Awas, Ekonomi Jakarta dan Jawa Bisa Rugi Besar Akibat Cuaca Ekstrem

Pusat-pusat ekonomi di di seluruh Asia menghadapi risiko kerusakan tertinggi akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim, tak terkecuali Jakarta dan daerah lainnya di Pulau Jawa.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 21 Feb 2023, 12:40 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2023, 12:40 WIB
Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi Sepekan ke Depan
Pusat-pusat ekonomi di di seluruh Asia menghadapi risiko kerusakan tertinggi akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim, tak terkecuali Jakarta dan daerah lainnya di Pulau Jawa. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Pusat-pusat ekonomi di di seluruh Asia menghadapi risiko kerusakan tertinggi akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim, tak terkecuali Jakarta dan daerah lainnya di Pulau Jawa.

Mengutip laporan The Cross Dependency Initiative (XDI), Selasa (21/2/2023), empat provinsi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta, masuk ke dalam peringkat 100 besar global.

Jawa Timur menempati peringkat ke-23, Jawa Barat di urutan ke-24, Jawa Tengah di posisi ke-31, sedangkan DKI Jakarta berada di peringkat ke-91.

Sementara enam provinsi lain di Indonesia yang juga memiliki risiko kerusakan tertinggi secara global adalah Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Banten, dan Aceh.

XDI mengumpulkan data Risiko Iklim Domestik Bruto dengan membandingkan lebih dari 2.600 provinsi dan negara bagian di seluruh dunia berdasarkan proyeksi model kerusakan bangunan dan properti akibat cuaca ekstrem. Sekaligus dampak dari perubahan iklim yakni banjir, kebakaran hutan, dan kenaikan permukaan air laut.

Pada 2050, lebih dari setengah dari 200 provinsi yang menempati daftar teratas kerusakan tersebut berada di Asia.

"Dalam hal skala keseluruhan risiko kerusakan dan dalam hal eskalasi risiko, Asia memiliki kerugian terbesar seiring meningkatnya cuaca ekstrem perubahan iklim. Di sisi lain, Asia juga berpotensi mendapat keuntungan terbesar dari pencegahan memburuknya perubahan iklim dan mempercepat investasi ketahanan iklim," tutur CEO XDI, Rohan Hamden.

 

Risiko Iklim Domestik Bruto

Cuaca Ekstrem Diperkirakan hingga Akhir Oktober
Kendaraan melintas saat hujan di Pedesterian Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (15/10/2022). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya potensi cuaca ekstrem terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia pada 15 hingga 21 Oktober 2022. Karena kondisi atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup kompleks dan dinamis untuk sepekan kedepan, yang dipengaruhi oleh fenomena atmosfer global, regional ataupun lokal. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurut hasil perbandingan risiko iklim domestik bruto dari risiko iklim fisik untuk 2050, XDI menemukan, pusat-pusat ekonomi Asia yang sangat maju dan signifikan secara global, berada di peringkat 100 teratas untuk risiko kerusakan. Termasuk Jakarta, Beijing, Ho Chi Minh City, Taipei City, dan Mumbai.

Hamden mengatakan, pihaknya merilis analisis ini sebagai tanggapan atas permintaan dari investor akan data tentang risiko provinsi dan regional. Temuan dari peringkat Risiko Iklim Domestik Bruto XDI menggarisbawahi pentingnya penetapan harga risiko iklim fisik di pasar keuangan, termasuk pasar obligasi. Mengingat jumlah investasi modal yang diwakili oleh aset berisiko di provinsi yang diidentifikasi, kerentanan rantai pasokan global, dan perlunya ketahanan iklim untuk menginformasikan investasi.

"Sangat penting bagi perusahaan, pemerintah, dan investor untuk memahami implikasi keuangan dan ekonomi dari risiko iklim fisik dan menimbang risiko ini dalam pengambilan keputusan mereka sebelum biaya ini meningkat melampaui titik kritis keuangan," tandasnya.

Bukan Hanya Indonesia, Malaysia Juga Diprediksi Alami Cuaca Ekstrem hingga Maret 2023

Potensi Cuaca Ekstrem di Akhir Tahun, Pemprov DKI Kaji Penerapan WFH
Pejalan kaki menerjang hujan deras di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (9/12/2022). Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut pihaknya akan mengkaji penerapan bekerja dari rumah atau work from home (WFH), hal ini berkaitan dengan arahan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang potensi cuaca ekstrem pada penghujung 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan siklon tropis akan terjadi di sekitar wilayah Indonesia pada 6 hingga 12 Febaruari 2023.

Sama seperti Indonesia, negara tetangga juga diperkirakan akan mengalami masalah cuaca.

Warga Malaysia harus merasakan cuaca yang lebih dingin setidaknya sampai akhir bulan ini sebelum kondisi panas dan kering terjadi, kata para ahli, dikutip dari The Star, Senin (6/2/2023).

Menurut prakiraan cuaca, beberapa daerah di Malaysia dapat mencatat suhu serendah 23 derajat Celcius hingga Senin depan karena kondisi cuaca yang mendung dan hujan terus menerus selama beberapa hari terakhir.

Direktur Jenderal Departemen Meteorologi Malaysia (MetMalaysia) Muhammad Helmi Abdullah mengatakan, kondisi cuaca saat ini seiring dengan terhalangnya sinar matahari oleh awan hujan, mengakibatkan penurunan suhu permukaan secara keseluruhan.

Dia mengatakan, cuaca yang lebih dingin akan dirasakan di seluruh negeri, dengan suhu berkisar antara 26 derajat hingga 30 derajat di Semenanjung Malaysia dan 28 derajat hingga 32 derajat di Sabah dan Sarawak.

Suhu biasa Malaysia adalah antara 32 derajat Celcius dan 34 derajat, katanya.

"Lonjakan monsun saat ini diperkirakan akan berlangsung hingga 30 Januari, yang dapat melihat kondisi cuaca dingin bertahan hingga saat itu karena hujan terus menerus di sepanjang pantai timur semenanjung selama periode ini," katanya dalam sebuah wawancara kemarin.

Helmi menambahkan, mosun yang saat ini dialami Malaysia diperkirakan masih akan berlanjut hingga Maret tahun ini.

Ketua Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan Universiti Kebangsaan Malaysia Prof Fredolin Tangang mengatakan, periode antar musim akan menyusul dari April hingga Mei setelah mosun timur laut.

“Periode antar musim juga dapat melihat kondisi yang lebih basah di sebagian besar bagian barat semenanjung dibandingkan dengan musim timur laut,” katanya.

"Namun, periode dari Juni hingga Agustus 2023 akan mengalami mosun barat daya akan menyebabkan kondisi cuaca lebih kering dan lebih panas," tambahnya.

 

Dipengaruhi Jumlah Radiasi Matahari

Ilustrasi Awan Hujan
Simak penjelasan terkait TMC yang kerap dilakukan di Indonesia saat cuaca sedang ekstrem. (pexels.com/Pixabay)

Pakar iklim Universiti Malaya Prof Datuk Dr Azizan Abu Samah mengatakan, suhu dipengaruhi oleh jumlah radiasi matahari dan angin di atmosfer.

“Peran awan adalah untuk memoderasi pemanasan yang disebabkan oleh radiasi matahari di siang hari sekaligus menjebak radiasi gelombang panjang di malam hari.

Prof Azizan juga mencatat faktor angin dingin, dimana angin dapat memfasilitasi lebih banyak penguapan dan perpindahan panas, sehingga suhu menjadi lebih rendah.

“Kondisi siang hari yang berawan bersama dengan angin ekstra selama gelombang dingin juga dapat menyebabkan suhu siang hari maksimum berkisar antara 27 derajat Celcius dan 28 derajat,” katanya.

Sementara itu, pakar cuaca ekstrim dan kilat Hartono Zainal Abidin mengatakan, hujan lebat di Johor bisa jadi disebabkan oleh sistem angin besar yang berputar lambat sehingga mencegah hujan muson bergerak ke arah barat. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya