Liputan6.com, Jakarta- CLS Knights Surabaya dipastikan akan bertarung di ASEAN Basketball League (ABL) setelah mundur dari Indonesia Basketball League (IBL). CLS tak mematok target tinggi pada musim pertamanya.
Tugas berat menanti CLS di ABL. Sebagai debutan, mereka masih buta kekuatan tim-tim peserta di ABL. Apalagi mulai musim depan ABL juga akan diikuti klub dari Taiwan, Hongkong dan Tiongkok.Â
Baca Juga
Advertisement
Oleh karena itu, bos CLS Christopher Tanuwidjaja tak mau mematok target terlalu tinggi dengan langsung juara di musim pertama. Itop, sapaan akrab Christopher, ingin CLS mempelajari kekuatan lawan-lawannya terlebih dulu di awal musim.
"Kita tidak mau muluk-muluk di musim pertama. Tentu kita ingin menang, tapi jujur kita buta kekuatan lawan. Pertandingan-pertandingan awal kami harus pelajari tim-tim lain, dari situ baru kita bisa lihat target kita sampai dimana," kata Itop.
"Kalau di awal bilang juara terlalu dinilah. Tapi jika bisa juara mengapa tidak. Kalau pemain lokal mungkin, sebagai pemain kita sudah tahu kekuatannya tapi pemain asing semua masih meraba-raba karena ganti-ganti," lanjut Itop.
Demi meraih hasil maksimal, CLS rencananya akan berangkat lebih awal setiap melakoni laga tandang di ABL.
"Untuk laga away, kami akan berangkat dua hari sebelum pertandingan. Kami tidak ingin pemain kelelahan. Tim-tim ABL kan pakai AirAsia sebagai maskapai resmi dan mayoritas transit di Malaysia jadi kami harus pikirkan itu."
ABL 2017-2018 rencananya akan dimulai November 2018. Klub-klub peserta berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam ditambah klub Tiongkok, Hongkong dan Taiwan.
Sebelum CLS, Indonesia pernah memiliki dua wakil di ABL yakni Indonesia Warriors dan Laskar Dreya. Namun sejak karena jadwal ABL dan IBL berbarengan maka sejak 2014 tidak ada lagi wakil dari Indonesia.
CLS berlaga di ABL setelah mundur dari IBL. Dengan berat hati CLS tidak tampil IBL akibat keharusan berbentu Perseroan Terbatas (PT).
"Kita ke ABL alasannya ya karena CLS jangan sampai vakum dari bola basket Indonesia. Saat ini kita tidak bisa ke IBL karena peraturan. Jujur saya lebih senang tetap IBL."
"Kita memikirkan nasib pemain-pemain sehingga akhirnya main di ABL. Kalau kita bubar, kan belum tentu semua pemain kita bisa diambil klub IBL lain karena ada batasan nilai transfer," pungkas Itop.