Dirut KAI Ungkap Biaya Logistik Indonesia Masih Tinggi

Indonesia punya biaya logistik mencapai 26 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 20 Nov 2020, 14:29 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2020, 14:10 WIB
Kereta api barang.
Ilustrasi kereta api barang. (via: supplychainindonesia.com)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo mengungkapkan tingginya biaya logistik di Indonesia.

Indonesia punya biaya logistik mencapai 26 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) Indonesia.

"Ini sangat besar dibanding negara maju, yang range-nya 8 hingga 12 persen. Kalau GDP kita sedemikian besar, USD 3.000 triliun lebih, maka angka 26 persen itu luar biasa," ujar Didiek dalam tayangan virtual, Jumat (20/11/2020).

Untuk menekan biaya logistik yang tinggi tersebut, kata Didiek, PT KAI bersama dengan Pelindo III melakukan kolaborasi dan sinergitas dalam pemanfaatan aset masing-masing perusahaan.

"Diharapkan ini dapat meningkatkan produktivitas dan profitabilitas masing-masing perusahaan," katanya.

Direktur Utama Pelindo III U. Saefudin Noer, mengatakan dengan kolaborasi, aset-aset lama perusahaan bisa termanfaatkan secara optimal sehingga mendukung pengurangan biaya logistik nasional.

"Karena ini kan problemnya problem lama, yaitu idle asset, harus diselesaikan dengan cara baru karena aset ini bertebaran di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia," ungkapnya.

Adapun, kerja sama ini melibatkan tiga wilayah pelabuhan kelolaan Pelindo III, yaitu Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


KAI dan Pelindo III Kerja Sama Optimalisasi Aset

Logo baru PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI
Logo baru PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI (dok: KAI)

PT Kereta Api Indonesia (KAI) bersama dengan PT Pelabuhan Indonesia III melakukan penandatanganan kesepakatan pemanfaatan fasilitas dan optimalisasi aset bisnis secara virtual, Jumat (20/11/2020).

Kesepakatan ini dibentuk agar masing-masing perusahaan dapat saling berkolaborasi dalam pemanfaat aset sehingga dapat memberi nilai tambah baik dari segi produktivitas maupun profitabilitas.

"Diharapkan, penandatanganan nota kesepahaman ini menjadi bentuk komitmen bersama dan landasan bagi para pihak untuk melaksanakan sinergitas dalam pengembangan bisnis logistik," ujar Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dalam konferensi pers virtual.

Adapun, kerjasama KAI dan Pelindo III ini difokuskan di 3 wilayah pelabuhan kelolaan Pelindo III, yaitu Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Direktur Utama Pelindo III U Saefudin Noer mengatakan, pelabuhan Tanjung Intan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi saat ini.

"Kenapa Cilacap ini kami tawarkan, karena ini salah satu pelabuhan di jalur selatan Jawa yang di sana ada perusahaan energi, perusahaan makanan, menurut kami di waktu mendatang, pertumbuhannya bisa jadi acuan untuk mendukung proyek kami," ujarnya.

Lanjutnya, jalur transportasi darat di sekitar Pelabuhan Tanjung Emas juga penting untuk dikembangkan untuk mendukung pengembangan kawasan industri Batang.

"Sementara Tanjung Perak ini karena 55 persen lebih logistik nasional khususnya kontainer ada di sini, untuk domestik ke peti kemas core-nya memang di Surabaya, jadi bisa kita efisienskan prosesnya dan bisa menekan cost logistiknya," katanya.

Diharapkan setelah terjalin kerja sama antara dua perusahaan ini, aset-aset lama perusahaan bisa termanfaatkan secara optimal, sehingga mendukung pengurangan biaya logistik nasional.

"Karena ini kan problemnya problem lama, yaitu idle asset, harus diselesaikan dengan cara baru karena aset ini bertebaran di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya