Liputan6.com, Jakarta - Acara belanja terbesar di dunia bukan terjadi saat Black Friday, Cyber Monday dan Prime Day. Namun, acara belanja terbesar di dunia terjadi di China setiap tahun yang disebut Singles Day.
Dikutip dari Fox News, ditulis Sabtu (11/11/2023), awalnya Singles Day merupakan hari libur untuk merayakan hari jomblo sebagai tandingan Hari Valentine. Acara ini telah berkembang menjadi festival belanja online selama berminggu-minggu dan puncaknya pada 11 November.
Kapan Gagasan Singles Day Berasal?
Ide Hari Jomblo bermula dari Universitas Nanjing China pada 1993 dan awalnya disebut Bachelor’s Day atau Hari Sarjana.Pada hari itu, lajang memanjakan diri mereka dengan hadiah dan bingkisan, sekaligus mengadakan pertemuan sosial dan pesta.
Advertisement
Berapa Banyak yang Dibeli Konsumen?
Tahun lalu, total nilai barang yang terjual selama bonanza belanja atau yang dikenal sebagai “Double 11” berjumlah 1,15 triliun yuan atau USD 157,97 miliar, menurut data dari perusahaan konsultan Bain.
Jumlah tersebut lebih dari empat kali lipat dari jumlah yang dihabiskan pembeli di Amerika Serikat sebesar USD 35,3 miliar pada tahun lalu, selama Cyber Week, periode dari Black Friday hingga Cyber Monday, berdasarkan data dari Adobe Analytics.
Merek dan Produk Utama Apa yang Dibeli Pembeli?
Alibaba meski memulai “Double 11” pada 2009 untuk memenangkan pembeli online dengan diskon dan promosi, platform e-commerce utama China kini semuanya mengambil bagian di dalamnya.
JD.com bergabung pada 2012 dan Pinduoduo milik PDD Holdings juga telah menjadi pemain penting, menawarkan produk berbiaya rendah dalam persaingan dengan platform Tmall dan Taobao milik Alibaba.
Tahun lalu, pembeli di China menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli kebutuhan pokok, suplemen, vitamin dan produk perawatan hewan peliharaan. Produk-produk tersebut diperkirakan akan tetap diminati tahun ini, seiring dengan lebih banyak produk yang berfokus pada gaya hidup antara lain pakaian atletik dan peralatan olahraga.
Perusahaan yang Mendapatkan Manfaat
“Ada permintaan yang asngat besar di kalangan konsumen China terhadap produk dan layanan yang meningkatkan gaya hidup mereka dan memfasilitasi ekspresi diri,” ujar co-founder dan CEO WPIC Marketing+ Technologies Jacob Cooke.
Bagaimana Hari Jomblo Dibandingkan dengan Black Friday?
Sebagai perbandingan, pembeli di Amerika Serikat tahun lalu membeli lebih banyak mainan Pokemon, Hot Wheels, TV, alas kaki, dan air fryers selama periode belanja utama Black Friday dan Cyber Monday, menurut Adobe.
Dari 2014-2021, Singles Day telah membukukan rata-rata tingkat pertumbuhan sekitar 34 persen per tahun, dibandingkan dengan kenaikan rata-rata Cyber Week sebesar 17 persen, menurut data dari konsultan Bain dan Adobe Analytics.
Apa Perusahaan yang Mendapatkan Manfaat?
Beberapa perusahaan Amerika Serikat mulai dari pembuat pakaian Nike dan Lululemon hingga perusahaan kosmetik Estee Lauder dan raksasa barang konsumen Procter & Gamble memiliki kehadiran yang besar di pasar Tmall dan memperoleh manfaat dari acara tersebut.
Tahun lalu,Apple, Nike dan L’Oreal juga menjadi pemenang terbesar dalam ajang tersebut, bersama dengan produsen peralatan rumah tangga China antara lain Haier dan Midea serta merek pakaian olahraga Anta.
Nike mengatakan, pada Desember, permintaan “Double 11” di China tumbuh seiring permintaan dari masyarakat berusia generasi muda. Permintaan dari konsumen Gen Z untuk merek tersebut tumbuh 45 persen selama periode belanja di China melalui Tmall.
Advertisement
Perusahaan Bersikap Hati-Hati
JD.com mencatat Apple menjual produk senilai lebih dari 1 miliar yuan pada menit pertama periode penjualan akhir acara tersebut. Namun, untuk tahun ini, beberapa perusahaan global mulai dari L’Oreal hingga Estee Lauder telah mengambil sikap hati-hati terhadap belanja besar-besaran di China selama acara belanja tersebut.
“Periode pra penjualan Tmall dan khususnya pada, secara umum, Singles Day menegaskan tren yang lebih lemah dibandingkan tahun lalu,” ujar CEO Estee Lauder Fabrizio Fredo pekan lalu.
Ia juga optimistis mengenai Tmall saat Singles Day pada November. CEO L’Oreal Nicolas Hieronimus menuturkan, terlalu dini untuk mengomentari Double 11.
“Konsumen yang pemalu tidak terlalu malu saat acara-acara besar, dan kita telah melihat bahwa apakah itu saat Hari Valentine, apakah itu tanggal 18/6, pasartelah mencapai puncak pertumbuhan terbaiknya pada saat ini,” ujar Hieronimus.
China Pastikan Ekonominya Mulai Pulih, Yakin Tumbuh 5 Persen pada 2023
Sebelumnya diberitakan, pejabat tinggi China memastikan bahwa ekonomi negaranya berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pertumbuhan sekitar 5 persen tahun ini.
“Sejak awal tahun ini, ekonomi China secara umum telah meningkat,” kata Wakil Perdana Menteri China He Lifeng, dikutip dari CNN Business, Jumat (10/11/2023).
“Hal ini tentu akan memberikan energi positif ke dalam pemulihan ekonomi global,” ujarnya dalam acara Global Financial Leaders’Investment Summit, yang diselenggarakan oleh Otoritas Moneter Hong Kong.
He Lifeng menyebut perekonomian China mulai memiliki awal yang baik pada tahun 2023 setelah bangkit dari pembatasan akibat Covid-19 selama tiga tahun, meski pemulihannya belum signifikan pada kuartal kedua.
Seperti diketahui, ekonomi China tengah menghadapi tantangan yang besar, mulai dari lemahnya belanja konsumen dan krisis properti yang semakin parah hingga merosotnya investasi asing.
“Investor global mempunyai kekhawatiran terhadap perekonomian China, termasuk laju pemulihan ekonomi, masalah pasar properti, dan utang pemerintah daerah. Anda mungkin bertanya kepada saya, 'Apakah kamu khawatir?'” kata Wakil Gubernur People’s Bank of China, Zhang Qingsong.
“Tidak, tidak selalu. Tidak terlalu banyak,”’ucap dia.
Populasi Usia Kerja
Saat menyampaikan paparan untuk mendukung argumennya, Zhang menunjuk pada populasi usia kerja China yang berjumlah lebih dari 900 juta jiwa, investasi Tiongkok dalam penelitian dan pengembangan, yang menurutnya menduduki peringkat kedua di dunia.
“Potensi perekonomian Tiongkok masih menjanjikan,” katanya.
Selain itu, Zhang juga menepis kekhawatiran mengenai utang pemerintah China, dan menyebut tingkat produk domestik bruto (PDB) saat ini sebesar 79,4 persen sejalan dengan rata-rata internasional dan “jauh lebih rendah” dibandingkan negara-negara besar lainnya.
Advertisement