Liputan6.com, Jakarta Kehamilan ektopik terjadi saat sel telur terbuahi di luar rahim atau tidak di dalam rongga rahim. Kata "ektopik" mengacu pada sesuatu yang secara medis berada di tempat atau posisi yang salah.
Pada sekitar 98 persen kehamilan ektopik, implantasi telur yang dibuahi di dalam tuba fallopi wanita, tabung sempit yang menghubungkan ovarium dan rahim. Ini juga disebut kehamilan tuba.
Baca Juga
Dalam kasus yang jarang terjadi, sel telur yang dibuahi dapat ditanamkan di serviks wanita, atau bekas luka dari operasi caesar sebelumnya, menurut Mayo Clinic. Sel telur juga bisa menempel langsung ke ovarium wanita, atau ke leher rahimnya, atau ke organ di perut, seperti dinding perut.
Advertisement
Selama kehamilan kembar, mungkin (meskipun jarang) untuk satu embrio ditanamkan di rahim sementara embrio lainnya di lokasi ektopik, di luar rahim.
Seiring pertumbuhan embrio, hal itu dapat menyebabkan organ menempel, seperti tuba falopi atau ovarium, untuk pecah. Jika ini terjadi, bisa menyebabkan perdarahan internal yang parah. Hal ini karena tidak ada organ lain yang dapat meregang seperti rahim. Dalam beberapa kasus, seorang wanita hamil mungkin akan meninggal.
"Rahim adalah organ unik yang dapat meregang secara dramatis dengan kehamilan yang sedang tumbuh," kata Dr. Jennifer Kickham, seorang dokter kandungan dan ginekolog, dan direktur medis dari klinik ginekologi rawat jalan di Massachusetts General Hospital di Boston.
"Tidak ada jaringan lain di tubuh yang memiliki kemampuan tumbuh untuk menampung bayi kembar," katanya, dikutip dari laman Live Science (Minggu, 14/01/2018)
Meskipun kehamilan ektopik bisa menjadi darurat ginekologis yang mengancam jiwa, kebanyakan wanita yang mengalaminya dapat diobati dan dapat memiliki kehamilan normal di masa depan, jelasnya.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
Gejala
Biasanya keluhan yang paling umum dari wanita dengan kehamilan ektopik adalah pendarahan dan / atau nyeri di perut atau panggul, terutama di satu sisi tubuh, kata Kickham.
Beberapa wanita mungkin memiliki nyeri bahu atau nyeri punggung bawah. Mungkin juga alami pusing atau pingsan, karena kehilangan darah. Beberapa wanita mungkin tidak memiliki gejala sama sekali sampai tuba falopi pecah.
Ini adalah gejala umum yang dialami wanita dengan kehamilan ektopik 6 sampai 10 minggu sejak hari pertama haid terakhir, kata Kickham.
Â
Advertisement
Faktor risiko
Wanita yang berisiko tinggi mengalami kehamilan ektopik:
- Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
- Wanita yang memiliki riwayat infertilitas.
- Wanita yang telah memiliki penyakit menular seksual, seperti infeksi gonore atau chlamydia.
- Wanita yang memiliki penyakit radang panggul, infeksi yang bisa merusak saluran tuba, rahim dan bagian panggul lainnya.
- Wanita yang memiliki bekas luka di dalam panggul dari usus buntu atau operasi di masa lalu.
- Wanita yang hamil saat menggunakan alat kontrasepsi (IUD).
- Wanita yang merokok sebelum hamil.
- Wanita dengan riwayat beberapa pasangan seksual, karena hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi panggul.
Penyebab
Kehamilan ektopik kemungkinan disebabkan oleh kombinasi riwayat medis sebelumnya dan faktor gaya hidup, kata Kickham. Itu bukan genetik, dia menjelaskan.
Seperti dijelaskan di atas, segala sesuatu yang mempengaruhi fungsi tuba falopi wanita, seperti operasi tuba atau infeksi panggul sebelumnya, dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
Selain itu, faktor yang bisa memperlambat gerakan di tuba falopi, seperti merokok, juga bisa membuat wanita lebih cenderung memiliki kehamilan ektopik.
Jika Anda sedang hamil dan menemukan gejala di atas, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau bidan agar segera ditangani.
Advertisement