Kista Ovarium, Bisakah Berkembang Jadi Kanker Ovarium?

Kista ovarium umumnya bisa menghilang dengan sendirinya bila masuk kategori jinak. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kista ovarium berkembang menjadi kanker ovarium.

oleh Diviya Agatha diperbarui 03 Des 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Des 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi Penyakit Kanker
Ilustrasi Penyakit Kanker Credit: pexels,com/Tom

Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin sudah tak asing dengan kista ovarium. Pasalnya, kista ovarium merupakan jenis tumor yang paling umum terjadi. Pada kebanyakan kasus, kista ovarium pun dapat menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan selama beberapa bulan.

Namun, bagaimana jika ukuran kista ovarium berada pada ukuran cukup besar dan tidak menghilang seiring berjalannya waktu? Bisakah kista ovarium berkembang menjadi kanker ovarium?

Spesialis kebidanan dan kandungan konsultan onkologi ginekologi, dr Oni Khonsa mengungkapkan bahwa kista sendiri adalah sebuah tumor berisi cairan, yang mana terbagi menjadi dua jenis yakni jinak dan ganas.

"Ketika kista itu terdeteksi arahnya jinak, kita sebut kistanya potensi jinak. Ada pula prediktor-prediktor yang mengarah ketika kita temukan benjolan, kista, atau tumor di ovarium yang potensinya ke arah ganas," ujar Oni dalam press briefing bersama Cancer Information & Support Center (CISC) dan AstraZeneca, Sabtu (3/12/2022).

Oni menjelaskan, prediktor pada kista ovarium yang ganas dapat diketahui lewat gambaran USG, kadar C125, atau tumor marker lainnya. Namun bila bicara soal perkembangan ke arah kanker ovarium, maka penting untuk melihat faktor risiko lain. Seperti endometriosis, misalnya.

"Salah satu faktor risiko (kanker ovarium) itu memiliki endometriosis. Khusus endometriosis, memang dia bisa transformasi dari jinak menjadi ganas. Transformasi ini pencetusnya genetik dan ada banyak paparan karsinogen dalam tubuh si pasien," kata Oni.

Hindari Paparan Karsinogen dan Lakukan Pemantauan

Ilustrasi Berhenti Merokok
Ilustrasi Berhenti Merokok. Photo Copyright by Freepik

Sehingga menurut Oni, jika tengah berupaya untuk tidak mengembangkan kista ovarium menjadi kanker ovarium, pasien perlu untuk menghindari paparan karsinogen. Seperti rokok, asap rokok, dan lain-lain.

"Kista ovarium bisa menjadi ganas jika ternyata kistanya masih exist (ada). Maka hindari semua potensi karsinogen. Dan kalau memang belum operasi, biasanya dipantau. Jangan dicuekin," ujar Oni.

"Karena enggak mungkin dokter akan mengatakan aman kalau belum diambil barang buktinya (kista). Kalau diangkat saat itu jinak, maka it's gonna be jinak forever," tambahnya.

Namun jika belum melakukan operasi, Oni menyarankan untuk terus-menerus memantau kondisi. Mengingat mungkin saja ada perkembangan kondisi yang terjadi pada kista tersebut.

Selain itu, pemantauan kista juga berfungsi untuk mengetahui seberapa besar ukurannya dan jenis kista apa yang ada dalam tubuh. Hal ini dikarenakan menurut Oni, kista tak selalu jahat.

"Ada kista fungsional, itu kista yang baik hati. Bulan depan saat haid, itu bisa hilang. Itu memang kista fungsional, telurnya matang, kemudian meninggalkan jejak. Itu bisa hilang dan enggak usah dioperasi yang kayak gitu," kata Oni.

Ada Kista yang Bisa Hilang dengan Sendirinya

Ilustrasi operasi
Ilustrasi operasi (dok.unsplash)

Tak dapat dimungkiri, memiliki kista tak jarang pula membuat wanita langsung merasa panik. Itulah mengapa penting untuk mengetahui lebih dulu ukuran hingga jenis kista yang muncul.

Oni mengungkapkan bahwa pada jenis kista fungsional, ada yang memang ingin melakukan operasi. Hal itu pun diperbolehkan sebagai second opinion dari pasien.

"Ini kista (fungsional) memang ada, tapi kita lihat dulu yuk, bulan depan bisa hilang. Tapi kadang memang kita yang galau, kita maunya operasi. Boleh, itu second opinion. Itu juga bukan hal yang tidak boleh," ujar Oni.

Menurut Oni, pasien manapun berhak untuk menentukan pilihan terkait penanganan kista yang ada. Serta, dokter juga diizinkan untuk menyarankan pilihan lain untuk pasien yang mengarah pada kesembuhan.

Faktor Risiko Kanker Ovarium

Ilustrasi Kanker
Ilustrasi alfabet yang menunjukkan kata kanker. Credit: pexels.com by Anna Tarazevich

Dalam kesempatan yang sama, Oni turut menjelaskan terkait faktor risiko kanker. Faktor risiko ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan konsultasi pada dokter.

Faktor risiko kanker ovarium saat ini tengah digaungkan oleh CISC, AstraZeneca, dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI lewat Kampanye 10 Jari. Angka 10 yang dimaksud berkaitan dengan 6 faktor risiko dan 4 gejala kanker ovarium. Apa sajakah itu? Berikut diantaranya.

  1. Memiliki riwayat kista endometrium
  2. Memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan/atau kanker payudara
  3. Mutasi genetik seperti BRCA
  4. Paritas rendah
  5. Gaya hidup buruk
  6. Pertambahan usia
  7. Sering mengalami kembung
  8. Ada penurunan nafsu makan
  9. Sering buang air kecil
  10. Muncul nyeri panggul atau perut

"Oleh karena itu, jika memiliki salah satu dari 6 faktor risiko dan salah satu dari 4 gejala kanker ovarium seperti yang diinformasikan dalam Kampanye 10 Jari, harus cepat konsultasi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh," kata Oni.

Infografis Hati-Hati 5 Tanda Daya Tahan Tubuh Menurun Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Hati-Hati 5 Tanda Daya Tahan Tubuh Menurun Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya