Fakta-fakta Menarik Fenomena Super Blue Moon, Tidak Berwarna Biru

Blue Moon adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika ada dua bulan purnama dalam satu bulan kalender.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 31 Agu 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2023, 16:00 WIB
Fenomena Blue Moon di Jakarta
Fenomena langka blue moon terlihat di langit kawasan Jakarta, Rabu (30/8/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan informasi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Super Blue Moon akan terjadi pada 30-31 Agustus 2023. Tapi, jangan bayangkan bulan yang berwarna biru.  

Blue Moon adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika ada dua bulan purnama dalam satu bulan kalender. Ini merupakan kejadian istimewa karena sangat jarang terjadi. Bulan dengan umur 31 hari, seperti Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober, dan Desember, memiliki peluang yang lebih baik untuk menjadi tuan rumah Blue Moon karena durasi mereka yang lebih panjang. 

Fenomena Blue Moon kali ini juga akan disertai Supermoon. Supermood adalah fenomena saat posisi bulan berada di titik terdekat dengan Bumi dalam perjalanannya mengelilingi planet kita. Jarak yang lebih dekat dari biasanya, membuat bulan terlihat lebih besar dan lebih terang dari bulan purnama biasa.

Tentu ini menjadi momen langka yang sangat sayang bila dilewatkan. Berikut fakta menarik tentang fenomena Blue Moon yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (31/8/2023).

Apa Itu Blue Moon?

Fenomena Blue Moon di Jakarta
Fenomena langka blue moon terlihat di langit kawasan Jakarta, Rabu (30/8/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Blue Moon adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bulan purnama kedua yang muncul dalam satu bulan kalender. Meskipun namanya "Bulan Biru", sebenarnya tidak ada hubungannya dengan warna biru. Istilah "Blue Moon" digunakan untuk pertama kalinya dalam makna menyebut bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender pada tahun 1946. Pada saat itu, istilah ini muncul dalam edisi Maret 1946 dari majalah "Sky & Telescope" dalam kolom "Almanac for 1946". 

Artikel tersebut menjelaskan definisi Blue Moon sebagai bulan purnama kedua dalam satu bulan. Namun, penjelasan dalam artikel tersebut sebenarnya keliru. Istilah Blue Moon sebelumnya merujuk pada tiga bulan purnama dalam satu musim kalender yang berisi empat bulan purnama pada kalender tradisional. Meskipun artikel tersebut awalnya keliru, definisi yang salah ini akhirnya diterima oleh masyarakat dan menjadi populer dalam pengertian umum.

Fenomena Langka

Fenomena Blue Moon di Jakarta
Meski disebut blue moon, bulan purnama yang muncul tidak berwarna biru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Blue Moon malam ini juga akan menjadi Supermoon. Supermoon adalah saat ketika bulan berada sangat dekat dengan Bumi dalam orbitnya, membuatnya terlihat lebih besar dan lebih terang dari biasanya.

Gabungan Blue Moon dan Supermoon adalah momen yang sangat langka. Hanya sekitar 3 persen dari semua bulan purnama yang disebut sebagai Blue Moon, dan sekitar 25 persen bulan purnama adalah Supermoon. Oleh karena itu, momen seperti ini sangat jarang terjadi dan menawarkan pengalaman langka.

Waktu antara dua peristiwa Super Blue Moon sangat tidak teratur. Intervalnya bisa mencapai 20 tahun, dengan rata-rata sekitar 10 tahun. Setelah Super Blue Moon kali ini, kita mungkin harus menunggu sampai Januari atau Maret 2037 untuk melihat Super Blue Moon berikutnya.

Ukuran Lebih Besar dan Cahaya yang Lebih Terang

Aneka bulan (2)
Blue moon. (Sumber universetoday.com)

Ketika Supermoon, bulan tampak lebih besar dari biasanya, khususnya jika dibandingkan dengan kondisi saat bulan berada pada titik paling jauh dari Bumi. Selain itu, Supermoon memancarkan cahaya yang lebih terang daripada bulan purnama biasa, menciptakan suasana malam yang cerah.

Bumi dan Bulan berada pada jarak terdekat sekitar dua hingga lima bulan purnama setiap tahun. Ini memainkan peran penting dalam timbulnya fenomena Supermoon.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya