Melek Internet Karena Dihina Teman

Sebuah penghinaan yang memotivasi saya untuk bisa menggunakan komputer dan akses internet seperti sekarang.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 14 Mei 2014, 15:47 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2014, 15:47 WIB
Ejekan Memotifasinya Untuk Belajar Situs Internet
Ilustrasi internet (ist.)

Citizen6, Jakarta Pengalaman pertama bersentuhan dengan makhluk yang namanya internet adalah pengalaman yang menyebalkan namun mengesankan buat saya. Awal masuk kuliah, semua tugas dan bahan kuliah harus dicari sendiri melalui website atau internet dan juga wajib diketik komputer.

Sayangnya, saya termasuk orang yang gaptek jadi tidak bisa mengakses internet. Diantara banyaknya mahasiswa di kampus, mungkin satu-satunya orang yang buta teknologi adalah saya. Saya hanya bisa terdiam selama satu jam di depan komputer rental tanpa mengklik ikon apapun yg ada di desktop komputer, bagaimana cara menggerakkan mouse juga saya bingung. Kalau tahu jadinya seperti ini rasanya menyesal saat zaman SMA suka kabur di jam pelajaran komputer.

Kejadian tersebut belum mengubah pola pikir saya, karena masih bisa disiasati dengan menyuruh petugas rental untuk mencari bahan dan mengetikkan semua tugas dari kampus. Saya hanya terima beres, hingga suatu ketika ada seorang teman yang begitu jutek dan pedas mengeluarkan kata-kata memalukan untuk saya saat berada di depan orang banyak.

"Kampungan banget hari gini nggak bisa komputer, sekarang zaman internet bukan zaman monyet," itu yang kata-kata yang terucap dari seorang teman. Tetapi hal itu membuat saya tersadar sepenuhnya, bahwa apa yang dia katakan benar, kejadian memalukan itu membuat saya tergerak untuk giat belajar menggunakan komputer dan internet.

Setelah selesai kuliah saya mengajak salah satu teman yang pandai komputer, saya meminta untuk diajari bagaimana cara menggunakan komputer dan internet secara sederhana. Berawal dari mengklik icon internet lalu memasukkan huruf “www.” kemudian muncul apa yang ingin saya cari, data dan bahan terpampang di sana.

Ajaib dan keren, kata tersebut muncul saat saya bisa mengoperasikan komputer. Rasa gembira tak terkira bisa melakukan akses internet untuk pertama kali dan mulai terbelalak bahwa apapun bahan yang saya butuhkan tersedia di sana tanpa harus membuka buku yang tebal. Hanya dengan memasukkan kata kunci dan saya bebas memilih artikel yang dibutuhkan.

Perlahan namun pasti saya mulai terbiasa dengan sistem komputer dan internet. Entah berapa ratus ribu uang yang saya keluarkan hanya untuk mengutak-atik icon komputer beserta program-programnya. Maklumlah saat itu rental internet masih terbilang mahal yaitu Rp 6 ribu untuk setiap satu jam penggunaan, namun uang yang saya habiskan tidak sia-sia.

Kini saya sudah melek teknologi dan terus tertantang untuk mempelajari program-program baru mengenai internet dan komputer. Sebuah penghinaan yang memotivasi saya untuk bisa menggunakan komputer dan akses internet seperti sekarang. Hari ini, boleh jadi saya tidak bisa hidup sehari pun tanpa menggunakan akses internet dan media sosial lainnya, internet membuat jarak tak berarti dan informasi yang sangat mudah untuk diketahui membuka cakrawala baru di era digital saat ini.

Penulis:

Royani

Twitter: @royanike77

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya keCitizen6@liputan6.com.

Mulai Selasa, 9 Mei  2014 sampai dengan 25 Mei 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Pengalaman Pertama Berinternet". Ada 2 router DLink (DIR-605L) untuk 2 orang pemenang  dan 4 merchandise ekslusif dari Liputan6. com. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.  Program menulis bertopik kali ini disupport oleh @DlinkID

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya