Bagaimana Kondisi Pulau Tiga Sebelum 'Disetrum' Listrik PLN?

Warga Pulau Tiga sebelumnya bisa menikmati listrik hanya 7 jam dalam sehari

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Okt 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2017, 10:30 WIB
Pulau Tiga, Natuna Kepulauan Riau yang akan segera nikmati listrik PLN (Foto: Wicak/Liputan6.com)
Pulau Tiga, Natuna Kepulauan Riau yang akan segera nikmati listrik PLN (Foto: Wicak/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Pulau Tiga Barat, Natuna Kepulauan Riau dalam waktu dekat akan diterangi oleh PT PLN (Persero),‎ dengan menggunakan Pembangit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan total kapasitas 1.500 kilo Watt (kW).

Lalu bagaimana nasib masyarakat soal listrik sebelum Pulau Tiga Barat disetrum PLN?

Raja Syamsul ‎Bahri seorang warga Pulau Tiga Barat mengatakan, warga Pulau Tiga Barat sebenarnya sudah menikmati listrik, berasal dari PLT‎D yang dikelola sendiri dengan kapasitas 100 kW.

PLTD tersebut sebelumnya adalah milik Perusahaan Daerah Kabupaten Natuna, namun dalam 2 tahun terakhir PLTD yang terletak di Desa Tanjung Kumbik Utara Kecamatan Pulau Tiga Barat ini dikelola oleh warga, karena perusahaan daerah tersebut sudah tidak sanggup pengoperasikannya lagi.

‎"PLTD sudah hampir dua tahun sampai saat ini masih dikelola masyarakat," kata Syamsul, di Pulau Tiga Barat, Kamis (19/10/2017).

Syamsul melanjutkan, PLTD yang melayani 276 keluarga tersebut ‎hanya beroperasi selama 7 jam, sejak pukul 17.00 sampai 00.00. Untuk mengoperasikan PLTD dalam durasi tersebut, dibutuhkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar sebanyak 280 liter.

"Pengoperasiannya hanya ‎7 jam, jadi hanya dari jam 5 sore sampai jam 00.00, setalah itu mati," ujarnya.

‎Syamsul mengungkapkan, penduduk yang memanfaatkan listrik dari PLTD tersebut dikenakan iuran. Setiap malam ada petugas yang kordinir untuk memunguti iuran sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per pelanggan.

Pungutan iuran tersebut akan digunakan untuk pembelian solar, pemeliharaan pembangkit dan komisi petugas yang mengoperatori PLTD.

Besaran pungutan diukur dari penggunaan perangkat elektronik. "Kalau hanya lampu dan televisi biasanya dipungut Rp 5 ribu, kalau di rumahnya ada kulkas dipungut Rp 10 ribu," papar‎ Syamsul yang juga bertugas sebagai operator PLTD.

Namun dalam waktu dekat warga pulau terdepan ini akan menikmati listrik lebih lama menjadi 14 jam, dari pukul 17.00 sampai 07.00 WIB untuk tahap awal. Tambahan pasokan listrik ini berasal dari PLTD berkapasitas 3X500 kW yang akan beroperasi akhir November mendatang.

Manager Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Dwi Suryo Abdullah mengungkapkan, sambil menunggu kedatangan PLTD yang diperkirakan pada akhir pekan ini, PLN membangun jaringan kelistrik sepanjang 10,6 kilo meter sirkuit (kms).

Jaringan kelistrikan tersebut akan mengalirkan listrik, dari PLTD milik PLN ke rumah penduduk. Sedangkan untuk jaringan ‎yang lama kemungkinan tidak digunakan.

‎Dengan masuknya listrik PLN maka sistem tagihan ke masyarakat pun diubah, besarannya berdasarkan penggunaan listrik, jika pelanggan tersebut pengguna daya 450 VA maka akan dikenakan tarif subsidi sekitar Rp. 650 per kilo Watt hour (kWh), sedangkan 900 VA bersubsidi akan dikenakan sekitar Rp 800 per kWh, sedangkan non subsidi tarifnya Rp 1.352 per kWh.

"Untuk tarif diberlakukan nasional sesuai dengan daya yang digunakan pelanggan,"tutur Dwi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya