Liputan6.com, Jakarta - Insiden yang sempat terjadi tak menghalangi Ayu Sidan Wilantari/Ni Made Dwiyanti untuk meraih emas nomor seni Pencak Silat ganda putri Asian Games 2018. Keduanya sukses mengalahkan pasangan Thailand dan Malaysia.
Target Indonesia meraup sebanyak mungkin medali emas Pencak Silat Asian Games 2018 terus mendekati kenyataan. Faktanya, sumbangan medali dari venue Padepokan Pencak Silat TMII, Rabu (29/8/2018), tak kunjung berhenti.
Advertisement
Baca Juga
Setelah Sugianto di nomor seni tunggal putra, giliran ganda putri Ayu/Ni Made yang menyumbang emas. Sebelum diputuskan jadi pemenang, penampilan keduanya sempat diganggu insiden gong yang dipukul lebih dulu saat waktu masih tersisa delapan detik.
Untungnya, Ayu/Ni Made tetap melanjutkan penampilan meski gong sudah berbunyi. Pada akhirnya, juri pun memberikan nilai tertinggi untuk ganda putri yang sudah dipasangkan sejak 2005 itu.
"Sempat kita berpikir, kok sudah gong. Tapi kita tetap lanjut, yakin sama pelatih bahwa belum ada kode untuk terakhir. Syukurnya itu kita tidak berhenti di tengah-tengah. Kalau berhenti, habis kita," kata Ayu dan Ni Made bergantian.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di sini
Sempat Vakum
Hebatnya, kedua pasangan ini sempat dipisahkan dalam waktu yang cukup lama. Itu karena Ni Made memutuskan untuk rehat karena sedang hamil setelah PON 2016 Jawa Barat.
Ayu/Ni Made baru dipasangkan kembali sejak dipanggil pelatnas menuju Asian Games 2018 pada Januari. Ternyata, berpisah sejenak tak membuat keduanya kehilangan kekompakan.
"Kita juga gak nyangka dipanggil lagi untuk pelatnas. Kita lolos dan inilah hasil yang dipersembahkan. Yang pertama kita optimistis dan disiplin. Harus yakin kalau kita bisa. Kagok sih tidak karena kita sudah dipasangkan sejak 2005," beber Ayu.
Advertisement
Nilai Tertinggi
Ayu/Ni Made sendiri mendapatkan nilai 574. Mereka unggul atas pasangan Thailand, Saowanee Chanthamunee/Oraya Choosuwan (564) dan pasangan Malaysia, Noor Hamizah Abu Hassan/Nur Syazreen Malik (558).