Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 sempat menutup hampir seluruh area publik di dunia, termasuk sekolah. Terkait itu, United Nations Children's Fund (UNICEF) mengungkapkan bahwa anak sekolah di seluruh dunia sudah kehilangan 1,8 triliun jam pembelajaran tatap muka selama pandemi.
Melansir laman UNICEF pada Selasa (28/9/21), jam tersebut akan terus bertambah selama sekolah belum dibuka. Sehingga menyebabkan anak-anak terputus dari akses pendidikan dan manfaat penting lainnya yang didapatkan dari sekolah.
Baca Juga
"United Nations akan membuka pintu delegasi dari seluruh dunia. Tapi di beberapa negara, sekolah masih ditutup untuk anak-anak dan remaja," ujar sekretaris jenderal UNICEF António Guterres beberapa waktu lalu.
Advertisement
Terkait hal ini, UNICEF meluncurkan instalasi No Time to Lose di Markas Besar PBB New York. Instalasi tersebut dimaksudkan sebagai jam di dalam papan tulis ruang kelas yang kosong.
Jam tersebut pun menggunakan penghitungan waktu yang nyata. Menampilkan jumlah kumulatif dari menit ke menit yang terus bertambah dari jam belajar tatap muka anak-anak sekolah di seluruh dunia sejak awal pandemi.
"Kita memperlakukan para generasi dengan tidak adil terkait masa depannya yang tergantung pada keseimbangan. Kita harus memprioritaskan pembukaan kembali sekolah dan mendukung mereka yang telah kehilangan kesempatan tersebut selama pandemi,” kata António.
Jelang UNGA
Instalasi tersebut juga dibuat untuk menjelang pembukaan debat umum sesi ke 76 dari United Nations General Assembly (UNGA). Ini merupakan kesempatan pertama bagi para pemimpin dunia untuk akhirnya kembali ke markas besar PBB secara langsung sejak pandemi berlangsung.
Para pemimpin yang hadir akan diberikan berkesempatan untuk melakukan aksi nyata terkait krisis yang terjadi dalam dunia pendidikan selama pandemi COVID-19 ini. Instalasi tersebut dimulai dari 17-27 September, yang menjadi tanda berakhirnya UNGA.
Berdasarkan data global UNICEF, 131 juta anak sekolah di 11 negara di dunia telah kehilangan tiga perempat kesempatan pembelajaran tatap muka sejak Maret 2020 hingga September 2021. Di antaranya, 59 persen atau hampir 77 juta anak telah melewatkan hampir seluruh waktu pembelajaran tatap muka.
Tak hanya itu, sekitar 27 persen negara juga masih menutup sebagian atau seluruh akses ke sekolah. Data terbaru UNESCO pun mengungkapkan bahwa lebih dari 870 juta siswa di semua tingkatan saat ini menghadapi gangguan pada pendidikan mereka.
"Setiap jam yang dihabiskan seorang anak di kelas sangatlah berharga, kesempatan untuk memperluas wawasan mereka dan memaksimalkan potensi mereka. Dengan setiap momen yang berlalu, banyak sekali kesempatan yang hilang,” ujar direktur eksekutif UNICEF, Henrietta Fore.
Advertisement