Peneliti Rancang Earphone yang Bisa Menangkap Ekspresi Wajah

Para peneliti di Cornell University mengembangkan earphone berteknologi sonar untuk mendeteksi ekspresi wajah pemakainya untuk membuat avatar.

oleh Iskandar diperbarui 23 Jul 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2022, 19:00 WIB
EarIO, Earphone yang Bisa Menangkap Ekspresi Wajah. Dok: Ke Li/Cornell University
EarIO, Earphone yang Bisa Menangkap Ekspresi Wajah. Dok: Ke Li/Cornell University

Liputan6.com, Jakarta Para peneliti di Cornell University mengembangkan earphone berteknologi sonar untuk mendeteksi ekspresi wajah pemakainya untuk membuat avatar.

Sistem itu disebut sebagai EarIO, yang mana bekerja dengan memantulkan suara dari pipi pemakainya. Audio akan dipancarkan dari speaker di setiap sisi earphone.

Sementara, mikrofon menangkap gema yang berubah saat wajah bergerak dan pemakainya berbicara. Demikian sebagaimana dilansir Engadget, Sabtu (23 Juli 2022).

Sistem kemudian menggunakan algoritme pembelajaran mendalam untuk mengubah gema menjadi replika ekspresi orang yang memakai earphone canggih itu.

EarIO dapat mengirimkan gerakan atau ekspresi wajah ke perangkat seluler secara real time dan avatar dapat digunakan untuk panggilan video.

"Perangkat berbasis kamera yang melacak gerakan wajah sangat besar, berat, dan haus energi. Itu merupakan masalah besar untuk perangkat yang dapat dikenakan," kata Cheng Zhang, peneliti utama dari Smart Computer Interfaces for Future Interactions Lab, yang ikut menulis makalah tentang EarIO.

"Pendekatan berbasis sonar diklaim dapat meningkatkan privasi, keterjangkauan, kenyamanan, dan masa pakai baterai," sambungnya.

Dalam pengujian awal, tim menemukan perangkat berfungsi saat pemakainya duduk dan berjalan, serta faktor-faktor seperti obrolan di latar belakang, angin, dan kebisingan jalan sekitar tidak memengaruhi sinyal akustik.

Namun, sensitivitas tinggi dari metode penginderaan dapat menyebabkan beberapa masalah.

“Ini bagus, karena dapat melacak gerakan yang sangat halus, tetapi juga buruk karena ketika sesuatu berubah di lingkungan, atau ketika kepala sedikit bergerak, kami juga menangkapnya,” kata rekan penulis Ruidong Zhang, mahasiswa doktoral ilmu informasi. .

Para peneliti berharap untuk mengurangi gangguan tersebut dalam model masa depan. EarIO masih memiliki beberapa keterbatasan.

Perangkat berjalan selama sekitar tiga jam dengan sekali pengisian daya, meskipun jauh lebih hemat energi daripada sistem berbasis kamera yang digunakan tim sebelumnya.

Para peneliti berharap bisa meningkatkan masa pakai baterai di masa depan. Mereka juga bertujuan untuk menjadikan EarIO perangkat plug-and-play, tetapi saat ini membutuhkan pelatihan data wajah selama 32 menit sebelum penggunaan pertama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Peneliti MIT Rancang Permukaan untuk Buat Cairan Mendidih Lebih Efisien

Masak Air Hingga Mendidih Belum Tentu Aman Dikonsumsi
Ilustrasi. Foto: hebrewpod101

Mendidihkan air atau cairan lainnya adalah langkah yang memakan energi di berbagai proses industri, termasuk sebagian besar pembangkit listrik, banyak sistem produksi bahan kimia, dan bahkan sistem pendingin untuk elektronik.

Meningkatkan efisiensi sistem yang memanaskan dan menguapkan cairan dapat secara signifikan mengurangi penggunaan energi

Sekarang, para peneliti di MIT telah menemukan cara untuk melakukan hal itu. Mereka merancang suatu permukaan secara khusus untuk bahan yang digunakan di dalam sistem ini.

Peningkatan efisiensi berasal dari kombinasi tiga jenis modifikasi permukaan berbeda, pada skala ukuran berbeda pula.

Temuan mereka ini dijelaskan di makalah yang terbit di jurnal Advanced Materials yang ditulis oleh Youngsup Song, peraih PhD di MIT '21, profesor Evelyn Wang, dan empat orang kolaborator lainnya di MIT.

Ada dua parameter kunci yang menggambarkan proses perebusan: koefisien perpindahan panas (heat transfer coefficient, HTC) dan fluks panas kritis (critical heat flux, CHF).

Dalam desain material, umumnya ada trade-off di antara keduanya; jadi, apa pun yang meningkatkan salah satu parameter ini, cenderung memperburuk satu yang lainnya.

Namun, keduanya penting untuk efisiensi sistem, dan sekarang, tim peneliti ini telah mencapai cara untuk meningkatkan kedua parameter itu secara signifikan pada saat yang sama. Mereka meraih capaian ini berkat penggunaan kombinasi tekstur berbeda yang ditambahkan ke permukaan material.

"Kedua parameter itu penting," ujar Song dikutip dari rilis pers MIT.

Namun, menurut dia, "meningkatkan kedua parameter bersama-sama agak sulit karena mereka memiliki trade-off intrinsik."

Selaput Uap

Alasannya, kata Song, adalah "karena jika kita memiliki banyak gelembung di permukaan mendidih, itu berarti proses merebus sangat efisien, tetapi jika kita memiliki terlalu banyak gelembung di permukaan, mereka dapat bergabung bersama, yang dapat membentuk selaput uap di atas permukaan yang mendidih."

Selaput itu membuat resistensi terhadap perpindahan panas dari permukaan panas ke air.

"Jika kita memiliki uap di antara permukaan dan air, itu mencegah efisiensi perpindahan panas dan menurunkan nilai CHF," katanya.

Song, yang sekarang menjalain postdoc di Lawrence Berkeley National Laboratory, melakukan banyak penelitian sebagai bagian dari tugas tesis doktoralnya di MIT.

Sementara berbagai komponen perawatan permukaan baru yang ia kembangkan telah dipelajari sebelumnya, para peneliti mengatakan karya ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa metode ini dapat dikombinasikan untuk mengatasi tradeoff antara dua parameter yang bersaing.

Menambahkan serangkaian rongga skala mikro, atau penyok, ke permukaan adalah cara untuk mengontrol cara gelembung terbentuk di permukaan itu, menjaganya tetap menempel secara efektif ke lokasi penyok dan mencegahnya menyebar ke dalam selaput tipis tahan panas.

Dalam penelitian ini, para peneliti membuat susunan penyok selebar 10 mikrometer yang dipisahkan sekitar 2 milimeter untuk mencegah pembentukan dalam. Namun, pemisahan itu juga mengurangi konsentrasi gelembung di permukaan, yang dapat mengurangi efisiensi pendidihan.

Untuk mengimbangi itu, para peneliti memperkenalkan rancangan permukaan dengan skala jauh lebih kecil. Mereka menciptakan tonjolan kecil pada skala nanometer, yang meningkatkan luas permukaan dan meningkatkan laju penguapan di bawah gelembung.

Struktur Nana

Dalam eksperimen ini, rongga dibuat di tengah serangkaian pilar di permukaan material. Pilar-pilar ini, dikombinasikan dengan struktur nano, meningkatkan penyerapan cairan dari dasar ke puncaknya.

Upaya ini meningkatkan proses perebusan dengan menyediakan lebih banyak area permukaan yang terpapar air.

Song menyebut bahwa tiga "tingkatan" tekstur permukaan, yakni pemisahan rongga, tiang, dan tekstur skala nano, memberikan efisiensi yang sangat ditingkatkan untuk proses perebusan.

"Rongga mikro itu menentukan posisi munculnya gelembung," kata Song. "Namun, dengna memisahkan rongga-rongga itu sejauh 2 milimeter, kami memisahkan gelembung dan meminimalkan penggabungan gelembung.”

Pada saat yang sama, struktur nano meningkatkan penguapan di bawah gelembung, dan aksi kapiler yang disebabkan oleh pilar memasok cairan ke dasar gelembung.

Itu mempertahankan lapisan air cair antara permukaan mendidih dan gelembung uap, yang meningkatkan fluks panas maksimum.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya