Liputan6.com, Jakarta - Analis Jefferies mengindikasikan adanya penurunan penjualan Apple di China dan kondisi ini dinilai akan bertahan hingga tahun 2024.
Penjualan seri iPhone 15 mengalami awal yang sangat lamban, sehingga mengakibatkan penurunan penjualan sebesar 30% dari tahun ke tahun.
Baca Juga
Penjualan Apple sangat kontras jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan Huawei yang mengesankan, didorong kesuksesan penjualan jajaran Mate 60 di pasar Tiongkok.
Advertisement
Dilaporkan Bloomberg, seperti dikutip dari Gizchina, Senin (15/1/2023), peluncuran iPhone 15 terjadi hanya dua minggu setelah pengumuman mengejutkan dari Huawei Mate 60 Pro.
Para analis berpendapat bahwa rasa patriotisme di kalangan konsumen membuat mereka memilih produk andalan Huawei, terutama karena prosesor baru buatan China. Namun, detail mengenai prosesor ini belum diungkapkan secara resmi oleh Huawei.
Jefferies memperkirakan pengiriman ponsel Huawei mencapai 35 juta unit, dan angka ini berpotensi lebih tinggi jika bukan karena kendala pasokan tertentu.
Performa kuat dari jajaran Mate 60 disebut berkontribusi signifikan terhadap kesuksesan Huawei di pasar domestik.
Penurunan Penjualan Apple Akan Berlanjut hingga 2025
Laporan tersebut menunjukkan bahwa penurunan volume penjualan iPhone sebesar dua digit, dapat berlanjut hingga tahun mendatang.
Selama seminggu terakhir bahkan ada penurunan harga iPhone yang ditawarkan di sejumlah platform belanja online Tiongkok.
Namun penurunan harga tersebut tidak berdampak pada peningkatan volume penjualan. Hal ini menantang posisi Apple di pasar Tiongkok.
Sementara itu, Huawei terus menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan, didorong oleh kesuksesan peluncuran produk unggulan dan kehadiran yang kuat di negara asalnya.
Dinamika pasar ponsel pintar Tiongkok tetap dinamis dan kompetitif. Preferensi konsumen dan loyalitas merek lokal memainkan peran penting dalam membentuk lanskap penjualan.
Advertisement
Apple Mulai Ganti Rugi Pengguna iPhone Lawas Usai Skandal Batterygate
Di sisi lain, Apple dilaporkan telah melakukan ganti rugi pada sejumlah pemilik iPhone lawas yang terdampak penurunan performa. Untuk pengingat, pada 2017, Apple mengaku telah sengaja membuat performa iPhone lawas mereka lebih lambat.
Ketika itu, perusahaan berdalih langhkah ini dilakukan untuk melindungi baterai lithium ion yang menua. Akibatnya, sejumlah pengguna merasakan performa iPhone mereka menjadi lebih lambat.
Sejumlah pengguna di Amerika Serikat pun melayangkan gugatan hukum pada Apple. Mereka menuntut perusahaan karena sengaja menurukan performa iPhone lawas tanpa memberikan informasi. Kasus ini pun dikenal dengan nama batterygate.
Kemudian di 2020, Apple pun setuju menyelesaikan gugatan tersebut dan akan melakukan ganti rugi. Kini, seperti dikutip dari MacRumors, Rabu (10/1/2024), proses ganti rugi ternyata mulai dilakukan.
Apple dilaporkan telah mulai melakukan ganti rugi pada pengguna yang mengajukan klaim. Pendistribusian ganti rugi telah dimulai sejak Januari 2024, dan dilakukan secara terjadwal.
Berdasarkan kesepakatan awal, ganti rugi yang diberikan ke pemilik iPhone akan berkisar USD 25 atau sekitar Rp 388 ribuan. Namun, alokasi tersebut ternyata berbeda.
Sejumlah pengguna yang mengaku mendapatakan ganti rugi menyebut, mereka memperoleh USD 92 atau sekitar Rp 1,4 juta per klaim.
Adapun kesepakatan ini hanya berlaku untuk pengguna iPhone lawas di Amerika Serikat yang mencakup iPhone 6, iPhone 6 Plus, iPhone 6s, iPhone 6s Plus, termasuk iPhone SE.
Selain itu, iPhone tersebut harus menjalankan iOS 10.2.1 atau versi lebih lawas sebelum 21 Desember 2017.
Kesepakatan ini juga berlaku untuk pengguna iPhone 7 atau iPhone 7 Plus yang menjalankan iOS 11.2 atau versi lebih lawas sebelum 21 Desember 2017.
Kasus Batterygate di iPhone
Ganti rugi ini diberikan pada pemilik yang mengajukannya paling lambat Oktober 2020. Menurut laporan, ganti rugi ini akan diberikan mulai Januari 2024 dan kemungkinan besar akan dilakukan secara bertahap.
Sekadar pengingat, kasus ini dimulai ketika Apple merilis update iOS 10.2.1. Ketika itu, perusahaan membenamkan fitur Battery Power Management yang disebut membantu performa baterai iPhone menjadi lebih hemat.
Namun ternyata kehadiran fitur tersebut berpengaruh pada performa iPhone. Menurut perusahaan, langkah itu dilakukan sebagai pilihan terbaik demi pengalaman pengguna yang lebih baik.
Dalam pernyataan resminya, perusahaan yang digawangi Tim Cook ini beralasan, baterai lithium ion semakin lama tidak bisa menyuplai daya yang mendukung performa dalam kondisi dingin.
Untuk itu, performa daya akan menurun dan bisa mematikan perangkatnya sendiri untuk melindungi komponennya.
Advertisement