Apakah Kepribadian Ganda Itu Nyata? Memahami Gangguan Identitas Disosiatif

Pelajari fakta seputar kepribadian ganda atau gangguan identitas disosiatif. Kenali gejala, penyebab, diagnosis dan penanganannya.

oleh Fadila Adelin Diperbarui 14 Feb 2025, 17:30 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 17:30 WIB
apakah kepribadian ganda itu nyata
apakah kepribadian ganda itu nyata ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kepribadian ganda atau yang dalam istilah medis disebut gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder/DID) merupakan salah satu gangguan mental yang masih diperdebatkan keberadaannya. Meski demikian, kondisi ini diakui secara medis dan tercantum dalam panduan diagnosis gangguan mental DSM-5. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang realitas kepribadian ganda, gejala, penyebab, diagnosis, serta penanganannya.

Definisi Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan identitas disosiatif adalah kondisi kesehatan mental di mana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda dalam dirinya. Kepribadian-kepribadian ini dapat memiliki karakteristik, perilaku, ingatan, dan identitas yang sangat berbeda satu sama lain. Kondisi ini dulunya dikenal dengan istilah "kepribadian ganda" atau "multiple personality disorder".

Dalam DID, kepribadian utama disebut sebagai "host", sementara kepribadian-kepribadian lain disebut "alter". Masing-masing alter dapat memiliki nama, usia, jenis kelamin, cara bicara, dan perilaku yang berbeda. Pergantian antar kepribadian ini disebut "switching" dan dapat terjadi dalam hitungan detik hingga hari.

Penting untuk dipahami bahwa DID bukanlah hasil dari imajinasi atau akting. Ini merupakan mekanisme pertahanan psikologis yang kompleks sebagai respons terhadap trauma berat, terutama yang dialami pada masa kanak-kanak. Otak memecah ingatan dan identitas sebagai cara untuk melindungi diri dari pengalaman traumatis yang tidak tertahankan.

Gejala Gangguan Identitas Disosiatif

Gejala utama gangguan identitas disosiatif meliputi:

  • Keberadaan dua atau lebih kepribadian yang berbeda
  • Amnesia disosiatif - kehilangan ingatan tentang peristiwa, informasi pribadi, atau keterampilan tertentu
  • Kebingungan identitas - merasa asing dengan diri sendiri atau lingkungan
  • Depersonalisasi - perasaan terlepas dari tubuh atau pikiran sendiri
  • Derealisasi - perasaan bahwa lingkungan sekitar tidak nyata
  • Perubahan perilaku dan kemampuan yang drastis
  • Fluktuasi suasana hati yang ekstrem
  • Halusinasi pendengaran atau penglihatan
  • Gangguan tidur seperti mimpi buruk atau tidur berjalan
  • Kecemasan dan depresi
  • Pikiran atau perilaku menyakiti diri sendiri

Gejala-gejala ini dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari penderita. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam pekerjaan, hubungan sosial, dan aktivitas rutin lainnya. Banyak penderita DID juga mengalami gangguan mental lain seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, atau penyalahgunaan zat.

Penyebab Gangguan Identitas Disosiatif

Penyebab utama gangguan identitas disosiatif adalah trauma berat yang dialami pada masa kanak-kanak. Sekitar 90% kasus DID berkaitan dengan riwayat pelecehan atau penganiayaan di masa kecil. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada perkembangan DID antara lain:

  • Pelecehan fisik, emosional, atau seksual yang parah dan berulang
  • Pengabaian ekstrem pada masa kanak-kanak
  • Kehilangan orang tua atau pengasuh utama di usia dini
  • Perang atau bencana alam
  • Prosedur medis yang traumatis pada anak-anak
  • Pola pengasuhan yang tidak konsisten atau kacau
  • Faktor genetik yang meningkatkan kerentanan terhadap disosiasi

Trauma yang terjadi sebelum usia 6-9 tahun dianggap paling berisiko menyebabkan DID. Pada usia ini, anak-anak belum mengembangkan rasa identitas yang utuh sehingga lebih rentan mengalami fragmentasi kepribadian sebagai mekanisme pertahanan.

Teori neurobiologis menunjukkan bahwa trauma berat dapat memengaruhi perkembangan otak anak, terutama di area yang terkait dengan memori, emosi, dan integrasi pengalaman. Hal ini dapat menjelaskan mengapa beberapa orang lebih rentan mengembangkan DID sebagai respons terhadap trauma.

Diagnosis Gangguan Identitas Disosiatif

Diagnosis DID dapat menjadi tantangan karena kompleksitas gejalanya dan kemiripannya dengan beberapa gangguan mental lain. Proses diagnosis biasanya melibatkan:

  • Wawancara klinis mendalam
  • Evaluasi riwayat medis dan psikiatris
  • Penggunaan alat skrining dan kuesioner khusus untuk gangguan disosiatif
  • Observasi perilaku dan gejala selama periode waktu tertentu
  • Pemeriksaan fisik dan tes laboratorium untuk menyingkirkan penyebab medis lain

Menurut DSM-5, kriteria diagnosis DID meliputi:

  1. Adanya dua atau lebih keadaan kepribadian yang berbeda
  2. Amnesia berulang yang tidak dapat dijelaskan oleh pelupaan biasa
  3. Gejala menyebabkan gangguan signifikan dalam fungsi sehari-hari
  4. Gangguan tidak disebabkan oleh efek zat atau kondisi medis umum
  5. Pada anak-anak, gejala tidak dapat dijelaskan oleh teman imajiner atau permainan pura-pura

Diagnosis yang akurat sangat penting untuk penanganan yang tepat. Sayangnya, banyak penderita DID salah didiagnosis dengan gangguan lain seperti skizofrenia, gangguan bipolar, atau borderline personality disorder sebelum akhirnya mendapat diagnosis yang benar.

Penanganan Gangguan Identitas Disosiatif

Penanganan DID umumnya berfokus pada psikoterapi jangka panjang. Tujuan utamanya adalah untuk mengintegrasikan kepribadian yang terpecah dan membantu pasien mengatasi trauma yang mendasarinya. Beberapa pendekatan terapi yang umum digunakan meliputi:

  • Terapi kognitif-perilaku (CBT): Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat.
  • Terapi psikodinamik: Mengeksplorasi konflik bawah sadar dan pengalaman masa lalu yang berkontribusi pada gejala.
  • Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR): Teknik khusus untuk memproses ingatan traumatis.
  • Terapi seni atau bermain: Terutama bermanfaat untuk anak-anak atau orang dewasa yang kesulitan mengekspresikan diri secara verbal.
  • Hipnoterapi: Dapat membantu mengakses ingatan yang terpendam dan mempromosikan integrasi kepribadian.

Selain psikoterapi, pengobatan farmakologis mungkin diresepkan untuk mengatasi gejala-gejala tertentu seperti depresi, kecemasan, atau gangguan tidur. Namun, tidak ada obat khusus untuk DID itu sendiri.

Proses penyembuhan DID seringkali memakan waktu bertahun-tahun dan membutuhkan kesabaran serta komitmen dari pasien dan terapis. Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai "integrasi" atau "resolusi" di mana berbagai kepribadian dapat berfungsi bersama secara harmonis.

Mitos dan Fakta Seputar Kepribadian Ganda

Banyak mitos dan kesalahpahaman beredar tentang gangguan identitas disosiatif. Mari kita luruskan beberapa di antaranya:

Mitos: Kepribadian ganda hanya ada di film dan buku fiksi.Fakta: DID adalah gangguan mental yang nyata dan diakui secara medis, meskipun langka.

Mitos: Orang dengan DID selalu berbahaya atau kekerasan.Fakta: Mayoritas penderita DID tidak berbahaya dan justru lebih sering menjadi korban kekerasan.

Mitos: DID sama dengan skizofrenia.Fakta: DID dan skizofrenia adalah dua gangguan yang berbeda dengan gejala dan penyebab yang berbeda pula.

Mitos: Orang bisa berpura-pura memiliki DID.Fakta: Meskipun mungkin ada kasus simulasi, DID yang sejati melibatkan mekanisme disosiasi yang kompleks dan tidak mudah ditiru.

Mitos: Semua alter dalam DID menyadari keberadaan satu sama lain.Fakta: Tingkat kesadaran antar alter bervariasi; beberapa mungkin tidak menyadari keberadaan yang lain.

Mitos: DID dapat disembuhkan dengan cepat.Fakta: Penanganan DID biasanya membutuhkan proses terapi jangka panjang.

Dampak Gangguan Identitas Disosiatif pada Kehidupan Sehari-hari

DID dapat memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan penderitanya:

  • Pekerjaan: Kesulitan mempertahankan pekerjaan karena perubahan kepribadian yang tidak terduga.
  • Hubungan: Tantangan dalam membangun dan mempertahankan hubungan karena perilaku yang tidak konsisten.
  • Pendidikan: Kesulitan berkonsentrasi dan mengingat informasi penting.
  • Kesehatan fisik: Rentan terhadap masalah kesehatan akibat stres kronis dan perawatan diri yang buruk.
  • Keuangan: Masalah pengelolaan keuangan akibat perilaku impulsif atau amnesia.
  • Hukum: Risiko terlibat masalah hukum akibat tindakan alter yang tidak diingat.

Meski demikian, dengan penanganan yang tepat, banyak penderita DID dapat belajar mengelola gejalanya dan menjalani kehidupan yang produktif.

Peran Keluarga dan Dukungan Sosial

Dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial sangat penting dalam proses pemulihan penderita DID. Beberapa cara keluarga dapat membantu:

  • Belajar tentang DID untuk memahami kondisi tersebut dengan lebih baik.
  • Bersikap sabar dan mendukung, tanpa menghakimi atau menyalahkan.
  • Mendorong penderita untuk mencari dan mengikuti pengobatan profesional.
  • Membantu menciptakan lingkungan yang aman dan stabil.
  • Berpartisipasi dalam terapi keluarga jika direkomendasikan.
  • Menjaga komunikasi terbuka dan jujur.
  • Mengenali tanda-tanda krisis dan tahu cara merespons.

Penting untuk diingat bahwa merawat seseorang dengan DID bisa sangat menantang. Anggota keluarga juga perlu menjaga kesehatan mental mereka sendiri dan mencari dukungan bila diperlukan.

Penelitian Terkini dan Perkembangan dalam Pemahaman DID

Meskipun DID masih menjadi subjek perdebatan di kalangan profesional kesehatan mental, penelitian terkini terus meningkatkan pemahaman kita tentang gangguan ini:

  • Studi pencitraan otak menunjukkan perbedaan aktivitas otak yang signifikan antara alter yang berbeda pada penderita DID.
  • Penelitian genetik mengidentifikasi beberapa gen yang mungkin berkontribusi pada kerentanan terhadap gangguan disosiatif.
  • Pendekatan terapi baru seperti "internal family systems" menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam penanganan DID.
  • Studi longitudinal memberikan wawasan tentang perjalanan jangka panjang dan hasil pengobatan DID.

Meski demikian, masih banyak yang perlu dipelajari tentang mekanisme yang mendasari DID dan cara terbaik untuk menanganinya.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala-gejala yang mungkin mengarah pada DID, penting untuk segera mencari bantuan profesional. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai:

  • Sering mengalami periode "hilang ingatan" atau "waktu yang hilang"
  • Menemukan barang-barang yang tidak diingat membeli atau menulis
  • Sering dipanggil dengan nama yang berbeda oleh orang lain
  • Mendengar suara-suara di dalam kepala
  • Merasa terlepas dari diri sendiri atau lingkungan
  • Perubahan drastis dalam perilaku atau kemampuan
  • Gejala depresi, kecemasan, atau PTSD yang parah

Diagnosis dan penanganan dini dapat sangat meningkatkan prognosis jangka panjang bagi penderita DID.

Kesimpulan

Gangguan identitas disosiatif atau kepribadian ganda memang nyata dan merupakan kondisi kesehatan mental yang kompleks. Meskipun masih ada perdebatan di kalangan profesional, bukti ilmiah dan klinis mendukung keberadaan DID sebagai respons terhadap trauma berat. Pemahaman yang lebih baik tentang DID dapat membantu mengurangi stigma dan meningkatkan akses ke perawatan yang tepat bagi mereka yang menderita kondisi ini.

Penting untuk diingat bahwa dengan diagnosis yang tepat dan penanganan komprehensif, banyak penderita DID dapat mencapai perbaikan yang signifikan dalam kualitas hidup mereka. Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat juga memainkan peran krusial dalam proses pemulihan.

Jika Anda mencurigai diri sendiri atau orang lain mungkin mengalami DID, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Semakin cepat kondisi ini dikenali dan ditangani, semakin baik hasilnya. Ingatlah bahwa memiliki DID bukanlah kesalahan seseorang dan bukan sesuatu yang harus disembunyikan atau dimalukan. Dengan pemahaman, empati, dan perawatan yang tepat, penderita DID dapat menjalani kehidupan yang bermakna dan memuaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya