Surga di Utara Jakarta Itu Bernama Semak Daun

Perahu untuk menyeberang ke Pulau Semak Daun dengan tarif sekitar 30 ribu per orang untuk bolak-balik perjalanan kembali ke Pulau Pramuka.

oleh Angga Utomo diperbarui 28 Jan 2017, 11:11 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2017, 11:11 WIB
Campus CJ
Perjalanan memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan untuk transit ke Pulau Pramuka

Liputan6.com, Jakarta Buat kalian yang tidak memiliki waktu banyak, bisa mengambil liburan ala backpacker. Tak usah jauh-jauh keluar kota kalau kita bisa menjelajah daerah sendiri. Kita pun akan menemukan tempat yang tak terlupakan.

Di utara Jakarta, tepatnya di kawasan Kepulauan Seribu, terdapat satu buah pulau yang menjadi destinasi utama para backpacker untuk menemukan suasana sunyi dan menemukan ketenangan di sana. Yap, tempat itu bernama Pulau Semak Daun.

Cukup mudah untuk bisa ke sana. Memulai perjalanan dari Pelabuhan Kali Adem Muara Angke, kamu bisa menaiki kapal nelayan yang memang sudah disediakan dengan tarif sekitar 45 ribu/orang. Eits tenang, meskipun namanya kapal nelayan, kapalnya jauh kok dari kesan kotor.

Perjalanan memerlukan waktu sekitar 2 jam. Anda harus transit ke Pulau Pramuka terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan perahu yang lebih kecil menuju Pulau Semak Daun.

Tak terasa perjalanan sampai di Pulau Pramuka. Di sini kamu bisa beristirahat sambil mengisi tenaga untuk melanjutkan perjalanan. Selain beristirahat kamu juga bisa menjelajah pulau ini sambil memesan perahu untuk menyeberang ke Pulau Semak Daun dengan tarif sekitar 30 ribu/orang untuk bolak-balik perjalanan kembali ke Pulau Pramuka.

Perjalanan dari Pulau Pramuka ke Pulau Semak Daun sedikit unik. Selain rutenya melewati pulau bernama Pulau Panggang, di mana pulau ini mayoritas tempat tinggal penduduk di sini dan melewati pulau yang khusus jadi tempat pemakaman di Kepulauan Seribu.

Ketika menaiki perahu, kita diharuskan memutari setiap ombak yang datang agar perahu tak terbalik. Selain itu, kamu juga akan menemui beberapa siswa-siswi yang pulang sekolah di Pulau Pramuka menaiki perahu bersama kamu untuk turun di Pulau Panggang.

“Selain jadi nelayan pengangkut turis, saya juga jadi antar jemput anak-anak di sini untuk pergi dan pulang sekolah,” kata Alen, sang nelayan.

Ketika menaiki perahu yang lebih kecil ini, suasananya lebih seru dan ramai dipenuhi riuh dan candaan para siswa-siswi tersebut. Ombak yang tinggi terkadang menghempas dan sukses membuat perahu kami bergoyang-goyang. Tapi anehnya kita tak ada rasa mual atau mabuk laut berbeda dengan menaiki kapal besar sebelumnya. Mungkin itu menjadi sensasi dan tantangan tersendiri.

Setelah menurunkan siswa-siswi di Pulau Panggang, lalu kami kembali ke jalur menuju Pulau Semak Daun. Cukup singkat hanya perlu waktu sekitar 30 menit kita tiba di pulau tak berpenghuni tersebut. Pertama kali menginjakkan kaki di sini sensasinya adalah sepi dan sunyi. Tempat pas untuk berkemah dan menenangkan diri sejenak dengan diiringi akustik gitar yang dibawa. Sambil menikmati air laut yang jernih kita bisa mendirikan tenda kemah di sini.

Ombak yang bergulung serasa memanggil untuk siapa saja berenang di sana. Pantainya yang landai membuat kita bisa snorkeling dan berenang hampir ke tengah laut. Sore harinya kita bisa menikmati sunset yang memanjakan mata siapa pun yang melihatnya, mengabadikan setiap momen tenggelamnya matahari terbenam. Ketika pagi menjelang kita bisa merapat ke dermaga untuk menikmati sunrise. Sungguh pemandangan indah untuk memulai hari.

Penulis :

Aria Aji Kusuma​

Citizen Journalist - Sahabat Liputan6.com


Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: SahabatLiputan6@gmail.com serta follow official Instagram @SahabatLiputan6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya