Harga Emas Makin Berkilau di Tengah Perang Tarif AS-China, Bagaimana Prospek Saham Emitennya?

Kenaikan tajam harga emas dunia memicu rotasi portofolio investor global ke aset safe haven, termasuk logam mulia

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 17 Apr 2025, 15:24 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 14:15 WIB
Harga Emas Makin Berkilau di Tengah Perang Tarif AS-China, Bagaimana Prospek Saham Emitennya?
Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi, melampaui USD 3.290 per troy ounce. (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi, melampaui USD 3.290 per troy ounce, seiring meningkatnya ketidakpastian global akibat perang tarif AS-Tiongkok, konflik geopolitik di Timur Tengah, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Kenaikan tajam harga emas ini memicu rotasi portofolio investor global ke aset safe haven, termasuk logam mulia, yang secara langsung menguntungkan emiten tambang emas di Indonesia.

"Produsen emas dan pedagang emas kemungkinan akan lebih positif, sementara lainnya kurang diminati. Secara sentimen positif," kata Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Wisnubroto dalam Media Day, Kamis (17/4/2025).

Dalam kesempatan terpisah, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menyebutkan emiten antara lain ANTM, BRMS, MDKA, PSAB, ARCI, dan HRTA diproyeksikan akan mencatatkan peningkatan kinerja keuangan pada kuartal II dan III 2025 karena harga jual rata-rata (ASP) emas yang lebih tinggi akan mengerek pendapatan dan margin laba bersih.

"NTM sebagai bagian dari holding MIND ID, memiliki prospek kuat karena portofolio komoditasnya yang terdiversifikasi serta eksistensinya sebagai produsen emas batangan terbesar nasional melalui Logam Mulia," kata Hendra.

BRMS berpeluang mencatat lonjakan laba bersih seiring optimalisasi produksi di Tambang Poboya dan Palu yang pada 2025 ditargetkan menghasilkan lebih dari 15 ribu ons emas per kuartal.

Sementara itu, MDKA meski masih dalam fase investasi besar untuk proyek Tujuh Bukit dan Pani, tetap menjadi incaran investor spekulatif berkat cadangan emasnya yang besar dan ekspektasi valuasi masa depan.

Emiten Emas Lainnya

(Ilustrasi harga emas dunia by Freepik)
(Ilustrasi harga emas dunia by Freepik)... Selengkapnya

ARCI, yang fokus di Kalimantan Tengah dengan struktur biaya produksi yang kompetitif, juga mencatatkan fundamental yang solid untuk jangka pendek, terutama karena leverage terhadap harga emas sangat besar. PSAB, emiten emas dengan kepemilikan aset tambang besar di Martabe, diperkirakan akan mengalami re-rating valuasi karena eksposurnya terhadap harga emas global dan potensi konsolidasi struktur modal.

HRTA, meskipun lebih berfokus pada manufaktur dan perhiasan emas, akan diuntungkan dari peningkatan nilai inventori serta penjualan domestik yang tetap tinggi di tengah konsumsi yang kuat. Emiten seperti UNTR melalui anak usahanya PT Sumbawa Juta Raya juga memiliki eksposur terhadap tambang emas, namun kontribusinya terhadap total pendapatan masih kecil dibandingkan sektor alat berat dan batu bara.

"Secara umum, kombinasi dari peningkatan harga jual, produksi yang membaik, serta efisiensi operasional akan memperkuat kinerja keuangan emiten-emiten emas sepanjang 2025, bahkan bisa mendorong revisi naik konsensus laba oleh analis," ulas Hendra.

Namun, di balik euforia harga emas, terdapat sejumlah tantangan yang tetap harus dicermati investor. Ketergantungan emiten tambang terhadap harga emas global membuat mereka rentan terhadap volatilitas apabila tensi geopolitik mereda atau arah kebijakan suku bunga berubah.

Kontribusi Saham Emiten Emas

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Selain itu, Hendra menilai beberapa emiten seperti MDKA masih memiliki struktur utang tinggi dan arus kas operasional yang ketat, sehingga sensitivitas terhadap biaya pendanaan tetap tinggi.

"Tekanan dari sisi capex, biaya eksplorasi, dan risiko lingkungan juga bisa menimbulkan tekanan tambahan, khususnya bagi perusahaan yang sedang dalam ekspansi," kata dia.

Dari sisi makro, kenaikan harga saham-saham emiten emas berkontribusi positif terhadap IHSG melalui sektor tambang dan bahan baku. Namun, efeknya cenderung terbatas secara agregat karena bobot emiten emas di indeks masih relatif kecil dibandingkan sektor perbankan dan konsumer.

Meski demikian, dalam konteks rotasi sektoral, sektor emas berpotensi menjadi pelarian utama dana di tengah meningkatnya aversi risiko pasar. Oleh karena itu, saham-saham seperti ANTM (target 2.200), BRMS (412), PSAB (358), dan ARCI (330) direkomendasikan sebagai trading buy, sementara MDKA (1.875) bersifat spekulatif buy, dengan outlook jangka pendek hingga menengah yang masih positif seiring tren bullish emas global.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya