Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membongkar praktik pengembang atau developer nakal. Jumlahnya mencapai 4.000 pengembang rumah subsidi di berbagai titik di Indonesia.
Developer itu merupakan rekanan yang menggarap rumah subsidi yang diampu oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN. Developer tersebut tidak memberikan sertifikat rumah padahal cicilannya sudah dilunasi.
Advertisement
Baca Juga
"Kurang lebih 10 hari yang lalu saya mendapat beberapa kertas yang saya lihat kok ini perlu perbaikan maksimal," kata Erick dalam Konferensi Pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Advertisement
"Ketika masyarakat yang membutuhkan rumah dan berusaha sudah menyicil dengan mati-matian dengan segala keringatnya. Ternyata banyak juga developer yang nakal. Dimana kadang-kadang bahkan sudah selesai menyicil sertifikatnya tidak didapatkan kembali," imbuhnya.
Tanggung Jawab Moral
Dia mengaku sudah mendapat keterangan lengkap dari Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu. Bahkan secara bertahap sertifikat rumah yang belum terbit sudah diurus dengan dana pribadi BTN.
"Memang hal ini selama kepemimpinan Pak Nixon dan tim sudah terus dibersihkan. Karena ini tanggung jawab moral ya, bagaimana masyarakat yang berupaya mendapatkan rumah ternyata tidak mendapatkan haknya," terangnya.
120 Ribu Sertifikat Bermasalah
Pada kesempatan yang sama, Nixon menjelaskan temuan awalnya pada 2019 lalu, ada 120 ribu sertifikat rumah subsidi yang bermasalah. Ini didapat dari 4 ribu proyek rumah yang melibatkan developer dengan jumlah serupa.
"Jadi sebenarnya waktu kita ditugaskan Pak Menteri sejak 2019 kita menemukan hal ini yaitu terdapat ada 120 ribu rumah-rumah yang kita salurkan KPR lewat BTN belum memiliki sertifikat. Ada yang developernya raib, ada yang masih ada, sudah tidak tanggung jawab dan sebagainya. Kurang lebih ada 4 ribu proyek rumah atau 4 ribu developer," tuturnya.
Â
Sudah Selesaikan 80 Ribu Sertifikat
Sejak saat itu, kata Nixon, BTN secara bertahap menyelesaikan masalah sertifikat yang nyangkut ini. Alhasil dalam kurun waktu 5 tahun, sudah ada 80 ribu sertifikat rumah yang diterbitkan kembali.
Tak tanggung-tanggung, BTN menggunakan dana perusahaan untuk menyelesaikan masalah imbas developer nakal tersebut.
"Hari ini sejak tahun 2019 kita sudah menyelesaikan 80 ribu sertifikat yang tidak jelas itu oleh upaya BTN sendiri pakai biaya BTN," ungkapnya.
"Dan memang kita dibantu juga oleh Badan Pertanahan Nasional, kita ada kerjasama langsung dengan mereka sehingga itu prosesnya bisa jauh lebih cepat," tambah Nixon.
Â
Advertisement
BTN Jadi Bank Raksasa
Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mendorong PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, untuk kelak menjadi megabank alias bank raksasa. Lantaran telah melakukan transformasi dan menunjukan kemajuan yang luar biasa.
"Saya harap BTN tidak berpuas diri. Kalau bisa BTN menjadi megabank, yang bisa memberikan solusi perumahan dan ekosistemnya, saya rasa itu akan jadi proposisi yang menarik di masyarakat. Jangan lelah bertransformasi, karena transformasi tidak ada ending-nya," pinta Erick Thohir dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/1/2025).
Erick telah melihat banyak kemajuan dari transformasi yang dilakukan BTN sejak 2019. Namun begitu, Ketua Umum PSSI ini berharap bank pelat merah tersebut tidak lantas berpuas diri.
"Progres yang luar biasa, saya hargai transformasi yang dilakukan BTN. Kalau datang ke bank lain itu biasa, tapi saya percaya BTN akan mencapai kemajuan yang lebih pesat dan akan lebih mudah. Karena biasanya yang besar sudah comfort, itu saya apresiasi BTN, transformasi sudah baik, jangan berpuas diri," tegasnya.
Selain itu, Erick juga memberikan sejumlah arahan yang mencakup tiga prioritas utama untuk BTN terkait strategi bisnisnya ke depan. Antara lain, mengenai membangun kepercayaan, memberikan solusi, dan mengenai ekosistem.
Â
Perkuat Kepercayaan Publik
Terkait kepercayaan, Erick berpesan kalau ingin BTN melangkah lebih maju, kepercayaan dari publik harus ditingkatkan. BTN dianggap telah melakukan langkah konkrit dengan memperbaiki tata kelola yang baik sebagai sebuah perusahaan.
Sementara terkait solusi, Erick mengapresiasi langkah BTN sebagai bank yang menjadi penyedia solusi bagi masyarakat dengan lebih dulu membangun persepsi dan menarik engagement dari masyarakat.
Menurut dia, banyak bank yang hanya menjual produknya, dan belum tentu memberikan solusi. Selain itu masyarakat juga tidak mudah mempercayai produk atau layanan bank. Terlebih dengan maraknya informasi khususnya dari media sosial.
"Namun, BTN sudah mulai membangun persepsi, atau engagement, perubahan logo dan outletnya bisa membuahkan tidak hanya kepercayaan tapi juga engagement brand," imbuh Erick.
Advertisement