Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan harga Pertamax bakal mencapai Rp 16.000 per liter pada April 2022.
Sepakat dengan kenaikan tersebut, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menilai, Pertamax yang dibanderol PT Pertamina (Persero) di kisaran Rp 9.000 per liter memang terlalu murah dari harga keekonomiannya.
Baca Juga
"Memang saya juga dapat banyak sekali masukan pengamat-pengamat ya dan sebagainya, kalau memang Pertamax ini sudah sangat jauh dari keekonomian harganya yang dibuat oleh Pertamina," kata Arya kepada rekan wartawan, Rabu (30/3/2022).
Advertisement
Artinya, ia berujar, selama ini Pertamina sudah subsidi ke para pemakai Pertamax yang populasinya sekitar 13 persen dari total pengguna BBM. Arya menyebut, sebenarnya mereka masuk ke konsumen kalangan atas yang memakai mobil-mobil mewah.
"Lucu juga kalau sampai Pertamina mensubsidi mobil mewah tersebut. Sudah saatnya juga Pertamina untuk membayar harganya, ya gak jauh-jauh lah dari harga keekonomian tersebut," ungkapnya.
Â
Persaingan Usaha
Di sisi lain, Pertamina juga mendapat banyak tekanan dari operator lain yang sama-sama menjual BBM jenis RON 92 seperti Pertamax, tapi dengan harga lebih mahal.
"Seakan-akan ini pertamina banting harga gitu, jadi gak sehat juga bagi pemain operator lain," ujar Arya.
Dengan begitu, ia menilai pemerintah memang perlu mendorong Pertamina untuk segera menjual Pertamax sesuai dengan harga keekonomiannya. Sehingga tak terkesan terus memanjakan konsumennya yang banyak pengguna mobil mewah.
"Kita tahu kan operator lain kan menjual sampai Rp 14 ribuan lebih gitu. Sampai mereka katakan, masa Pertamina seperti yayasan sih yang menyumbang mobil mewah. Jadi seperti yayasan yang menyumbang mobil mewah untuk mendapat harga Pertamax murah gitu," tuturnya.
Advertisement