Liputan6.com, Jakarta Sejarah G30S PKI merupakan salah satu sejarah panjang dan kelam yang pernah terjadi di Indonesia. G30S PKI atau yang juga dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September dilakukan dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang pada saat itu dipimpin oleh presiden pertama Indonesia, yaitu Soekarno.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Di balik sejarah G30S PKI yang kelam, terdapat latar belakang dan tujuan yang mendasari upaya penggulingan pemerintahan tersebut. PKI sendiri merupakan singkatan dari Partai Komunis Indonesia, sebuah partai yang didirikan oleh seorang tokoh Belanda, Bernama Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet.
Menjadi salah satu peristiwa yang masih memberi bekas hingga saat ini, sejarah G30S PKI dikenal juga sebagai salah satu upaya penghianatan besar yang pernah terjadi di Indonesia. Tragedy G30S PKI melibatkan pasukan PKI dan Pasukan Cakrabirawa.
Lebih lengkapnya, berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber tentang sejarah G30S PKI, beserta kronologi, latar belakang, tujuan dan dampak yang ditimbulkannya, Kamis (29/9/2022).
Sejarah G30S PKI Secara Singkat
Sejarah G30S PKI Secara Singkat
G30S PKI atau Gerakan 30 September merupakan suatu gerakan dimana sekelompok personel militer menangkap dan membunuh enam jenderal pada tahun 1965, yang mana hal ini dilakukan untuk menandai dimulainya kudeta yang bertujuan untuk menjatuhkan kekuasaan Soekarno yang merupakan presiden pertama Indonesia. Untungnya upaya menggulingkan pemerintahan ini berhasil digagalkan.
Mengutip dari Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
G30S ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin oleh Dipa Nusantara (DN) Aidit, dan terjadi di dua kota yaitu Jakarta dan Yogyakarta, dengan melibatkan Pasukan Cakrabirawa yang saat itu berada di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
Awalnya gerakan ini hanya mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal dengan menculik mereka untuk dibawa dan disekap di Lubang Buaya. Namun dalam pelaksanaanya, tiga orang langsung dibunuh di tempat. Mereka yang menjadi korban adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo.
Pada peristiwa ini Jenderal AH Nasution berhasil lolos dari usaha penculikan. Namun putrinya yang bernama Ade Irma Suryani yang berusia 5 tahun serta ajudannya yang bernama Lettu Pierre Andreas Tendean meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Advertisement
Kronologi G30S PKI
Kronologi G30S PKI
Semenjak terbentuk, PKI berkembang menjadi salah satu partai besar yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia perpolitikan Indonesia dan mendapat dukungan dari presiden saat itu. PKI juga memiliki sejumlah suborganisasi, seperti Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), Pemuda Rakjat, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia, Barisan Tani Indonesia, Himpunan Sarjana Indonesia, dan Lembaga Kebudayaan Rakjat (Lekra).
PKI sebagai kekuatan politik merasa khawatir dengan kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk. PKI saat itu tengah mendapatkan tempat di pemerintahan Soekarno. Sejumlah usulannya diterima oleh Soekarno dan diterapkan. Salah satunya adalah pembentukan Angkatan Kelima yang menjadikan buruh dan petani sebagai kekuatan militer untuk mendukung operasi-operasi militer.
Melansir dari buku Sejarah Indonesia Modern (2004) yang ditulis oleh MC Ricklefs. Usulan ini tidak diterima oleh Jenderal AH Nasution karena khawatir PKI akan menyalahgunakan penggunaan senjata oleh buruh dan tani untuk melakukan pemberontakan.
Kemudian pada pada 27 September 1965, Panglima TNI Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani secara tegas mengumumkan TNI AD menentang pembentukan Angkatan Kelima. Tiga hari setelahnya, tepatnya 30 September, enam jenderal berhasil diculik dan akhirnya tewas akibat disiksa.
Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi TNI AD, PKI menguasai gedung Radio Republik Indonesia (RRI). PKI mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi nama Dekrit No 1 yang menyatakan bahwa gerakan G30S adalah upaya penyelamatan negara dari Dewan Jenderal yang ingin mengambil alih negara.
Pada hari berikutnya, para petinggi militer mengumpulkan seluruh ketua partai politik selain PKI dan Parkindo yang memutuskan untuk tidak hadir. Para ketua partai dimintai untuk menentukan pilihan apakah akan mendukung Angkatan Darat atau Komunisme. Di akhirnya kegiatan, mereka membacakan pernyataan bersama yang mengutuk tindakan kudeta 30 September yang telah memakan korban 6 Jenderal.
Soeharto kemudian mencoba menghubungi perwira senior lainnya. Ia berhasil menghubungi dan memastikan dukungan Panglima TNI AL dan Polri. Dia kemudian mengambil alih komando Angkatan Darat dan mengeluarkan perintah untuk membatasi semua pasukan ke barak mereka.
Karena perencanaan yang buruk, sebagian besar pasukan pemberontak melarikan diri dan setelah pertempuran kecil pada dini hari tanggal 2 Oktober, Angkatan Darat berhasil menguasai kembali Halim yang sebelumnya diduduki oleh pihak PKI.
Baru pada tanggal 4 Oktober mayat ketujuh korban itu ditemukan dari sumur tempat mereka dilemparkan ke Lubang Buaya. Mereka dimakamkan di pemakaman kenegaraan pada 5 Oktober, yang kemudian secara resmi dideklarasikan sebagai Pahlawan Revolusi secara anumerta berdasarkan Keputusan Presiden No. 111/KOTI/1965.
Tujuan G30S PKI
Tujuan G30S PKI
Tujuan utama G30S PKI adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno. PKI ingin mengubah ideologi bangsa Indonesia, dari Pancasila menjadi komunis. Rangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal pada 30 September hingga 1 Oktober 1965 dilakukan untuk menyingkirkan TNI Angkatan Darat yang menjadi penghalang bagi PKI untuk mewujudkan cita-citanya menjadikan ideologi komunis menjadi sistem pemerintahan.
Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX (2006) oleh Prawoto menerangkan bahwa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:
1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikannya sebagai negara komunis.
2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.
3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan komunisme internasional.
Advertisement
Dampak G30S PKI
Dampak G30S PKI
1. Anti Komunis
Dampak utama dan pertama yang muncul setelah G30S PKI adalah gerakan anti komunis. Demonstrasi anti-PKI pun muncul dan menyebar luas, aksi massa ini dimulai di Aceh yang kemudian bergeser ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak hanya demonstrasi, tentara juga menyapu pedesaan dan dibantu oleh penduduk setempat dalam membunuh tersangka komunis.
Angka yang diberikan untuk jumlah orang yang terbunuh di seluruh Indonesia bervariasi dari 78.000 hingga satu juta. Di antara yang tewas adalah DN Aidit, yang ditangkap oleh Angkatan Darat pada 25 November dan dieksekusi tidak lama setelah itu.
Ratusan hingga ribuan warga Indonesia di luar negeri yang merupakan bagian dari penganut paham komunis tidak dapat kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk menghabiskan sisa hidup mereka di luar Indonesia.
Â
2. Peringatan Terhadap Paham Komunis
Setelah pengangkatan presiden kedua Indonesia yaitu Soeharto pada tahun 1967. Tidak lama dari itu, 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila). Narasi resmi pemerintah adalah bahwa hari itu diperingati untuk merayakan kemenangan Pancasila atas semua ideologi, terutama Komunisme.
Demikian sejarah G30S PKI yang sempat terjadi di Indonesia, menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah panjang Indonesia, peristiwa G30S PKI merupakan salah satu peristiwa yang masih dirasakan dampaknya hingga kini.