10 Kebiasaan Buruk yang Bisa Membangun Mental Lemah dan Mudah Frustrasi, Segera Jauhi

Kesehatan mental yang kokoh adalah landasan penting untuk menjalani hidup yang lebih bahagia dan produktif.

oleh Miranti diperbarui 23 Sep 2024, 07:14 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2024, 07:14 WIB
Gangguan Kecemasan
Ilustrasi Gangguan Kecemasan Credit: pexels.com/Moose

Liputan6.com, Jakarta Kesehatan mental yang kokoh adalah landasan penting untuk menjalani hidup yang lebih bahagia dan produktif. Namun, tanpa disadari, banyak orang terjebak dalam kebiasaan buruk yang justru melemahkan kondisi mental dan meningkatkan tingkat stres. Kebiasaan-kebiasaan ini, jika dibiarkan, dapat memicu overthinking, kecemasan berlebihan, dan bahkan mempengaruhi kesehatan fisik.

Sering kali, kebiasaan sehari-hari yang tampaknya sepele dapat memengaruhi kekuatan mental kita secara signifikan. Beberapa kebiasaan negatif ini dapat memicu stres, kecemasan, dan overthinking, sehingga membuat mental kita menjadi lemah.

Dalam artikel ini, mari membahas 10 kebiasaan yang perlu dihindari untuk menjaga kesehatan mental yang optimal. Simak selengkapnya di bawah ini sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Sabtu (21/09/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Sering Menunda-nunda

wanita september move on
Merasa sedih./Hak cipta freepik.com/author/freepik

Kebiasaan menunda-nunda merupakan salah satu penyebab utama stres. Saat seseorang terus-menerus menunda pekerjaan atau tanggung jawab, mereka menciptakan tekanan yang tidak perlu dalam pikiran mereka. Tugas-tugas yang tertunda akan meningkatkan kecemasan dan membuat pikiran dipenuhi dengan kekhawatiran.

Akibatnya, otak bekerja lebih keras untuk menemukan solusi atas pekerjaan yang belum selesai, yang memicu overthinking. Prokrastinasi juga menciptakan lingkaran setan di mana semakin banyak hal yang ditunda, semakin besar rasa kewalahan yang dirasakan.


2. Perfeksionisme Berlebihan

Fimela - Stres
Gambar bekerja/copyright fimela

Walaupun memiliki standar tinggi adalah sesuatu yang positif, perfeksionisme yang berlebihan malah bisa mengganggu produktivitas dan kesejahteraan mental. Ketika seseorang terlalu terobsesi dengan kesempurnaan, mereka sering merasa tidak pernah puas dengan hasil apapun yang mereka peroleh.

Hal ini menimbulkan tekanan emosional yang besar dan sering kali berakhir dengan kekecewaan. Sikap perfeksionis cenderung membuat seseorang mengkritik diri sendiri secara berlebihan, yang hanya memperburuk kondisi mental mereka.

 

 


3. Selalu Mengkhawatirkan Masa Depan

Fimela - Stres
Gambar kesedihan/copyright Fimela

Masa depan kerap kali menjadi sumber kecemasan yang tak berujung. Individu yang sering mencemaskan masa depan cenderung terperangkap dalam pola pikir "bagaimana jika" yang tidak sehat. Kebiasaan ini menghalangi seseorang untuk fokus pada waktu kini, yang akhirnya memicu overthinking. Terlalu sering memikirkan skenario negatif tentang masa depan juga melemahkan mental dan membuat seseorang merasa cemas tanpa alasan yang jelas.


4. Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Fimela - Stres
Gambar murung/copyright Fimela

Di zaman media sosial, membandingkan diri dengan orang lain menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Kebiasaan ini merugikan kesehatan mental, karena kita cenderung melihat hanya sisi terbaik dari kehidupan orang lain tanpa mengetahui perjuangan yang mereka lalui.

Membandingkan diri dengan orang lain dapat membuat seseorang merasa tidak cukup baik atau selalu merasa kurang. Ini tidak hanya menimbulkan rasa tidak puas dalam hidup, tetapi juga meningkatkan stres dan overthinking mengenai pencapaian pribadi.


5. Kurang Tidur dan Istirahat

pekerja stres
gambar/fimela/adrian putra

Kurangnya tidur merupakan salah satu faktor paling signifikan yang dapat mengganggu kesehatan mental. Tidur yang memadai adalah waktu di mana otak memproses informasi dan memulihkan energi kita. Ketika tidur terganggu, otak tidak dapat berfungsi dengan optimal, yang meningkatkan risiko stres dan berpikir berlebihan. Orang yang kurang tidur cenderung lebih mudah tersinggung, cemas, dan kesulitan berpikir jernih. Istirahat yang cukup sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional.


6. Berpikir Negatif Secara Berulang

Fimela - Stres
gambar stres di tempat kerja/copyright fimela

Ruminasi adalah kebiasaan berpikir negatif secara terus-menerus mengenai situasi atau peristiwa tertentu. Kebiasaan ini bisa sangat merusak karena memperpanjang penderitaan emosional dan membuat seseorang sulit untuk melupakan masalah.

Ketika seseorang terus-menerus merenungkan hal-hal yang sudah berlalu atau mengkhawatirkan hal-hal yang berada di luar kendali mereka, itu menciptakan siklus overthinking yang tidak sehat. Ruminasi tidak hanya membuat seseorang merasa terjebak dalam masalahnya, tetapi juga meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.


7. Menghindari Masalah

Fimela - Stres
gambar kerja stres/hak cipta fimela

Menghindari masalah atau konflik bukanlah cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah. Kebiasaan ini hanya menunda penyelesaian dan memperbesar masalah. Menghindari konfrontasi atau tanggung jawab hanya akan memperpanjang stres yang dirasakan.

Seseorang yang terus-menerus menghindari masalah cenderung merasa terperangkap, cemas, dan tidak mampu mengatasi tantangan hidup. Menghadapi masalah secara langsung dan mencari solusi adalah cara yang jauh lebih efektif untuk menjaga kesehatan mental.

 

 


8. Tidak Memiliki Batasan yang Jelas

Fimela - Stres
Gambar Stres/hak cipta fimela

Ketidakmampuan untuk menetapkan batasan yang sehat, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional, seringkali menjadi penyebab utama stres. Seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain dan mengabaikan kebutuhannya sendiri akan mudah mengalami kelelahan emosional.

Kurangnya batasan yang jelas dapat membuat seseorang merasa terbebani oleh ekspektasi orang lain, yang pada akhirnya membuat mereka merasa tidak berdaya. Kebiasaan ini juga dapat mengurangi kepercayaan diri dan membuat seseorang rentan terhadap stres.


9. Tidak Memiliki Rencana atau Tujuan

karakter zodiak
ilustrasi kepribadian perempuan/Photo by alexandra lammerink on Unsplash

Hidup tanpa tujuan atau rencana dapat memicu atau membuat seseorang merasa tidak terarah dan cemas. Memiliki visi atau target membantu memberi makna dan motivasi, sehingga bisa mengurangi rasa stres.


10. Terlalu Fokus pada Hal-hal yang Tidak Dapat Dikontrol

Fimela - Stres
Gambar tentang stres di tempat kerja/copyright fimela

Kebiasaan untuk memikirkan hal-hal yang berada di luar kendali kamu, seperti pendapat orang lain, kondisi cuaca, atau peristiwa yang sudah terjadi, adalah salah satu sumber utama stres dan overthinking.

Ketika seseorang terus-menerus memusatkan perhatian pada apa yang tidak bisa mereka ubah, mereka mengabaikan apa yang bisa mereka kendalikan dalam hidupnya. Ini menciptakan rasa frustrasi dan kecemasan yang tidak perlu. Mengalihkan fokus pada hal-hal yang dapat kamu kendalikan adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan mencegah stres berlebihan.

Bagaimana Mengubah Kebiasaan Ini?

Menyadari kebiasaan-kebiasaan negatif ini adalah langkah pertama untuk memperbaiki kesehatan mental dan mengurangi stres. Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang bisa diambil untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan sehari-hari:

1. Berlatih Mindfulness: Cobalah untuk lebih fokus pada saat ini daripada khawatir tentang masa lalu atau masa depan. Mindfulness dapat membantu mengurangi overthinking dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

2. Mengatur Prioritas: Jangan terlalu banyak menunda pekerjaan. Buatlah daftar prioritas yang realistis setiap hari untuk menghindari perasaan kewalahan.

3. Beristirahat yang Cukup: Pastikan untuk mendapatkan tidur yang cukup dan waktu istirahat yang memadai. Tubuh yang cukup istirahat akan lebih siap menghadapi stres sehari-hari.

4. Belajar Menetapkan Batasan: Penting untuk belajar mengatakan "tidak" dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan diri sendiri dan orang lain. Ini akan membantu mencegah kelelahan emosional.

5. Menghargai Diri Sendiri: Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah pada pencapaian pribadi dan kemajuan diri. Menghargai diri sendiri adalah kunci untuk membangun kepercayaan diri yang kuat.

Dengan memperbaiki kebiasaan negatif ini, kamu dapat membangun mental yang lebih kuat dan meningkatkan kualitas hidup. Sahabat Fimela, pahamilah bahwa kesehatan mental adalah proses yang berkelanjutan, dan setiap langkah kecil menuju perbaikan adalah langkah yang berharga.

Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya