Liputan6.com, Jakarta Memiliki seorang anak akan menjadi pengalaman menyenangkan bagi orangtua. Secara umum, anak ini akan menjadi tumpuan perhatian kedua orangtuanya. Bagi sang anak, situasi ini akan dirasakan sebagai situasi paling ideal karena dirinyalah yang akan menjadi pusat dalam keluarganya.
Situasi akan mulai berubah saat mulai lahir anak-anak berikutnya yakni adik-adiknya. Perhatian kedua orangtua mulai tidak bsia lagi terfokus lagi pada satu anak. Anak yang lahir sebelumnya harus menghadapi kenyataan bahwa bukan lagi dirinya seorang yang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya.
Baca Juga
Ada adik-adiknya yang juga hadir dan membutuhkan perhatian dari kedua orangtuanya. Hal ini menyebabkan anak yang lahir sebelumnya sering merasa ditinggalkan. Apalagi adik-adiknya yang usianya lebih mudah otomatis dalam banyak hal membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan mereka.
Advertisement
Situasi ini dapat mendorong terjadinya persaingan antar saudara atau yang dikenal dengan sibling rivalry. Persaingan ini merupakan ajang memperebutkan tidak hanya perhatian dan kasih sayang orangtua namun juga berbagai hal dan fasilitas lain yang ada dalam keluarga. Anak-anak yang usianya lebih muda bisa saling berebut mainan atau makanan; sedangkan mereka yang usianya lebih tua misalnya para remaja akan bisa saling berebut fasilitas kendaraan bermotor yang ada di rumah.
Persaingan antarsaudara bisa jadi merupakan pemandangan yang wajar dalam keseharian suatu rumah tangga. Akan tetapi, jika tidak dikelola dengan baik, bisa jadi persaingan ini akan merambah ke hal-hal lain dan menjadi berkelanjutan sampai anak-anak berusia dewasa bahkan ketika mereka sudah memiliki keluarga sendiri-sendiri.
Yang cukup ekstrem dan tidak jarang terjadi adalah terjadinya saling berebut warisan yang ditinggalkan orangtuanya. Hal ini tentu saja tidak diinginkan oleh para orangtua. Oleh karenanya, persaingan antar saudara perlu perlu dikelola dengan baik semenjak anak mulai dihadapkan pada kenyataan akan hadirnya anak-anak lain yakni saudara-saudara kandungnya dalam kehidupannya.
Yang dapat dilakukan ortu
Untuk mengelola persaingan antar saudara ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orangtua antara lain:
1. Menyiapkan anak jauh-jauh hari sebelumnya
Saat seorang ibu yang sebelumnya telah memiliki anak kemudian hamil kembali, ini adalah saat yang tepat untuk mulai menyiapkan sang anak akan hadirnya saudara kandung. Anak sebaiknya mulai diberikan pemahaman bahwa dia akan memiliki adik. Menceritakan kisah-kisah kakak adik yang saling menyayangi merupakan cara paling mudah yang dapat dilakukan. Selain itu, anak perlu mulai dilibatkan untuk mulai menyiapkan kehadiran adiknya.
Bagi anak yang usianya masih muda, keterlibatan bisa dilakukan lewat hal-hal sederhana misalnya mengajak anak menyiapkan tempat tidur atau baju-baju untuk adiknya. Dalam proses ini, perlu perhatikan bahwa yang menjadi penekanan adalah bagaimana anak mulai diajak sebagai pihak yang juga memiliki peran penting menjaga adiknya.
Jika ini berhasil ditanamkan, anak akan melihat sang adik bukan sebagai saingan namun merupakan sosok yang berada di pihaknya yang perlu untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayangnya. Prinsip ini sebaiknya menjadi prinsip umum yang dilakukan bahkan sampai sang adik lahir dan di masa-masa sesudahnya.
Advertisement
Tidak menjadi penyebab
2. Tidak menjadi penyebab terjadinya persaingan
Disadari atau tidak, banyak orangtua yang justru menjadi penyebab terjadinya persaingan antar anak-anaknya. Biasanya hal ini dilakukan untuk mendorong anaknya melakukan sesuatu hal yang menjadi harapan orangtua. Cara yang umum digunakan adalah dengan membandingkan anak yang satu dengan anak lainnya. Anak yang perilakunya tidak memenuhi harapan orangtua akan dibandingkan dengan anak lainnya yang perilakunya lebih sesuai dengan harapan orangtuanya.
Misalkan dengan mengatakan pada anak supaya dia bisa bersikap seperti saudaranya yang lain yang perilakunya dipandang lebih baik oleh orangtuanya. Perilaku membandingkan ini akan berdampak selain pada rendahnya harga diri anak juga berpotensi menumbuhkan rasa tidak suka dari anak terhadap anak lainnya. Jika ini terjadi, hampir dipastikan persaingan antar saudara menjadi semakin rumit.
Tidak membela salah satu pihak
3. Tidak membela salah satu pihak
Saat terjadi persaingan dan bahkan pertengkaran pada anak-anaknya, orangtua seringkali secara tidak sadar membela salah satu pihak yang bertengkar. Yang umum terjadi misalnya anak yang lebih tua diharuskan mengalah pada adiknya tanpa melihat lebih jauh mengenai apa yang menjadi permasalahannya. Hal ini akan berdampak buruk baik pada sang kakak maupun sang adik.
Pada sang kakak, mereka akan merasa mendapat perlakuan tidak adil, apalagi jika memang sebenarnya dalam pertengkaran itu, dia berada di pihak yang benar. Pada sang adik, pembelaan orangtua yang selalu dilakukan dalam pertengkaran dengan kakaknya hanya akan membuatnya menjadi pribadi yang tergantung dan tidak mau diposisikan dalam posisi yang salah meskipun sebenarnya dia memang salah. Perasaan diperlakukan tidak adil dan ketergantungan serta tidak pernah bertanggung jawab kesalahan merupakan bom waktu yang dapat mengganggu perkembangan kepribadian anak di masa-masa yang akan datang.
Advertisement
Membiarkan anak menyelesaikan konflik yang terjadi
4. Membiarkan anak menyelesaikan konflik yang terjadi
Saat terjadi persaingan dan pertengkaran antar anak-anaknya, orangtua sebaiknya tidak buru-buru mengintervensi dan membantu menyelesaikan konflik tersebut. Orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat menyelesaikan persaingan dan juga konflik yang mereka alami. Intervensi dari orangtua baru bisa dilakukan jika persaingan yang dilakukan sudah sampai pada taraf membahayakan satu sama lain.
Sambil memberi kesempatan, orangtua tidak lupa untuk memberikan pengertian pada setiap pihak mengenai bagaimana seseorang perlu juga melihat kepentingan dan sudut pandang pihak lain. Pengertian ini akan menjadi bekal yang berharga bagi anak menghadapi persaingan dan juga pertengkaran dengan saudara-saudaranya.
Y. Heri Widodo, M.Psi., Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma dan Pemilik Taman Penitipan Anak Kerang Mutiara