Daun Kelor Kian Melejit, Tembus Pasar Eropa hingga Raih Omset Rp4 M per Tahun

Usaha dan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil, berkat ketekunan mengembangkan kelor beserta turunannya, pelaku usaha ini berhasil ekspor ke Eropa melalui Jerman, Jepang, Malaysia, Kanada, dan lainnya.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 08 Agu 2023, 14:19 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2023, 14:19 WIB
Daun Kelor Kian Melejit, Tembus Pasar Eropa hingga Raih Omset Rp4 M per Tahun
Dudi Krisnadi, Owner PT Moringa organik Indonesia (PT MOI).

Liputan6.com, Blora Kelor atau moringa termasuk ke dalam famili Moringaceae yang memiliki daun berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk. Daun kelor termasuk salah satu tanaman perkebunan berpotensi bisnis cukup luas.

Tidak hanya diperjualbelikan bahan baku mentah saja di pasar tradisional, daun kelor bisa diolah menjadi beragam jenis produk turunan seperti varian minuman maupun makanan, produk kesehatan, bahkan produk kecantikan alami. Dengan manfaat daun kelor memang beragam tersebut, tak heran banyak yang mulai menggeluti usaha kelor ini.

Salah satunya Dudi Krisnadi, Owner PT Moringa organik Indonesia (PT MOI). Pelaku usaha perkebunan asal Desa Ngawenombo, Kecamatan. Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini sudah menggeluti bisnis kelor sejak tahun 2010. Dudi Krisnadi mendirikan perusahaan di tahun 2015, dengan jumlah pegawai sebanyak 25 orang dan berhasil tembus pasar global raih omset rata-rata per tahun 4 miliar.

Dudi mengungkapkan kelor termasuk superfood yang diminati oleh pembeli di luar negeri dan di dalam negeri karena kandungan nutrisinya yang berlipat-lipat dari komoditas lainnya. Prospeknya pun sangat luas karena memiliki spektrum turunan produk yang beragam, menjadikan produk ini semakin dicari dan diminati banyak negara. 

"Usaha dan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil, berkat komitmen dan ketekunan mengembangkan kelor beserta turunannya, kami berhasil ekspor ke Eropa melalui Jerman, Jepang, Malaysia, Kanada, dan lainnya, bahkan kami telah memproduksi secara organik dan sudah diakui oleh CERES - German seluas 25 ha. Sedangkan untuk dalam negeri kami jual melalui marketplace seperti tokopedia, shopee, tiktok, website, dan sistem gerai offline." ujar Dudi Krisnadi.

Menurut Dudi Krisnadi, luas Kebun yang berafiliasi dengan PT MOI sekitar 200 hektar yang tersebar di Blora (3 ha untuk pembelajaran), NTT dan Sulawesi Tengah.

“Untuk bahan baku daun dan biji kelor diperoleh dari petani yang sudah dilatih dan memiliki keterikatan dalam Sistem Pengolahan Kelor yang disebut “Moringa Nutrition Lock Method”, sudah memiliki sertifikat organik, proses pengeringan sesuai dengan ISO dan HACCP yang kami tetapkan dalam SOP Budidaya dan Pengolahan daun Kelor Moringa Organik Indonesia,” ujarnya.

Produksi Sesuai Permintaan Pembeli

Dudi Krisnadi menambahkan produksi berdasarkan permintaan pembeli, sehingga tidak seluruh kebun kelor aktif berproduksi setiap hari. Biasanya kami hasilkan produk dasar berupa daun kelor kering yang kemudian menjadi produk akhir seperti teh seduh dan teh celup (murni dan mix dengan teh hijau, teh hitam, teh putih, bunga melati, telang, jeruk nipis, dan lainnya) dan juga hasilkan kopi kelor, jahe kelor, jahe pandan, kelor rempah, cokelat kelor, puding kelor dan beragam makanan maupun minuman lainnya. 

“Selain itu, kami juga produksi tepung daun kelor (murni dan sebagai pencampur), dan produk kesehatan seperti kapsul kelor, cairan obat dalam kelor, serta jamu tetes. Saat ini kami sedang proses untuk produk kecantikan seperti kosmetik alami berbasis minyak biji kelor, namun belum dijual bebas, karena masih dalam proses perijinan BPOM," tambah Dudi.

Dudi menegaskan kalu prospek kelor sangat menjanjikan, demi menjaga keberlangsungan atau keberlanjutan produk kelor ini, dibutuhkan ketersediaan bahan baku yang memadai dan terjamin.

"Untuk mewujudkan hal tersebut, maka kami juga mengelola Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia, sampai saat ini sudah melatih lebih dari 1000 orang, termasuk generasi muda. Diharapkan kedepannya generasi muda mau ikut terjun langsung menggeluti usaha kelor, dan turut berkontribusi memajukan kelor Indonesia agar semakin dikenal dan diminati pasar global,” jelasnya.

Melihat besarnya potensi kelor, dalam pengembangannya tentu perlu dukungan dari pemerintah baik terkait regulasi yang kuat maupun pembinaan atau pelatihan, guna melindungi eksistensi kelor Indonesia, peningkatan kualitas mutu produksi produktivitas, terobosan inovasi olahan hasil produk turunan, hingga pengakuan bahwa kelor ini berpotensi sebagai komoditas usaha. 

“Saya berharap, pemerintah dapat terus berperan aktif dan secara kontinyu memberikan dukungan dan fasilitasi pengembangan komoditas kelor, baik berupa standar budidaya organik, standar pengolahan, promosi pasar maupun bantuan alat peralatan produksi,” harap Dudi Krisnadi.

Gali Terus Potensi Produk Turunan

Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meninjau tanam padi perdana dalam Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), Senin (7/8)/Istimewa.

Di sisi lain, Kementerian Pertanian terus giatkan agar pekebun tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tetapi juga kembangkan off farm melalui hilirisasi produk pertanian termasuk perkebunan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta seluruh jajarannya agar gali terus potensi produk turunan sehingga memiliki kualitas hasil yang baik, bermutu, bernilai tambah, dan berdaya saing, serta lebih beragam, karena dapat berdampak positif terhadap pendapatan petani itu sendiri.

Menurutnya, pekebun dan generasi muda harus sigap dan jeli melihat peluang besar produk olahan hasil perkebunan.

"Peran dan kontribusi aktifmu dapat memajukan dan memperkuat perekonomian negara. Jadikan kelor ini semakin digandrungi di pasar global. Mari dorong produksi dan produktivitas, kita jaga ketersediaan bahan baku perkebunan, serta menjamin kontinuitas produk turunan, dengan didukung terobosan baru yang lebih kreatif, inovatif dan teknologi yang semakin mumpuni,” ujar Mentan SYL.

 

Perkuat Perkebunan dari Hulu ke Hilir

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, potensi produk turunan perkebunan sangat besar dan sudah pasti dibutuhkan serta semakin dilirik pasar global.

“Untuk itu kita perlu kembangkan dan memperkuat perkebunan dari hulu hingga ke hilir. Selain itu perlu juga diperhatikan dalam merancang kemasan produk turunannya dan strategi pemasaran agar dapat menciptakan produk yang menarik, dan memberikan kesan tertentu yang dapat terus diingat di benak konsumen. 

Demi mewujudkan hal tersebut, Andi mengajak semua pihak untuk saling sinergi, kolaborasi bersama dan saling menguatkan.

"Mari kita bersama-sama perkuat potensi-potensi hasil olahan tanaman perkebunan, hingga bisa terus melejit di pasar internasional," tuturnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya