Liputan6.com, Jakarta Pakaian adat Aceh yang dipakai oleh Beby Tsabina saat akad nikahnya pada Minggu (26/6/2024), menjadi sorotan karena keindahan budayanya yang tercermin dalam setiap detailnya. Busana Daro Bar yang dipilih mencerminkan kemegahan tradisi Aceh.
Baca Juga
Advertisement
Pakaian adat Aceh yang dipilih oleh Beby Tsabina terdiri dari baju kurung dengan detail sulaman emas yang memukau dengan warna merah yang mencolok. Busana ini tidak hanya menunjukkan keindahan estetika, tetapi juga menggambarkan perpaduan budaya yang kaya, antara budaya Melayu, Arab, dan Tiongkok.
Selain itu, tambahan mahkota patam dhoe yang dipakai sebagai aksesori menambah kemegahan dan keanggunan penampilan Beby. Berikut ulasan lebih lanjut tentang pakaian adat Aceh yang dipilih Beby Tsabina sebagai busana saat akad nikah, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (24/6/2024).
Daro Baro
Daro Baro merupakan salah satu set pakaian adat Aceh yang digunakan khususnya oleh perempuan Aceh. Set ini terdiri dari beberapa komponen penting seperti baju kurung, celana, penutup kepala, berbagai perhiasan, dan bros. Desainnya dibuat dengan tujuan untuk menampilkan kecantikan dan daya tarik yang mempesona bagi wanita yang mengenakannya.
Salah satu ciri khas dari Daro Baro adalah keberagaman warna yang dimilikinya. Berbeda dengan pakaian adat lainnya seperti Linto Baro yang didominasi oleh warna hitam, Daro Baro justru menghadirkan warna-warna yang cerah dan beragam seperti merah, ungu, kuning, dan hijau. Hal ini mencerminkan keberagaman budaya dan keindahan alam Aceh yang kaya akan warna dan nuansa.
Selain warnanya yang menarik, Daro Baro juga dikenal dengan banyaknya hiasan yang melengkapi setiap bagian pakaian. Hal ini bertujuan untuk menambah kemewahan dan keanggunan saat dikenakan oleh perempuan Aceh. Dengan perpaduan warna yang cerah dan hiasan yang detail, Daro Baro berhasil menciptakan kesan yang memukau dan mempesona bagi siapa pun yang melihatnya. Berikut adalah komponen budasana Daro Baro beserta makna filosofisnya.
Advertisement
1. Baju Kurung
Baju kurung adalah bagian atas dari pakaian Daro Baro. Bahan dasarnya adalah kain tenun berbahan sutra yang dihiasi dengan sulaman-sulaman emas yang membentuk motif-motif yang indah. Baju kurung ini merupakan perpaduan antara budaya Melayu, Islam, dan China.Â
Kerahnya mirip dengan pakaian wanita tradisional dari China. Sedangkan, bentuk gaun yang panjang hingga pinggul dan menutup tubuh secara menyeluruh merupakan penyesuaian terhadap budaya Melayu dan Islam untuk menjaga aurat pemakainya.
2. Celana Cekak Musang atau Sileuweu
Celana cekak musang atau sileuweu merupakan bagian bawahan dari baju kurung. Celana ini lebarnya di bagian bawah dan merupakan setelan yang digunakan baik oleh pria maupun wanita Aceh. Meskipun bentuknya sama, celana wanita memiliki beragam warna dan bukan hitam seperti yang dipakai oleh pria.
3. Sarung
Untuk melengkapi bagian bawah dan agar pinggul wanita tertutup dengan sempurna tanpa memperlihatkan bentuk tubuhnya, wanita Aceh mengenakan sarung sebagai lapisan luar celana cekak musang. Sarung ini terbuat dari kain songket yang diikat dengan ikat pinggang berbahan perak atau emas dari pinggang hingga di bawah lutut. Ikat pinggang ini disebut Taloe Ki leng Patah Sikureueng.
4. Patam Dhoe
Patam Dhoe adalah penutup kepala dalam pakaian adat Aceh yang merupakan perhiasan berupa mahkota unik yang didesain untuk menutup aurat di kepala wanita. Desainnya memperlihatkan kaligrafi berisi lafadz Allah dan Muhammad, dikelilingi oleh motif bunga dan bulatan-bulatan, sering disebut sebagai Bungoh Kalimah. Patam Dhoe juga digunakan sebagai tanda bahwa wanita yang mengenakannya telah menikah dan suaminya memiliki tanggung jawab atas dirinya.
5. Keureusang
Keureusang adalah bros mewah yang disematkan pada gaun Daro Baro. Terbuat dari emas, bros ini memiliki bentuk hati dan dihiasi dengan tahta intan dan berlian, bahkan konon terdapat hingga 102 butir intan dan berlian. Dimensi bros ini adalah panjang 10 cm dan lebar 7,5 cm, menambah kemewahan dan keanggunan dari pakaian adat Aceh.
6. Piring Dhoe
Piring Dhoe adalah bagian dari pakaian adat Aceh yang mirip dengan mahkota, memiliki tiga bagian yang dihubungkan dengan engsel. Desainnya mencerminkan kemegahan dan keindahan, sering kali digunakan sebagai bagian penting dari hiasan pada kepala wanita dalam acara-acara adat.
7. Untai Peniti
Untai peniti adalah aksesoris yang digunakan untuk menyematkan pakaian adat Aceh, khususnya bagi wanita. Bahannya terbuat dari emas dan memiliki motif kain tenun yang berbentuk kuncup bunga dan berpola pakis. Di tengahnya terdapat motif lain berupa titik-titik kecil yang menambah kesan estetik dari untai peniti ini.
8. Subang Aceh
Subang Aceh adalah anting-anting tradisional yang terbuat dari emas dan dihiasi dengan permata. Subang ini memiliki diameter sekitar 6 cm dan bentuknya menyerupai bunga matahari yang berkelopak runcing. Subang ini merupakan bagian dari perhiasan yang melengkapi penampilan wanita Aceh dalam pakaian adat Daro Baro.
9. Culok Ok
Culok Ok merupakan perhiasan tambahan bagi wanita Aceh yang berupa tusuk konde untuk menguatkan sanggul. Ada empat jenis Culok Ok yang berbeda, yaitu bungong keupula (berbentuk bunga tanjung), ulat sangkadu (melingkar seperti ulat), bintang pecah (berbentuk seperti bintang yang pecah), dan bungong sunteng (berbentuk kelopak bunga). Culok Ok dipakai dengan cara menusukkannya ke dalam sanggul atau dimasukkan melalui samping sanggul untuk menambah keanggunan tatanan rambut.
10. Simplah
Simplah adalah perhiasan berbahan emas atau perak sepuh emas yang dikenakan oleh wanita Aceh di bagian dada. Simplah terdiri dari 24 lempengan berbentuk segi enam dan dua lempengan berbentuk segi delapan, masing-masing dengan hiasan motif daun atau bunga serta permata berwarna merah di bagian tengahnya. Lempengan-lempengan ini dihubungkan dengan untaian rantai berwarna keemasan untuk memperkuat kesatuan keseluruhan simplah.
Advertisement