Hore, UMKM Dapat Relaksasi dari Perum Jasa Tirta I
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mendapatkan relaksasi berupa penundaan pembayaran angsuran pokok pinjaman dari Perum Jasa Tirta I. Tujuannya, supaya UMKM tetap bertahan di masa pandemi Corona Covid-19.
Kebijakan ini tertuang melalui Keputusan Direksi PJT I Nomor 0018/KPTS/DRUT/V/2020. Jadi terhitung sejak 1 April 2020 sampai dengan 31 Maret 2021, Perum Jasa Tirta I akan membebaskan para mitra binaan dari pembayaran angsuran pinjaman pokok mereka.
Selain kebijakan stimulus, Perum Jasa Tirta I tetap akan mengoptimalkan penyaluran dana Program Kemitraannya. Pada Semester I 2020, Perum Jasa Tirta I akan menyalurkan dana program kemitraan kepada 69 mitra binaan yang tersebar di seluruh wilayah kerja.
"Mitra UMKM yang menjadi sasaran pembinaan perusahaan diutamakan pada pelaku UMKM yang sebelumnya telah menjadi mitra binaan Perum Jasa Tirta I," ucapnya.
Nina mengungkapkan sejumlah mitra binaan UMKM tersebut telah berhasil meningkatkan omzet pendapatannya dan menjadi MB unggulan, seperti pemilik bisnis butik Lurik Senthir di Solo, Indrias Tri Purwanti, yang berhasil memanfaatkan pinjaman usaha dari dana Program Kemitraan Perum Jasa Tirta I untuk mengembangkan usahanya hingga saat ini produknya telah diekspor ke Jerman dan Australia.
Terlusur Penyebab Banjir Bandand Kota Batu, Jasa Tirta I: Hulu Brantas Cukup Kritis
Perum Jasa Tirta I berupaya mencari penyebab banjir bandang Kota Batu dengan melakukan pemotretan kondisi hulu Sungai Brantas hingga lereng Gunung Arjuna.
"Banjir di Kota Batu terjadi bukan di sungai utama Kali Brantas, melainkan di alur kecil yang terbentuk secara alami dan merupakan aliran dari lereng Gunung Arjuna," kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant, dikutip dari Antara, Sabtu (13/11/2021).
Alur ini, kata Raymond, pada musim kemarau cenderung kering dan hanya teraliri air pada saat musim hujan. Sehingga secara alami kedalaman dan lebar alur pun cenderung dangkal dan sempit.
Dalam kondisi normal, debit yang mengalir di alur semacam ini cenderung kecil mengikuti intensitas hujan di hulunya.
"Curah hujan kumulatif pada 4 November lalu hanya sebesar 80 milimeter selama dua jam. Ini artinya bukan hanya hujan yang menjadi penyebab utama banjir, melainkan debris atau material banjiran yang terbawa oleh aliran air sungai," kata Raymond.
Penelusuran dilakukan secara langsung dengan menggunakan drone selama empat hari, dari 5 hingga 9 November 2021. Dari hasil penelusuran tersebut diketahui bahwa sebagian besar lahan di hulu Brantas cukup kritis.
Area dengan tegakan pohon hanya tersisa di lereng-lereng terjal di punggung bukit, selebihnya banyak digunakan sebagai lahan pertanian dan pemukiman.
"Tutupan lahan yang kritis ini menjadi pemicu tingginya laju erosi di hulu. Dari hasil foto udara yang kami peroleh, banyak terlihat longsoran baru pada lereng-lereng Arjuna. Longsoran ini akan masuk ke alur-alur alami dan membentuk tumpukan yang membendung alur tersebut," ujarnya.