Liputan6.com, Jakarta - Miftahul Jannah gagal bertanding di Asian Para Games 2018 karena terbentur regulasi. Hal itu terkait hijab yang dikenakannya. Dalam cabang olahraga judo, setiap atlet yang bertanding dilarang menggunakan penutup kepala.
Senin (8/10/2018) jadi hari yang kelam bagi Miftahul Jannah soal ambisinya mengukir prestasi di Asian Para Games 2018. Saat akan bertarung melawan judoka asal Mongolia, Oyun Gantulga, pada kelas 52 kg di Jakarta International Expo, ia malah didiskualifikasikan.
Advertisement
Baca Juga
Penyebabnya adalah, dalam regulasi International Judo Federation (IJF), judoka yang akan bertanding memang dilarang memakai penutup kepala. Pelarangan itu lebih karena faktor keselamatan. Pasalnya, bisa saja penutup kepala dijadikan sebagai keuntungan dan membahayakan judokanya itu sendiri.
Miftahul Jannah pada akhirnya memutuskan untuk tetap mengenakan hijabnya meski harus didiskualifikasikan dari Asian Para Games 2018. Akibat hal itu, ada wacana bahwa wanita kelahiran 4 Mei 1997 itu akan beralih profesi jadi atlet catur.
Ternyata, catur juga bukan hal baru bagi Miftah. Dalam pengakuannya, catur adalah olahraga yang sempat digelutinya sejak kecil. Bahkan, ia mengungkapkan betapa cintanya ia kepada olahraga catur.
"Miftah kenal catur sejak umur 4 tahun. Saya dikenalkan catur sama orangtua Miftah. Mulai mengikuti turnamen-turnamen catur di umur 6 tahun. Dan alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan. Hobi yang sangat Miftah cintai adalah catur, sudah seperti sahabat bagi Miftah. Jadi, Miftah ingin mengabdi lagi kepada catur," ujar Miftah di GBK Arena, Selasa (9/10/2018).
Tunggu Perubahan
Miftah juga memastikan bahwa dirinya akan tetap menggeluti catur jika ada perubahan regulasi di judo. "Tidak. Miftah akan tetap berkomitmen, berusaha menjadi atlet catur meskipun banyak rintangannya yang harus Miftah lewati," ia menegaskan.
Sekali lagi, Miftah menegaskan bahwa dirinya sama sekali tak kecewa meski gagal bertanding. Walau hasil latihannya selama berbulan-bulan terbuang sia-sia, Miftah bersyukur ia bisa memilih untuk menjaga prinsipnya mengenakan hijab.
"Kecewa dengan hal yang kemarin tidak karena itu prinsip Miftah. Rasa kecewa itu sudah tertutupi oleh keyakinan Miftah. Karena keyakinan itu di atas segala-galanya," bebernya.
Â
Advertisement