Indonesia Galang Dukungan untuk Jadi Dewan ICAO 2016-2019

Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia sangat bergantung kepada sektor transportasi udara.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Nov 2015, 19:29 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2015, 19:29 WIB
Indroyono Soesilo
Indroyono Soesilo (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Delegasi Indonesia pada forum ICAO World Aviation Forum (IWAF) yang dipimpin oleh Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO, Indroyono Soesilo mengadakan resepsi diplomatik dengan mengundang negara-negara anggota ICAO untuk menggalang dukungan pencalonan Indonesia dalam pemilihan kandidat Dewan ICAO periode 2016-2019 yang akan diselenggarakan pada Pertemuan ke-39 ICAO pada Oktober 2016 nanti. 

Selain resepsi diplomatik, penggalangan dukungan juga dilakukan melalui courtesy call oleh Indroyono Soesilo dan Dubes RI untuk Kanada Teuku Faizasyah dengan Presiden ICAO Council O.B. Aliu  dari Nigeria dan Sekretaris Jenderal ICAO Fang Liu  dari China. 

Pada pertemuan tersebut, Indroyono Soesilo mengungkapkan, Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia sangat bergantung kepada sektor transportasi udara dalam mendukung pergerakan penumpang dan barang, menyediakan konektivitas, mendukung sektor pariwisata, perdagangan dan perekonomian masyarakat.

“Saat ini penerbangan Indonesia melayani 294 rute domestik yang menghubungkan 113 kota di Indonesia dan 129 rute internasional yang menghubungkan 51 kota-kota di luar negeri dengan Indonesia. Selain itu, Indonesia juga telah melakukan sertifikasi 18 penerbangan berjadwal dan 47 penerbangan tidak berjadwal, satu diantaranya maskapai Garuda Indonesia telah meraih sejumlah penghargaan dari Skytrax,” jelas Indroyono dalam keterangannya, Rabu (25/11/2015).



Lebih lanjut Indroyono mengatakan, pertumbuhan penumpang udara di Indonesia berkembang pesat sejak tahun 2011 hingga 2014 dengan rata-rata pertumbuhan penumpang domestik sebanyak 10,49 persen per tahun dan penumpang internasional sebanyak 12,25 persen penumpang internasional.

Arus penumpang udara Indonesia tahun 2014 tercatat sebanyak 76,4 juta penumpang domestik dan 10,2 juta penumpang internasional. Pertumbuhan penumpang udara tersebut juga telah didukung oleh 237 bandar udara yang saat ini sudah beroperasi di Indonesia dan direncanakan akan ditambah dengan membangun 62 bandar udara baru.

Indroyono mengungkapkan, beberapa bandar udara di Indonesia juga menerima penghargaan internasional. Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta sebagai gerbang utama Indonesia dinobatkan sebagai bandar udara tersibuk ke-10 di dunia oleh Airport Council International dan bandar udara ke-4 tersibuk di Asia dengan jumlah penumpang 60,1 juta penumpang pada tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan perkembangan sebesar 4,06 persen per tahun dari tahun 2011-2013.

Selain itu, pengembangan pembangunan terminal 3 yang diharapkan mampu menampung volume 62 juta penumpang per tahun dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 2016. 

Bandar Udara Internasional juga meraih penghargaan 4-Star Airport Rating oleh Skytrax pada tahun 2015.

Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar, Bali dan Bandar Udara Juanda Surabaya masing-masing telah dianugerahi Penghargaan ACI Airport Service Quality tahun 2015 berdasarkan hasil survey kepuasan pelanggan.

Indroyono juga menyampaikan, Sekolah Teknik Penerbangan Indonesia telah diterima sebagai anggota ICAO Trainair Plus Programme pada November 2015.

“Indonesia juga telah mengirimkan dua orang pegawai Kementerian Perhubungan ke kantor cabang ICAO Indonesia di Montreal untuk mengembangkan kapasitas SDM penerbangan sipil selama 3 bulan,” jelas Indroyono saat wawancara dengan media ICAO.

Berdasarkan hal tersebut, Indroyono menegaskan Indonesia berkomitmen memperkuat kapasitas dan kontribusi pada komunitas penerbangan yang memiliki peran strategis bagi perekonomian.

Sebagai wujud komitmen tersebut, Indonesia berusaha memenuhi standar dan rekomendasi ICAO untuk mendukung sistem transportasi udara yang selamat, aman, terjamin, dan berkelanjutan serta tetap menghargai prinsip-prinsip perlindungan lingkungan. Sebagai komitmen dalam keamanan dan keselamatan penerbangan, Indonesia telah menjalankan seluruh rekomendasi audit ICAO USOAP dan USAP. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya