Penyebab Benjolan di Payudara, Kenali Gejala dan Penanganannya

Benjolan di payudara tidak selalu berbahaya. Kenali berbagai penyebab, gejala, dan cara menangani benjolan payudara untuk deteksi dini kanker payudara.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 14 Mar 2025, 14:07 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2025, 14:07 WIB
penyebab benjolan di payudara
penyebab benjolan di payudara ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Menemukan benjolan di payudara tentu dapat menimbulkan kekhawatiran. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua benjolan payudara merupakan tanda kanker. Ada berbagai penyebab munculnya benjolan di payudara yang sebagian besar bersifat jinak dan tidak berbahaya. Meski demikian, penting untuk tetap waspada dan melakukan pemeriksaan rutin untuk deteksi dini.

Definisi Benjolan Payudara

Benjolan payudara adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi di dalam payudara. Benjolan ini dapat memiliki karakteristik yang beragam, mulai dari ukuran, tekstur, hingga tingkat keparahannya. Sebagian besar benjolan payudara bersifat jinak dan tidak menimbulkan risiko serius bagi kesehatan.

Benjolan payudara dapat terbentuk karena berbagai faktor, seperti perubahan hormonal, infeksi, atau pertumbuhan sel yang tidak normal. Benjolan ini bisa muncul pada satu sisi payudara atau keduanya. Beberapa benjolan dapat terasa nyeri saat disentuh, sementara yang lain mungkin tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali.

Penting untuk memahami bahwa benjolan payudara dapat dialami oleh wanita maupun pria. Meski lebih jarang terjadi, pria juga bisa mengalami kondisi yang disebut ginekomastia, yaitu pembesaran jaringan payudara yang dapat terasa seperti benjolan.

Penyebab Benjolan di Payudara

Ada beragam penyebab munculnya benjolan di payudara. Berikut ini adalah beberapa penyebab yang paling umum:

1. Fibroadenoma

Fibroadenoma merupakan salah satu jenis tumor jinak yang paling sering ditemukan pada payudara wanita. Benjolan ini biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Terasa kenyal dan padat saat diraba
  • Bentuknya bulat atau oval
  • Mudah digerakkan di bawah kulit
  • Umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri
  • Sering ditemukan pada wanita berusia 20-30 tahun

Fibroadenoma terbentuk akibat pertumbuhan berlebih dari jaringan kelenjar dan jaringan ikat payudara. Meski penyebab pastinya belum diketahui, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan hormon estrogen. Fibroadenoma umumnya tidak berbahaya dan jarang berkembang menjadi kanker.

2. Kista Payudara

Kista payudara adalah kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam jaringan payudara. Karakteristik kista payudara antara lain:

  • Terasa seperti gelembung berisi cairan
  • Bentuknya bulat dan halus
  • Bisa terasa nyeri saat ditekan
  • Ukurannya dapat berubah-ubah seiring siklus menstruasi
  • Lebih sering terjadi pada wanita usia 35-50 tahun

Kista payudara sering terbentuk akibat perubahan hormonal, terutama menjelang menstruasi. Kondisi ini umumnya jinak dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika ukurannya besar atau menimbulkan rasa tidak nyaman, penanganan medis mungkin diperlukan.

3. Perubahan Fibrokistik

Perubahan fibrokistik adalah kondisi umum yang menyebabkan payudara terasa lebih padat dan bernodul. Ciri-cirinya meliputi:

  • Payudara terasa lebih padat atau berbutir-butir
  • Dapat disertai rasa nyeri atau tidak nyaman
  • Gejala cenderung memburuk menjelang menstruasi
  • Sering terjadi pada wanita usia 20-50 tahun

Perubahan fibrokistik terjadi akibat respon jaringan payudara terhadap fluktuasi hormon selama siklus menstruasi. Kondisi ini bukan merupakan penyakit dan tidak meningkatkan risiko kanker payudara.

4. Papiloma Intraduktal

Papiloma intraduktal adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam saluran susu payudara. Karakteristiknya antara lain:

  • Umumnya berukuran kecil (1-2 cm)
  • Dapat menyebabkan keluarnya cairan dari puting
  • Terkadang disertai rasa nyeri
  • Lebih sering terjadi pada wanita usia 35-55 tahun

Penyebab pasti papiloma intraduktal belum diketahui, namun diduga terkait dengan perubahan hormon. Meski umumnya jinak, beberapa jenis papiloma intraduktal memiliki risiko kecil untuk berkembang menjadi kanker.

5. Lipoma

Lipoma adalah tumor jinak yang terbentuk dari sel-sel lemak. Ciri-ciri lipoma pada payudara meliputi:

  • Terasa lunak dan kenyal saat diraba
  • Bentuknya bulat atau lonjong
  • Umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri
  • Dapat tumbuh perlahan seiring waktu
  • Lebih sering terjadi pada orang berusia 40-60 tahun

Lipoma terbentuk akibat pertumbuhan berlebih dari sel-sel lemak. Penyebab pastinya belum diketahui, namun faktor genetik diduga berperan. Lipoma umumnya tidak berbahaya dan jarang memerlukan pengobatan khusus.

Gejala Benjolan Payudara

Gejala benjolan payudara dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya. Beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Adanya benjolan atau penebalan yang teraba di payudara
  • Perubahan ukuran atau bentuk payudara
  • Perubahan tekstur kulit payudara (seperti kulit jeruk)
  • Keluarnya cairan tidak normal dari puting
  • Nyeri atau rasa tidak nyaman pada payudara
  • Perubahan posisi atau bentuk puting
  • Kemerahan atau pembengkakan pada payudara

Penting untuk diingat bahwa tidak semua benjolan payudara menimbulkan gejala yang jelas. Oleh karena itu, pemeriksaan payudara sendiri secara rutin dan pemeriksaan medis berkala sangat dianjurkan untuk deteksi dini.

Cara Mendiagnosis Benjolan Payudara

Diagnosis benjolan payudara melibatkan beberapa tahapan pemeriksaan. Berikut ini adalah metode-metode yang umumnya digunakan untuk mendiagnosis benjolan payudara:

1. Pemeriksaan Fisik

Langkah pertama dalam diagnosis benjolan payudara adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan ini meliputi:

  • Inspeksi visual payudara untuk melihat perubahan bentuk atau tekstur kulit
  • Palpasi atau perabaan payudara untuk mendeteksi adanya benjolan atau area yang terasa berbeda
  • Pemeriksaan kelenjar getah bening di sekitar payudara dan ketiak

Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat keluarga terkait kanker payudara.

2. Mamografi

Mamografi adalah metode pencitraan menggunakan sinar-X dosis rendah untuk mendeteksi perubahan abnormal pada jaringan payudara. Prosedur ini efektif untuk mendeteksi benjolan yang mungkin belum teraba saat pemeriksaan fisik. Mamografi rutin direkomendasikan untuk wanita di atas usia 40 tahun sebagai bagian dari skrining kanker payudara.

3. Ultrasonografi (USG) Payudara

USG payudara menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jaringan payudara. Metode ini sangat berguna untuk membedakan benjolan padat dari kista berisi cairan. USG juga sering digunakan sebagai pemeriksaan lanjutan setelah ditemukan hasil abnormal pada mamografi.

4. MRI Payudara

Magnetic Resonance Imaging (MRI) payudara menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar detail dari struktur internal payudara. MRI biasanya digunakan sebagai pemeriksaan tambahan pada kasus-kasus tertentu, seperti pada wanita dengan risiko tinggi kanker payudara atau ketika hasil pemeriksaan lain tidak konklusif.

5. Biopsi

Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan dari benjolan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Prosedur ini dilakukan untuk memastikan apakah benjolan bersifat jinak atau ganas. Ada beberapa jenis biopsi yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Biopsi jarum halus (FNA): Menggunakan jarum tipis untuk mengambil sampel sel
  • Biopsi inti: Menggunakan jarum yang lebih besar untuk mengambil sampel jaringan
  • Biopsi eksisi: Pengangkatan seluruh benjolan melalui prosedur bedah

Hasil biopsi akan memberikan informasi pasti mengenai sifat benjolan dan membantu dokter menentukan langkah pengobatan yang tepat.

Penanganan Benjolan Payudara

Penanganan benjolan payudara sangat tergantung pada penyebab dan karakteristik benjolannya. Berikut ini adalah beberapa metode penanganan yang umumnya dilakukan:

1. Observasi dan Pemantauan

Untuk benjolan yang bersifat jinak dan tidak menimbulkan gejala signifikan, dokter mungkin merekomendasikan observasi dan pemantauan berkala. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin dan melakukan kontrol ke dokter sesuai jadwal yang ditentukan.

2. Pengobatan Medis

Beberapa jenis benjolan payudara dapat ditangani dengan pengobatan medis, seperti:

  • Antibiotik untuk mengatasi infeksi payudara atau mastitis
  • Obat pereda nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan
  • Terapi hormonal untuk mengatasi perubahan fibrokistik

3. Aspirasi Jarum Halus

Untuk kista payudara yang besar atau menimbulkan rasa tidak nyaman, dokter dapat melakukan aspirasi menggunakan jarum halus untuk mengeluarkan cairan dari dalam kista. Prosedur ini umumnya cepat dan dapat dilakukan di klinik.

4. Eksisi Bedah

Beberapa jenis benjolan payudara mungkin memerlukan pengangkatan melalui prosedur bedah. Ini termasuk:

  • Lumpektomi: Pengangkatan benjolan beserta sedikit jaringan di sekitarnya
  • Eksisi luas: Pengangkatan benjolan dengan margin jaringan yang lebih lebar

Prosedur bedah biasanya dilakukan untuk benjolan yang dicurigai ganas atau benjolan jinak yang besar dan mengganggu.

5. Terapi Kanker

Jika benjolan payudara terdiagnosis sebagai kanker, penanganan akan disesuaikan dengan jenis dan stadium kankernya. Terapi kanker payudara dapat meliputi:

  • Operasi pengangkatan tumor (lumpektomi atau mastektomi)
  • Radioterapi
  • Kemoterapi
  • Terapi hormonal
  • Terapi target

Rencana pengobatan akan ditentukan oleh tim dokter multidisiplin dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.

Benjolan pada Payudara
Jangan dulu cemas ketika menemukan ada benjolan aneh disekitar payudara karena belum tentu itu adalah kanker. (Foto: rd.com)... Selengkapnya

Cara Mencegah Benjolan Payudara

Meski tidak semua benjolan payudara dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko dan mendeteksi perubahan payudara sedini mungkin:

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Lakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin setiap bulan. Ini membantu Anda mengenali kondisi normal payudara dan mendeteksi perubahan sedini mungkin. Langkah-langkah SADARI meliputi:

  • Melihat payudara di depan cermin untuk mendeteksi perubahan bentuk atau tekstur kulit
  • Meraba seluruh area payudara dengan gerakan melingkar untuk merasakan adanya benjolan atau penebalan
  • Memeriksa puting untuk melihat adanya perubahan atau keluarnya cairan tidak normal

Lakukan SADARI 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi ketika payudara tidak terlalu sensitif.

2. Pemeriksaan Klinis Rutin

Lakukan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis secara rutin, minimal setahun sekali. Untuk wanita di atas 40 tahun, pemeriksaan mamografi rutin juga direkomendasikan.

3. Gaya Hidup Sehat

Adopsi gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko benjolan payudara dan kanker payudara:

  • Pertahankan berat badan ideal
  • Lakukan aktivitas fisik secara teratur
  • Batasi konsumsi alkohol
  • Hindari merokok
  • Konsumsi makanan seimbang kaya serat dan rendah lemak

4. Menyusui

Bagi ibu yang memiliki bayi, menyusui dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara. Usahakan untuk menyusui setidaknya selama 6 bulan.

5. Hindari Paparan Radiasi dan Bahan Kimia Berbahaya

Minimalisir paparan terhadap radiasi dan bahan kimia yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara, terutama di lingkungan kerja.

Kapan Harus ke Dokter?

Meski sebagian besar benjolan payudara bersifat jinak, ada beberapa kondisi yang mengharuskan Anda segera berkonsultasi dengan dokter:

  • Menemukan benjolan baru yang sebelumnya tidak ada
  • Benjolan yang tidak hilang setelah satu siklus menstruasi
  • Benjolan yang terus membesar atau berubah bentuk
  • Adanya perubahan pada kulit payudara (seperti kemerahan, penebalan, atau tekstur seperti kulit jeruk)
  • Keluarnya cairan dari puting (terutama jika berdarah)
  • Perubahan posisi atau bentuk puting
  • Nyeri payudara yang tidak hilang dan mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Adanya benjolan di ketiak

Jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda merasa khawatir atau tidak yakin dengan perubahan yang terjadi pada payudara Anda. Deteksi dini sangat penting dalam penanganan masalah payudara, termasuk kanker payudara.

Mitos dan Fakta Seputar Benjolan Payudara

Ada banyak mitos yang beredar seputar benjolan payudara. Mari kita luruskan beberapa mitos umum dengan fakta yang benar:

Mitos 1: Semua benjolan payudara adalah kanker

Fakta: Sebagian besar benjolan payudara (sekitar 80%) bersifat jinak dan tidak berbahaya. Namun, tetap penting untuk memeriksakan setiap benjolan ke dokter untuk memastikan diagnosisnya.

Mitos 2: Hanya wanita yang bisa terkena kanker payudara

Fakta: Meski jarang, pria juga bisa terkena kanker payudara. Sekitar 1% dari semua kasus kanker payudara terjadi pada pria.

Mitos 3: Menggunakan antiperspiran atau deodoran menyebabkan kanker payudara

Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa penggunaan antiperspiran atau deodoran meningkatkan risiko kanker payudara.

Mitos 4: Benjolan payudara yang tidak nyeri pasti bukan kanker

Fakta: Sebagian besar benjolan kanker payudara tidak menimbulkan rasa nyeri, terutama pada tahap awal. Oleh karena itu, jangan mengabaikan benjolan hanya karena tidak terasa sakit.

Mitos 5: Wanita dengan ukuran payudara kecil memiliki risiko kanker payudara yang lebih rendah

Fakta: Ukuran payudara tidak mempengaruhi risiko kanker payudara. Faktor risiko lebih terkait dengan genetik, gaya hidup, dan paparan hormon.

Mitos 6: Memakai bra kawat meningkatkan risiko kanker payudara

Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa memakai bra kawat atau jenis bra tertentu meningkatkan risiko kanker payudara.

Pertanyaan Seputar Benjolan Payudara

1. Apakah semua benjolan payudara perlu dioperasi?

Tidak semua benjolan payudara memerlukan operasi. Banyak benjolan yang bersifat jinak dapat ditangani dengan observasi atau pengobatan non-bedah. Keputusan untuk melakukan operasi tergantung pada jenis benjolan, ukuran, dan potensi keganasnnya.

2. Bisakah benjolan payudara hilang dengan sendirinya?

Ya, beberapa jenis benjolan payudara, seperti kista atau benjolan yang terkait dengan siklus menstruasi, dapat hilang dengan sendirinya. Namun, penting untuk tetap memantau dan berkonsultasi dengan dokter jika benjolan tidak kunjung hilang.

3. Apakah benjolan payudara selalu terasa saat diraba?

Tidak selalu. Beberapa benjolan mungkin terlalu kecil atau terletak terlalu dalam untuk terasa saat diraba. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin seperti mamografi penting untuk mendeteksi benjolan yang mungkin tidak teraba.

4. Apakah wanita muda bisa terkena kanker payudara?

Ya, meski lebih jarang, wanita muda juga bisa terkena kanker payudara. Sekitar 5% kasus kanker payudara terjadi pada wanita di bawah usia 40 tahun.

5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memastikan diagnosis benjolan payudara?

Waktu diagnosis dapat bervariasi tergantung pada jenis pemeriksaan yang diperlukan. Beberapa kasus dapat dipastikan dalam beberapa hari, sementara kasus lain mungkin memerlukan waktu hingga beberapa minggu, terutama jika diperlukan biopsi.

Kesimpulan

Benjolan di payudara merupakan kondisi yang umum terjadi dan sebagian besar bersifat jinak. Namun, penting untuk tetap waspada dan melakukan pemeriksaan rutin untuk deteksi dini. Pemahaman tentang berbagai penyebab, gejala, dan metode diagnosis benjolan payudara dapat membantu Anda mengambil langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan payudara.

Ingatlah bahwa deteksi dini adalah kunci dalam penanganan masalah payudara, termasuk kanker payudara. Lakukan SADARI secara rutin, ikuti jadwal pemeriksaan klinis yang direkomendasikan, dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika menemukan perubahan pada payudara Anda. Dengan pengetahuan yang tepat dan tindakan proaktif, Anda dapat menjaga kesehatan payudara dan meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya