Liputan6.com, Jakarta Ditemukannya cara membuat api dan diciptakannya berbagai peralatan berburu dan bercocok tanam menandai awal perkembangan teknologi yang ditemukan manusia di masa lampau untuk mempermudah kehidupan mereka. Di masa-masa selanjutnya, manusia semakin banyak melengkapi kehidupannya dengan berbagai teknologi seperti penemuan roda, mesin cetak, lampu, hingga kapal dan pesawat terbang.
Tidak dimungkiri, bahwa penemuan berbagai teknologi sebagai hasil kecerdasan manusia telah membuat kehidupan manusia melesat maju jauh meninggalkan cara hidup yang dilakukan mahluk lainnya di muka bumi. Dengan teknologi, banyak hal menjadi jauh lebih mudah. Berbagai permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat. Lewat teknologi manusia mampu menmpersingkat jarak dan mengefisienkan waktu.
Baca Juga
Meskipun diakui telah menghasilkan banyak hal positif, kemajuan teknologi ternyata juga membayangi kehidupan manusia dengan sisi-sisi negatifnya. Kemudahan yang didapatkan seringkali memiliki harga yang harus dibayar. Sisi negatif ini semakin jelas dan mudah dijumpai dalam keseharian saat manusia memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi yang ditemukannya. Salah satu contohnya adalah penemuan teknologi berupa berbagai alat komunikasi yang mampu mempermudah jangkauan komunikasi antar manusia. Kemudahan berkomunikasi ini tidak dipungkiri mampu meningkatkan frekuensi komunikasi manusia dengan sangat drastis. Akan tetapi, peningkatan volume komunikasi yang terjadi misalnya lewat jaringan internet seringkali ditemukan berbanding terbalik dengan kualitas komunikasi yang dilakukannya.
Advertisement
Contoh lain adalah penemuan teknologi transportasi. Lewat teknologi transportasi ini, manusia bisa mempersingkat jarak tempuh. Akibatnya perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain mengalami efisiensi dan peningkatan di banding yang dilakukan di masa lalu. Akan tetapi, peningkatan dan efisiensi ini ternyata sering membuat manusia menjadi kehilangan berbagai manfaat saat menjalani proses berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa menggunakan bantuan teknologi. Manfaat tersebut ditemukan antara lain pada kualitas kesehatan fisik dan mental. Selain itu, peningkatan jumlah alat transportasi ternyata juga menyebabkan pencemaran sehingga merusak lingkungan hidup.
Ortu perlu bijak
Menyadari hal ini, orangtua perlu bersikap bijak dalam menemani anak masuk dalam rimba belantara kemajuan teknologi di zaman modern ini. Teknologi tentu saja dapat digunakan untuk mempermudah kehidupan. Akan tetapi, orangtua perlu menyadari bahwa ada banyak hal positif yang mungkin dapat hilang saat manusia terlalu menggantungkan dirinya dengan kemajuan teknologi untuk mempermudah kehidupannya.
Dalam konteks pengasuhan anak, teknologi bahkan disinyalir sering terlalu jauh dalam menggantikan peran orangtua dalam “mengasuh” anak. Oleh karenanya, tidak berlebihan kiranya jika saat ini terjadi perebutan pengaruh dalam kehidupan anak antara orangtua dan teknologi yang diwakili berbagai alat seperti televisi, komputer, game online, smartphone, dan semacamnya. Jika orangtua kalah, maka dapat dipastikan bahwa selain kualitas relasi anak dan orangtua akan berada pada titik rendah, orangtua juga tidak akan mampu menemani anak dan membagikan berbagai nilai kehidupan yang penting sebagai proses transfer nilai dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Transfer nilai malahan dilakukan oleh pihak-pihak luar lewat berbagai teknologi yang digunakan. Dalam proses ini, jelas orangtua tidak lagi memiliki akses masuk dalam diri anak-anak mereka. Akibatnya mereka tidak akan dapat mengetahui dan menemani arah perkembangan kehidupan anak-anak mereka.
Advertisement
Antisipasi
Untuk mengantisipasi hal ini, beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua adalah sebagai berikut:
- Orangtua perlu membebaskan dirinya sendiri dahulu dari ketergantungan yang berlebihan terhadap teknologi
Prinsip pertama bagi orangtua tentu saja adalah bahwa orangtua sendiri tidak memiliki masalah ketergantungan yang berlebihan pada penggunaan teknologi dalam hidupnya. Kita tidak bisa meminta anak kita untuk tidak terobsesi misalnya dengan kendaraan, televisi atau smartphonenya jika kita sendiri tidak mampu melakukannya. Sebagai orangtua, kita semestinya juga tidak bersiasat dengan mengungkapkan pada anak-anak kita bahwa kita menggunakan teknologi tersebut untuk kebutuhan yang harus dapat diterima, misalnya kepentingan pekerjaan atau membangun jaringan. Masalahnya orangtua sering memaksa anak-anaknya memahami mereka dan memandang hal tersebut sebagai hal yang wajar sementara mereka sendiri tidak mau lebih banyak memahami bagaimana sudut pandang anak-anak mereka
- Orangtua perlu berdiskusi dengan anak untuk memilih teknologi mana yang perlu digunakan dan mana yang tidak perlu
Di tengah rimba belantara teknologi ini, orangtua perlu sering mengajak anak berdiskusi mengenai teknologi mana yang dapat dia gunakan dan mana yang tidak atau belum boleh mereka pergunakan. Pilihan terhadap penggunaan teknologi tidak boleh diserahkan pada trend atau kecenderungan sosial semata. Tidak semua yang digunakan banyak orang berarti secara otomatis harus kita gunakan. Tidak semua yang ditawarkan penjual harus kita beli dan kita gunakan. Anak-anak perlu disadarkan pada jebakan perilaku konsumerisme yang menggunakan sesuatu hanya berdasarkan keinginan bukan berdasarkan kebutuhan
- Orangtua mendorong anak untuk mencoba melakukan berbagai hal tanpa tergantung dengan teknologi
Teknologi yang bagaikan menggurita dalam kehidupan sehari-hari membuat orang kadang-kadang tidak pernah berpikir bahwa mereka bisa saja bahkan kadang-kadang baik untuk melakukan sesuatu tanpa ketergantungan yang berlebihan terhadap teknologi tersebut. Orangtua perlu mendorong anak-anak mereka untuk bisa menjalani hidup tanpa ketergantungan yang berlebihan dengan teknologi. Misalnya menulis tanpa komputer, mencoba pergi ke lantai atas bangunan tanpa lift, pergi ke tempat lain dengan berjalan kaki, melakukan komunikasi dengan bertemu langsung tanpa bantuan alat, dan menemukan berbagai keasyikan dalam aktivitas bermain langsung bersama teman-teman mereka
Yohanes Heri Widodo,M.Psi., Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta