam elemen ini. Seperti film intel lain, diselipkan juga secuil adu strategi dan politik di tingkat atas dalam Stratton.

Untuk ukuran film laga maupun film yang menampilkan intrik dalam badan intelijen, Stratton memang bisa dibilang kurang menggigit. Sayang, mengingat film yang sedang tayang di Indonesia ini diangkat dari novel laris Duncan Falconer, mantan tentara yang kini menjadi penulis.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya