Kisah Dramatis Jemaah Haji Soejantini Dampingi Suami di Detik-Detik Terakhir Menjemput Ajal di Tanah Suci, Ikut Ucapkan Allah Allah...

Perjalanan ibadah haji 2023 menjadi pengalaman spiritual tak terlupakan bagi Soejantini. Bagaimana tidak, jemaah haji asal Demak Jawa Tengah itu, harus pulang seorang diri setelah suaminya, Suprapto, yang mendampinginya saat berangkat, wafat di tanah suci. Soejantini pulang ke Tanah Air dengan hanya menenteng koper sang suami sebagai kenang-kenangan.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 07 Jul 2023, 05:04 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2023, 05:04 WIB
Soejantini, Sosok Jemaah Haji Tegar Sepeninggal Suami di Tanah Suci
Soejantini, jemaah haji berusia 51 tahun itu tampak begitu tegar meski akan pulang ke Indonesia tanpa suaminya. ((FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023) 

Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan ibadah haji 2023 menjadi pengalaman spiritual tak terlupakan bagi Soejantini. Bagaimana tidak, jemaah haji asal Demak Jawa Tengah itu, harus pulang seorang diri setelah suaminya, Suprapto, yang mendampinginya saat berangkat, wafat di tanah suci. Soejantini pulang ke Tanah Air dengan hanya menenteng koper sang suami sebagai kenang-kenangan.

"InsyaAllah saya kuat. Karena saya sepeninggal bapak, saya sadar bahwa itu ketetapan Allah. Dan bagi saya ketetapan Allah lah yang terbaik untuk saya, sehingga saya kuat menjalankan ibadah haji," ujarnya saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah jelang kepulangan ke Tanah Air, Selasa petang (4/7/2023).

Soejantini menceritakan detik-detik kematian suaminya, Suprapto Tarlim Kertowijoyo, tak lama setelah tiba di Madinah. Saat itu jemaah Kloter SOC 03 baru mendarat di Bandara Internasional Amir Mohammed bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah pada Rabu 24 Mei 2023 sekitar pukul 23.05 Waktu Arab Saudi (WAS).

Setelah melalui serangkaian proses imigrasi di Bandara Madinah, jemaah kloter SOC 03 ini pun diberangkatkan menggunakan sejumlah bus menuju ke hotel di dekat Masjid Nabawi.

"Bapak belum dapat kamar waktu sampai hotel, terus mengantarkan saya ke kamar saya. Buka kamar saya, terus ke kamar sebelah bapak sholat. Setelah sholat mandi," kata Soejantini bercerita.

Saat itulah tiba-tiba sang suami yang masih di dalam kamar mandi minta tolong. Dengan kondisi lemas, almarhum kemudian dibopong beberapa jemaah lain berjalan keluar dari kamar mandi dan diistirahatkan di tempat tidur.

Soejantini masih sempat menggosokkan minyak kayu putih ke badan dan hidung suaminya sambil berusaha memanggil-manggil dokter. Saat itu tiba-tiba dia merasa seperti ada yang membisikinya di telinga.

"Seperti ada yang bisikin gini, 'kalau itu sudah kehendak Allah dokter pun tidak akan bisa menolong suamimu'. Saya langsung menjerit, saya bilang Lahaula wala kuwwata illa billah," ucapnya bergetar sambil menahan tangis.

Ibu dua anak ini kemudian membimbing suaminya melafazkan kalimat tauhid. "Bapak sempat lihat saya, ikut (mengucapkan) 'Allah, Allah' dua kali."

Tak berselang lama, Suprapto pun mengembuskan napas terakhirnya di samping istri dan jemaah haji lain, di tempat yang istimewa, tanah peristirahatan terakhir Nabi Muhammad SAW.

 

Tidak Ada Firasat Aneh

Soejantini, Sosok Jemaah Haji Tegar Sepeninggal Suami di Tanah Suci
Soejantini, jemaah haji berusia 51 tahun itu tampak begitu tegar meski akan pulang ke Indonesia tanpa suaminya. ((FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023) 

 

Soejantini mengaku tidak memiliki firasat apa-apa. Suaminya juga tidak pernah menyampaikan wasiat apapun sebelum meninggal di Tanah Suci. Sebelum berangkat ke Tanah Suci, almarhum Suprapto hanya bilang ke istrinya dia ingin cepat sampai di Madinah.

"Ndak ada wasiat apa-apa, karena ndak sakit sama sekali, sehat walafiat. Hanya ingin secepatnya sampai di Madinah sebelum berangkat, sampai ndak mau dibawain jaket. Pokoknya ingin cepet sampai," katanya.

"Bilangnya 'kalau nanti saya sudah di Madinah pokoknya enak' gitu," sambung Soejantini menirukan ucapan suaminya.

Meski bersedih, dia yakin kedua anaknya yang ada di Tanah Air sudah ikhlas dengan kepergian ayahnya di Tanah Suci. Apalagi sang ayah meninggal saat tengah memenuhi panggilan Allah melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci, ditambah bisa dimakamkan berdekatan dengan jasad keluarga dan sahabat Nabi.

Jemaah Meninggal di Tanah Suci Capai 384 Orang

Ilustrasi Ibadah haji (Istimewa)
Ilustrasi Ibadah haji (Istimewa)

Jumlah jemaah haji Indonesia meninggal dunia di Tanah Suci masih terus bertambah. Hingga hari ke-43 operasional haji atau Rabu (5/7/2023), jumlah jemaah Indonesia yang wafat di Tanah Suci mencapai 384 orang.

Hal ini berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) per Rabu pukul 13.00 Waktu Arab Saudi (WAS) atau 17.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Jemaah haji Indonesia terbanyak meninggal dunia di Makkah mencapai 264 orang, kemudian di Mina 64 orang, Madinah 37 orang, Arafah 15 orang, dan Jeddah 4 orang.

Kasus kematian ini masih didominasi jemaah lanjut usia (lansia) sebanyak 264 orang dengan jemaah tertua berusia 98 tahun. Sementara jemaah non-lansia (di bawah 65 tahun) yang meninggal di Tanah Suci berjumlah 120 orang dengan usia termuda 42 orang.

Berdasarkan data Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penyebab terbanyak kasus kematian jemaah haji ini adalah penyakit jantung yakni syok kardiogenik 84 kasus, infak miokard akut 82 kasus, dan sepsis (komplikasi berbahaya akibat respons tubuh terhadap infeksi) sebanyak 71 kasus. Sisanya tidak dirinci.

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Subhan Cholid mengungkapkan, seluruh jemaah meninggal di Tanah Suci akan mendapatkan hak-haknya, mulai dari pemakaman jenazah hingga asuransi yang akan diterima oleh ahli warisnya.

"Bagi para jemaah yang meninggal, dilakukan proses pemakaman. Kalau di Madinah pemerintah Arab Saudi menyiapkan beberapa lokasi, tergatung pada situasi, ketersediaan, dan kesiapan lahan. Bahkan ada yang bisa di Baqi," ujar Subhan di Jeddah beberapa waktu lalu.

Sementara yang wafat di Makkah, pemerintah Indonesia melalui PPIH Arab Saudi telah mengajukan agar jemaah tersebut bisa dimakamkan di Pemakaman Ma'la. Meski begitu, dia mengakui tidak mudah jemaah haji bisa dimakamkan di Ma'la.

"Tentu saja ada kriteria yang bisa dimakamkan di Ma'la. Tapi secara terbuka dan siap dipakai itu (pemakaman) di wilayah Soraya. Itu sebuah wilayah di dekat Arafah. Dan itu lahannya sudah disiapkan sangat luas," tutur Subhan.

Reporter: Nafisyul Qadar

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya