Penguatan Dolar AS Terhenti, Harga Emas Kembali ke Atas USD 1.200

Untuk harga emas berjangka AS stabil di level USD 1.203,70 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Nov 2018, 06:40 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 06:40 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas mampu kembali ke atas level kunci USD 1.200 per ounce pada perdagangan Selasa. Pendorong kenaikan harga emas ini karena penurunan dolar AS.

Mengutip Reuters, Rabu (14/11/2018), harga emas di pasar spot naik tipis 0,2 persen menuju USD 1.202,90 per ounce pada pukul 11.45 pagi waktu New York. Sebelumnya, harga emas sempat jatuh ke titik terendah sejak 11 Oktober di USD 1.195,90 per ounce.

Sedangkan harga emas berjangka AS stabil di level USD 1.203,70 per ounce.

Harga emas mampu naik sedikit demi sedikit karena pembelian yang dilakukan oleh investor. Meskipun pembelian tersebut masih terbatas tetapi mampu menahan kejatuhan harga emas ke level yang lebih rendah.

"Pelemahan dolar AS membuat investor kembali memburu emas. Memang banyak orang ingin membeli logam mulia ini saat harganya di bawah USD 1.200," jelas analis RJO Futures, Chicago, AS, Phil Streible.

Ada pelonggaran likuiditas di beberapa komoditas, termasuk di pasar energi. Investor kemungkinan mengalihkan uang mereka di lokasi aset baru seperti emas berjangka," tambah dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dolar AS

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

The dollar index yang merupakan indeks untuk menghitung nilai tukar dolar AS terhadap sekeranjang mata uang dunia turun 0,4 persen, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak Juni 2017.

Dengan adanya pelemahan nilai tukar dolar AS ini membuat emas menjadi lebih murah bagi investor yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS.

Sebelumnya, nilai tukar dolar AS terus melonjak karena mendapat tenaga dari rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS dan juga kekhawatiran atas anggaran Italia.

"Beberapa hari terakhir ini memang emas mengalami tekanan yang sangat berat," jelas David Meger, analis logam mulia di High Ridge Futures.

"Utamanya karena rencana kenaikan suku bunga," tambah dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya