Perkembangan Bayi Baru Lahir, Ini Cara Mudah Mengoptimalkannya Sesuai Anjuran Kesehatan

Informasi seputar perkembangan bayi baru lahir

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 12 Feb 2024, 11:05 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2024, 11:05 WIB
Ilustrasi bayi prematur
Ilustrasi bayi prematur Foto oleh Laura Garcia dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Sejak saat bayi baru lahir, mereka mulai memberikan respons terhadap lingkungan sekitarnya. Reaksi mereka, seperti tenang saat dipeluk oleh orangtua atau terkejut oleh suara keras, merupakan contoh perkembangan bayi yang normal. Penting bagi orangtua untuk memahami bahwa setiap bayi memiliki rentang waktu perkembangan yang berbeda, dan beberapa mungkin mencapai kemampuan lebih awal atau lebih lambat dibandingkan yang lain. 

Faktor seperti kelahiran prematur juga dapat mempengaruhi pencapaian milestone perkembangan. Untuk memastikan bahwa perkembangan bayi sesuai dengan harapan, selalu penting untuk berdiskusi dengan dokter tentang kemajuan bayi baru lahir. Dalam mengobservasi pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir, dokter menggunakan berbagai tonggak perkembangan untuk menilai apakah bayi tersebut berkembang sesuai yang diharapkan. 

Dalam perjalanan perkembangannya, bayi baru lahir mengalami serangkaian pencapaian kunci yang mencerminkan progresnya. Respons terhadap sentuhan, pengenalan suara, dan kemampuan untuk merespon lingkungan sekitar adalah bagian integral dari fase ini. Orangtua perlu diingatkan bahwa faktor seperti kelahiran prematur dapat mempengaruhi waktu pencapaian milestone perkembangan. 

Oleh karena itu, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi seputar perkembangan bayi baru lahir pada Senin (12/2).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Berapa banyak bayi baru lahir akan tumbuh?

Ilustrasi bayi laki-laki
Ilustrasi bayi laki-laki. (Image by freepic.diller on Freepik)

Pada bulan pertama kehidupan, bayi biasanya mengejar dan melampaui berat badan lahir mereka, kemudian terus mendapatkan berat badan secara stabil. Kehilangan berat badan hingga sekitar 10 persen dari berat badan lahir adalah normal dalam dua hingga tiga hari pertama setelah kelahiran. Namun, bayi seharusnya telah mendapatkan kembali berat badan ini dan berada pada berat badan lahirnya sekitar dua minggu setelah kelahiran. Meskipun semua bayi dapat tumbuh dengan tempo yang berbeda, berikut adalah rata-rata untuk bayi laki-laki dan perempuan hingga usia 1 bulan:

  • Berat badan: setelah dua minggu pertama, seharusnya bertambah sekitar 1 ons setiap hari.
  • Panjang rata-rata saat lahir: 20 inci untuk bayi laki-laki, 19 3/4 inci untuk bayi perempuan.
  • Panjang rata-rata pada usia satu bulan: 21 1/2 inci untuk bayi laki-laki, 21 inci untuk bayi perempuan.
  • Ukuran kepala: meningkat menjadi sedikit kurang dari 1 inci lebih dari pengukuran lahir pada akhir bulan pertama.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat penting dalam fase awal kehidupan mereka. Bayi umumnya membutuhkan asupan nutrisi yang mencukupi untuk mendukung pertumbuhan yang optimal. Dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran, penurunan berat badan yang terjadi merupakan hal yang normal karena bayi mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim. Namun, penting bagi orangtua dan penyedia perawatan kesehatan untuk memastikan bahwa bayi kembali mencapai berat badan lahirnya dalam dua minggu pertama, karena ini menunjukkan bahwa bayi mendapatkan nutrisi yang cukup dan tumbuh dengan baik.

Selain pertumbuhan berat badan, panjang tubuh dan ukuran kepala juga menjadi indikator penting dalam mengevaluasi perkembangan bayi. Meskipun angka rata-rata diberikan sebagai panduan, penting untuk diingat bahwa setiap bayi adalah individu yang unik dengan pola pertumbuhan yang mungkin berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk memantau pertumbuhan bayi secara berkala dan berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan anak untuk memastikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan bayi berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.


Faktor dapat mempengaruhi ukuran bayi saat lahir

Ilustrasi bayi laki-laki
Ilustrasi bayi laki-laki. (Image by Freepik)

Berbagai faktor dapat mempengaruhi ukuran bayi saat lahir. Salah satunya adalah lamanya kehamilan, yang memiliki dampak signifikan. Bayi yang lahir sekitar tanggal jatuh tempo atau setelahnya cenderung memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan yang lahir lebih awal. Faktor lain yang turut berperan meliputi:

  1. Ukuran Orangtua: Orangtua yang besar dan tinggi cenderung memiliki bayi yang lebih besar dari rata-rata, sementara orangtua yang pendek dan kecil mungkin memiliki bayi yang lebih kecil.
  2. Kelahiran Kembar atau Multipel: Dalam kelahiran kembar, triplet, atau jenis kelahiran multipel lainnya, orangtua dapat mengantisipasi bahwa bayi-bayi mereka mungkin lebih kecil. Bayi-bayi multipel harus berbagi ruang pertumbuhan di dalam rahim dan seringkali lahir lebih awal, yang dapat mengakibatkan ukuran yang lebih kecil saat lahir.
  3. Urutan Kelahiran: Bayi pertama kadang-kadang memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan saudara-saudara yang lahir kemudian.
  4. Jenis Kelamin: Perempuan cenderung memiliki ukuran yang lebih kecil, sementara laki-laki cenderung lebih besar, meskipun perbedaannya tipis saat lahir.
  5. Kesehatan Ibu Selama Kehamilan: Berbagai kondisi kesehatan ibu seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung, konsumsi rokok, alkohol, atau obat terlarang selama kehamilan dapat memengaruhi berat badan bayi saat lahir. Diabetes atau obesitas ibu juga dapat memengaruhi berat badan bayi, dengan diabetes dapat menyebabkan berat badan lahir yang lebih tinggi.
  6. Nutrisi Selama Kehamilan: Nutrisi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan bayi, baik sebelum maupun setelah lahir. Diet yang buruk selama kehamilan dapat mempengaruhi berat badan bayi dan pertumbuhannya. Peningkatan berat badan yang berlebihan pada ibu dapat membuat bayi lebih mungkin lahir lebih besar dari rata-rata.
  7. Kesehatan Bayi: Masalah medis, termasuk beberapa kelainan bawaan dan beberapa infeksi selama kehamilan, dapat memengaruhi berat badan bayi saat lahir dan pertumbuhannya nantinya.

Memahami faktor-faktor ini dapat membantu orangtua dan penyedia perawatan kesehatan untuk mengelola dan mendukung perkembangan fisik bayi secara optimal selama masa kehamilan dan setelahnya. Dengan perhatian khusus terhadap kesehatan dan nutrisi selama kehamilan, orangtua dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan dan perkembangan bayi mereka.

 

 


Apa saja yang bisa dilakukan bayi baru lahir?

Ilustrasi bayi laki-laki
Ilustrasi bayi laki-laki. (Photo by Nila Racigan from Pexels)

Meskipun seorang bayi baru lahir menghabiskan sekitar 16 jam sehari untuk tidur, waktu yang mereka habiskan saat terjaga dapat menjadi sangat sibuk. Sebagian besar gerakan dan aktivitas bayi baru lahir adalah refleks atau gerakan yang tidak disengaja - bayi tidak sengaja melakukan gerakan ini. Seiring dengan perkembangan sistem saraf, refleks-refleks ini perlahan-lahan digantikan oleh perilaku yang disengaja.

Beberapa refleks yang dimiliki bayi baru lahir meliputi:

1. Refleks Akar (Root Reflex): Refleks ini terjadi saat sudut mulut bayi disentuh atau disikat. Bayi akan memutar kepala dan membuka mulutnya untuk mengikuti dan "akar" ke arah sentuhan tersebut. Refleks akar membantu bayi menemukan puting atau botol susu.

2. Refleks Hisap (Suck Reflex): Ketika langit-langit mulut bayi disentuh dengan puting susu botol atau payudara, bayi akan mulai menghisap. Refleks ini tidak dimulai hingga sekitar minggu ke-32 kehamilan dan tidak sepenuhnya berkembang hingga sekitar minggu ke-36. Bayi prematur mungkin memiliki kemampuan menghisap yang lemah atau belum matang, karena mereka lahir sebelum perkembangan refleks ini.

3. Refleks Moro: Refleks Moro sering disebut sebagai refleks kaget karena biasanya terjadi saat bayi terkejut oleh suara keras atau gerakan tiba-tiba. Sebagai respons terhadap suara tersebut, bayi akan melemparkan kepala ke belakang, mengayunkan lengan dan kaki, menangis, kemudian menarik lengan dan kaki kembali. Refleks Moro berlangsung hingga bayi berusia sekitar 5 hingga 6 bulan.

4. Refleks Tonic Neck: Ketika kepala bayi berbalik ke salah satu sisi, lengan di sisi tersebut akan meregang keluar dan lengan yang berlawanan akan melengkung di siku. Hal ini sering disebut sebagai posisi "berpedang". Refleks ini berlangsung hingga bayi berusia sekitar 6 hingga 7 bulan.

5. Refleks Meraih (Grasp Reflex): Dengan refleks meraih, menyikat telapak tangan bayi akan menyebabkan bayi menutup jari-jarinya dalam genggaman. Refleks ini hanya berlangsung selama beberapa bulan dan lebih kuat pada bayi prematur.

Selain refleks-refleks unik ini, bayi baru lahir juga menunjukkan sejumlah karakteristik fisik dan perilaku, seperti kepala yang menggelambir saat diangkat dan harus didukung setiap saat, kemampuan untuk memutar kepala dari sisi ke sisi saat berbaring tengkurap, koordinasi mata yang kadang-kadang belum teratur, dan kemampuan untuk mengikuti objek yang bergerak.

Selama fase awal kehidupannya, gerakan bayi cenderung canggung dan tidak teratur, namun mereka mulai mengangkat kepala ketika berbaring tengkurap. Selain itu, bayi cenderung menggerakkan tangan mereka ke arah mulut mereka sendiri, menunjukkan adanya keterlibatan aktif dalam mengeksplorasi dunia sekitar mereka. Semua hal ini merupakan bagian penting dari perkembangan normal seorang bayi dan menjadi landasan untuk pencapaian kemampuan dan perilaku yang lebih kompleks seiring berjalannya waktu.


Cara Mengoptimalkan perkembangan bayi baru lahir

Pemeriksaan TSH
Pemeriksaan TSH penting untuk mengetahui ada tidaknya gangguan hipotiroid pada bayi. (Foto: Unsplash/Aditya Romansa)

Penting bagi orangtua untuk memahami bahwa bayi membutuhkan keamanan dan kenyamanan dari dekapan orang tua untuk mendukung perkembangan emosional mereka. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperkuat keamanan emosional bayi dan memajukan perkembangannya:

1. Peluk Bayi Wajah ke Wajah: Memegang bayi dengan menghadap wajah merupakan cara efektif untuk membantu membangun ikatan emosional antara orangtua dan bayi. Kontak mata langsung dan ekspresi wajah yang lembut dapat memberikan rasa keamanan dan kenyamanan bagi bayi.

2. Berbicara dengan Suara yang Menenangkan: Berbicara dengan nada yang menenangkan dan membiarkan bayi mendengar suara penuh kasih sayang dan ramah dapat memberikan efek positif pada perkembangan emosionalnya. Meskipun bayi mungkin belum sepenuhnya memahami kata-kata, intonasi dan nada suara yang lembut dapat menjadi sumber kenyamanan.

3. Menyanyi untuk Bayi: Menyanyikan lagu-lagu lembut atau merdu untuk bayi dapat memberikan rangsangan sensorik yang positif. Suara melodi yang lembut dapat membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung tidur yang nyenyak.

4. Berjalan Bersama Bayi menggunakan Sling, Gendongan, atau Stroller: Menggendong bayi dalam sling, gendongan, atau stroller dapat memberikan keintiman fisik yang menyenangkan dan juga memberikan bayi kesempatan untuk merasakan gerakan dan aktivitas di sekitarnya.

5. Melilit Bayi: Melilit bayi dengan kain penutup (swaddle) dapat membantu mereka merasa aman dan mencegah terkejut oleh gerakan tubuhnya sendiri. Praktik melilit bayi juga dapat meningkatkan kualitas tidur mereka.

6. Mengayun Bayi dengan Gerakan Lembut dan Berirama: Mengayun bayi dengan gerakan lembut dan berirama dapat menciptakan sensasi nyaman dan menenangkan. Gerakan ayunan yang lembut dapat membantu bayi merasa aman dan nyaman dalam lingkungan sekitarnya.

7. Responsif terhadap Tangisan Bayi: Merespons dengan cepat terhadap tangisan bayi dapat memberikan sinyal bahwa kebutuhan atau ketidaknyamanan mereka diperhatikan dan diatasi. Respons yang cepat dapat membantu membangun kepercayaan bayi pada dunia sekitarnya dan memberikan dasar yang kuat untuk perkembangan emosional yang sehat.

Dengan melakukan tindakan-tindakan yang memperkuat ikatan emosional antara orangtua dan bayi, serta memberikan keamanan fisik dan emosional, orangtua dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan bayi secara menyeluruh. Interaksi positif dan penuh kasih sayang sejak dini dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesejahteraan emosional anak.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya