Warga Bantu Percepat Rekonstruksi Rumah Korban Gempa Lombok

Kementerian PUPR telah mengerahkan 400 insinyur muda CPNS PUPR untuk membantu pendampingan rekonstruksi rumah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 11 Sep 2018, 12:20 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2018, 12:20 WIB
Warga Lombok dibantu tenaga pendamping dari Kementerian PUPR membangun kembali rumah yang rusak akibat gempa dengan teknologi rumah tahan gempa. (Dok Kementerian PUPR)
Warga Lombok dibantu tenaga pendamping dari Kementerian PUPR membangun kembali rumah yang rusak akibat gempa dengan teknologi rumah tahan gempa. (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjelaskan bahwa pembangunan rumah yang rusak pascabencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak dilakukan oleh kontraktor, tapi dikerjakan sendiri oleh masyarakat secara gotong royong.

Metode tersebut dikenal dengan nama Rekompak atau Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman berbasis Komunitas.

Dalam hal ini, masyarakat akan dibantu tenaga pendamping dalam membangun kembali rumahnya dengan teknologi rumah tahan gempa.

“Targetnya sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2018, untuk rehabilitasi dan rekonstruksi rumah akan selesai dalam waktu enam bulan. Masyarakat tidak menjadi penonton saja, tapi gotong royong sehingga bisa menyelesaikannya lebih cepat daripada kontraktor,” ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis, Selasa (11/9/2018).

Sebagai antisipasi musim hujan musim, Kementerian PUPR dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan menyiapkan hunian berupa tenda sementara di dekat rumah, sambil warga menyelesaikan perbaikan rumah.

Data sementara jumlah rumah korban gempa yang sudah terverifikasi sebanyak 31.991 unit rumah rusak berat, di mana 20.546 unit di Pulau Lombok sudah ditetapkan melalui SK Bupati dan 2.477 unit di Pulau Sumbawa dalam proses pendataan dan pembuatan SK Bupati.

Untuk rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga, Menteri Basuki mengatakan, Kementerian PUPR telah membentuk tim pendamping dimana satu tim beranggotakan sembilan orang terdiri dari Tim Balitbang, TNI/Polri, fasilitator, relawan, dan mahasiswa KKN Tematik untuk bisa mendampingi masyarakat membangun rumah.

Rumah tahan gempa yang dibangun tidak harus menggunakan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), tapi bisa teknologi lainnya.

“(Terkait Risha), hal yang penting adalah struktur bangunannya, yakni dengan kolom yang tahan gempa. Untuk dinding bisa menggunakan kayu, atau batu bata yang ditentukan sendiri oleh masyarakat,” kata Menteri Basuki.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kerahkan 400 Insinyur

Warga Lombok dibantu tenaga pendamping dari Kementerian PUPR membangun kembali rumah yang rusak akibat gempa dengan teknologi rumah tahan gempa. (Dok Kementerian PUPR)
Warga Lombok dibantu tenaga pendamping dari Kementerian PUPR membangun kembali rumah yang rusak akibat gempa dengan teknologi rumah tahan gempa. (Dok Kementerian PUPR)

Kementerian PUPR telah mengerahkan 400 insinyur muda CPNS PUPR untuk membantu pendampingan rekonstruksi rumah. Pemerintah juga telah memulai pencairan bantuan untuk pembangunan kembali rumah yang rusak, yakni Rp 50 juta rumah rusak berat, Rp 25 juta rumah rusak sedang, dan Rp 10 juta rumah rusak ringan.

Untuk memasok kebutuhan bahan bangunan, Menteri Basuki menyatakan telah berkoordinasi dengan Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Provinsi NTB yang telah membuka 8 depo material konstruksi di 5 Kecamatan, yakni di Pemenang, Tanjung, Kayangan, Bayan, dan Gangga dalam rangka penyediaan material konstruksi seperti semen, pasir, rangka baja, dan pipa paralon dalam jumlah cukup dan harga terjangkau.

“Suplai bahan bangunannya dari Jawa Timur bukan dari Jakarta supaya lebih cepat. Untuk itu, saya setuju dengan masukkan dari DPR agar dana pembangunan rumah warga segera cair. Pemerintah akan mengontrol harga bangunan yang dijual di depo agar tidak jauh tinggi dari harga pasaran,” tutur Basuki.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya