Minat Warga Asing Beli Properti di Indonesia Naik

Salah satu faktor yang membuat mengapa banyak WNA tertarik untuk membeli properti di Indonesia adalah harga properti yang relatif lebih murah.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Apr 2019, 09:33 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2019, 09:33 WIB
Berburu Rumah Murah di Indonesia Property Expo 2017
Maket rumah yang dipamerkan dalam pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (11/8). Pameran proyek perumahan ini menjadi ajang transaksi bagi pengembang properti di seluruh Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Minat warga asing untuk membeli properti di Indonesia meningkat, kesimpulan tersebut didapatkan berdasarkan jumlah orang yang mencari properti melalui portal Lamudi. Sepanjang 2018 menunjukkan jumlah pencarian properti dari negara lain ke Indonesia meningkat sebanyak 15 persen jika dibandingkan 2017.

Warga negara asing yang paling banyak mencari properti di Indonesia berasal dari Malaysia, Singapura dan Australia, mayoritas WNA mencari informasi properti di kawasan Jakarta, Bali dan Batam.

Managing Director Lamudi, Mart Polman, mengatakan bahwa salah satu faktor yang membuat mengapa banyak WNA tertarik untuk membeli properti di Indonesia, karena harga properti di Indonesia relatif lebih murah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia.

“Tidak hanya itu, di Indonesia juga banyak terdapat lokasi wisata kelas dunia, faktor inilah yang juga mendorong banyak WNA untuk membeli hunian di Indonesia sebagai tempat tinggal sementara mereka ketika berlibur ke negeri ini,” kata Mart dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (28/4/2019).

Selain itu, Mart juga mengatakan faktor bisnis juga menjadi pemicu meningkatnya pencarian properti di sini, banyak ekspatriat datang ke negeri ini untuk bekerja dan mereka membutuhkan tempat tinggal yang memadai sebagai penunjang aktivitas.

Namun, Mart juga menghimbau bagi WNA yang ingin membeli properti di Indonesia, agar terlebih dahulu mencari tahu tentang seluk beluk syarat dan hukum pembelian properti untuk warga asing di Indonesia. Contohnya seperti harus memiliki KITAS (Kartu Izin Tinggal Sementara), jenis sertifikat hingga batasan harga properti yang bisa dibeli.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tren Kredit Hunian Naik di Tengah Bunga Double Digit

20160908-Properti-Jakarta-AY
Sebuah maket perumahan di tampilkan di pameran properti di Jakarta, Kamis (8/9). Penurunan DP KPR rumah kedua dan ketiga juga turun masing-masing menjadi 20% dan 25%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, perlambatan pasar properti diperkirakan berlanjut hingga pertengahan kuartal kedua tahun ini lantaran adanya Pemilu 2019. Meski demikian, market diprediksi bergerak signifikan pada kuartal ketiga dan keempat.

“Pelaku pasar properti memang masih wait and see. Namun apapun hasil Pemilu 2019 nanti, saya yakin pasar akan berjalan normal kembali. Sebenarnya mereka menunggu agar pasar kembali fokus, bukan menunggu siapa yang terpilih,” kata Marine Novita, Country Manager Rumah.com.BACA JUGA

Di lain sisi, Pemerintah sendiri telah melakukan sejumlah kebijakan yang mendukung pertumbuhan pasar properti, terutama di sektor residensial. Salah satu yang menarik adalah pelonggaran Loan to Value (LTV).

(Untuk mengetahui informasi selengkapnya mengenai properti yang akan dibeli, baca selengkapnya di Review Properti dari Rumah.com)

“Pelonggaran Loan to Value ini membuat pengembang bisa saja memberikan tawaran uang muka hingga serendah 0%, di mana tahun lalu masih sebesar 10%. Ini sangat baik karena sebagian besar kendala yang dialami masyarakat dalam membeli properti adalah uang muka,” imbuhnya.

Senada, Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), Winang Budaya mengatakan, selama ini Pemerintah terbukti mampu menjaga inflasi dan kestabilan ekonomi. “Begitupun dengan rupiah yag kembali membaik,” ujarnya.

Dari catatan pertumbuhan kredit BTN, tren pengajuan KPR justru naik kendati sejak kuartal empat tahun lalu suku bunga sudah masuk ke double digit. “Kami dari perbankan optimistis, ketidakpastian yang ada di luar ini mungkin hanya berlangsung sampai April saja,” ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya