Liputan6.com, Jakarta - Tindak kekerasan pada anak yang dilakukan orangtua tidak pernah memandang status ekonomi. Mau si anak berasal dari keluarga kaya atau yang hidup di bawah garis kemiskinan sekali pun. Tak jarang, orangtua yang mengaku lebih berpendidikan dan bermoral lebih keji dalam memperlakukan buah hatinya sendiri ketimbang orang-orang yang seharusnya lebih mudah melakukan itu karena himpitan ekonomi.
Dalam sebuah kesempatan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pernah menjumpai bagaimana orangtua yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang lebih bringas terhadap anak-anaknya. Tak sungkan menampar dan menghardik si buah hati, yang seharusnya dapat mereka kontrol.
Baca Juga
"Saya melihat ada seorang dokter yang berani memaki dan menempeleng anak-anaknya. Namun, di kesempatan yang lain, saya melihat seorang tukang bubur memperlakukan anaknya dengan penuh kasih sayang. Itu tandanya, masalah ekonomi bukanlah faktor penentu orangtua melakukan tindak kekerasan pada anak," kata Pemerhati Anak dari KPAI, Seto Mulyadi kepada Health Liputan6.com ditulis Sabtu (25/7/2015)
Advertisement
Kak Seto melanjutkan, kondisi semacam ini sudah menyangkut cara pandang orangtua bagaimana cara mendidik anak yang benar. Mereka pikir, dengan melakukan tindak kekerasan itu dapat membuat anak lebih penurut.
"Ternyata nggak juga. Inilah yang ingin saya tekankan. Mendidik anak yang benar tidak harus memiliki uang yang cukup dan harus berasal dari keluarga berada. Orang-orang yang berasal dari ekonomi lemah dan tidak berpindidikan yang kerap dipandang sebelah mata, tak jarang lebih mengerti bagaimana cara mendidik anak yang benar," kata dia menambahkan.