Liputan6.com, Jakarta - Milenial merupakan generasi yang berpengaruh di dunia, termasuk di Indonesia. Generasi melek digital dan terbuka akan gaya hidup baru yang menggunakan smartphone atau komputer. Dengan perkembangan teknologi ini, mereka pun bisa memulai berinvestasi.
Milenial telah membawa banyak perubahan dalam industri digital di Indonesia. Dalam enam tahun terakhir, industri digital di Indonesia sendiri tumbuh 9,98-10,7 persen per tahun, dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Perusahaan layanan keuangan seperti bank konvensional juga mulai beradaptasi dengan perilaku unik generasi milenial ini dan mulai mengembangkan layanan digitalnya.
Advertisement
Baca Juga
Head of Wealth Management and Retail Digital Business Bank Commonwealth, Ivan Jaya mengatakan generasi dengan kreativitas tinggi, percaya diri, penuh energi, dan terkoneksi dengan teknologi digital ini merupakan early adopter produk-produk keuangan dan investasi yang mulai menata kehidupan masa depannya.
“Guna menggarap pasar Generasi Milenial yang technology savy ini, Bank Commonwealth menyiapkan produk-produk perbankan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup mereka, serta memiliki kemudahan layanan dan komunikasi didukung kesiapan transformasi teknologi dan digital,” katanya.
Hal ini, katanya, diwujudkan melalui produk-produk dan layanan berbasis digital Bank Commonwealth seperti Tyme Digital, Digital Branch, dan Autolnvest. Untuk dapat berinvestasi melalui Autolnvest, misalnya, generasi milenial dapat membuka rekening Bank Commonwealth melalui Tyme Digital.
Sementara itu, tanpa menggunakan buku tabungan atau bahkan kartu sama sekali, aplikasi yang menggunakan smartphone seperti Acorns and First Step membuat investasi saham menjadi lebih mudah dan lebih terjangkau.
First Step dari investasi berskala mikro ini baru saja diluncurkan di Australia mengikuti jejak yang dilakukan Acorns yang telah sukses menghimpun dana USD 160 juta atau sekitar Rp 2,24 triliun dari sekitar 140 ribu klien.
Dengan rata-rata pemegang sahamnya hanya berinvestasi sekitar USD 1.100 atau setara Rp 15,4 juta, basis kliennya jauh lebih muda daripada bank-bank besar.
“Generasi milenial pasti lebih tertarik untuk tidak menggunakan institusi keuangan besar untuk mendapatkan berbagai produk yang memberi nilai tambah bagi mereka,” kata Direktur dan CEO Acorns, George Lucas.
Teknologi dan Internet sebagai Core Layanan
Saat ini, sudah banyak sarana untuk mendapatkan info tentang investasi. Misalnya, untuk investasi konvensional bisa pergi ke bank untuk memulai investasi reksadana atau deposito. Bisa juga memulai investasi emas atau properti.
Sementara info mengenai investasi non konvensional bisa kita temui di internet. Misalnya investasi peer-to-peer lending, investasi pada sektor riil dan sebagainya.
Generasi milenial ini sangat relevan dengan perusahaan peer-to-peer Lending atau dikenal juga dengan nama P2P Lending yang mengedepankan penggunaan teknologi dan internet sebagai core layanannya.
P2P Lending muncul sebagai alternatif investasi yang menjadi keunggulan saat ini. Tentunya, kemunculannya bukanlah tanpa alasan. Manfaat yang ditawarkan oleh P2P Lending, baik dari segi peminjam maupun investor, menjadikannya pilihan investasi alternatif terutama anak milenial.
P2P ini memang masih terhitung baru dalam dunia investasi Tanah Air, namun popularitasnya mampu dengan cepat menarik antusiasme masyarakat. Investasi ini bekerja dengan meminjamkan uang kepada peminjam untuk berbagai keperluan, mulai dari pinjaman bisnis, pinjaman kesehatan, hingga pinjaman pendidikan.
Jenis investasi ini bisa dimulai dengan nominal yang relatif rendah, yakni mulai dari Rp 100 ribu dengan potensi keuntungan bunga efektif mulai dari 18 persen per tahun.
Sangat cocok untuk milenial karena selain nominal dana investasi awal yang rendah, investor juga bisa memilih sendiri hendak meminjamkan dana ke peminjam yang mana berdasarkan tujuan, tingkat risiko, durasi, hingga potensi keuntungan.
P2P Lending muncul sebagai kesempatan yang solid tidak hanya untuk peminjam tetapi juga kreditur sebagai investasi. Negara-negara seperti AS dan Inggris telah memimpin pertumbuhan pinjaman P2P Lending.
Saat ini, Cina merupakan pasar pinjaman P2P Lending terbesar di dunia. Seiring dengan perkembangannya, kini P2P Lending juga turut hadir dan menjadi pilihan yang sangat diminati oleh masyarakat, khususnya para investor.
Advertisement
Trading
Sementara itu, saat ini ada investasi yang ternyata masih banyak kalangan belum mengenali bahwa investasi tidak melulu tentang renovasi rumah, deposito, emas, saham, reksa dana, atau bermain saham. Tapi ada juga dengan sistem trading.
Untuk bermain saham, tidak sedikit orang yang menjadi “korban” di pasar modal, karena selalu bingung untuk menjawab satu pertanyaan “beli saham apa?”, sehingga sering terjadi adalah saham yang dibeli malah turun, tapi yang dijual malah naik, sampai akhirnya uang habis dan bangkrut. Ini adalah judi.
Jika tidak ingin berjudi, maka seharusnya yang dilakukan adalah bukan bermain saham tetapi berdagang saham. Saatnya meningkatkan penghasilan dengan berdagang saham melalui trading.
Sumber: www.wormtraders.com