Liputan6.com, Jakarta Indonesia baru-baru ini mengalami deflasi tahunan sebesar 0,09 persen pada Februari 2025, yang menandai deflasi pertama dalam 25 tahun terakhir. Menurunnya harga barang dan jasa ini menjadi perhatian publik, mengingat dampaknya yang luas terhadap perekonomian. Meskipun tampaknya menguntungkan bagi konsumen, fenomena ini mengundang banyak pertanyaan: apakah ini menunjukkan pelemahan ekonomi atau sekadar siklus penyesuaian harga?
Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa itu deflasi. Deflasi merujuk pada penurunan harga barang dan jasa secara berkelanjutan dalam periode tertentu. Dalam kondisi ini, daya beli masyarakat meningkat karena uang yang dimiliki dapat membeli lebih banyak barang dan jasa. Namun, deflasi yang berlarut-larut bisa memunculkan dampak negatif yang serius bagi perekonomian negara.
Advertisement
Penyebab deflasi bisa sangat kompleks, mulai dari penurunan permintaan barang dan jasa, kebijakan moneter yang ketat, hingga meningkatnya pasokan barang yang melebihi kebutuhan pasar. Dampaknya pun bervariasi, mulai dari melambatnya aktivitas ekonomi hingga risiko resesi yang lebih besar. Oleh karena itu, Indonesia perlu belajar dari pengalaman negara lain, seperti Jepang, yang mengalami deflasi berkepanjangan yang dikenal sebagai "the lost decade."
Advertisement
1. Apa Itu Deflasi?
Deflasi adalah kondisi ekonomi yang terjadi ketika harga barang dan jasa di pasar mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. Berbeda dengan inflasi yang justru menyebabkan harga barang naik, deflasi menguntungkan konsumen karena daya beli meningkat. Namun, deflasi yang berlarut-larut dapat menyebabkan stagnasi ekonomi yang serius.
Menurut Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Indonesia mengalami deflasi pada Februari 2025 sebesar 0,09 persen tahunan. Ini adalah deflasi pertama dalam 25 tahun terakhir, yang tentunya membawa dampak bagi perekonomian negara.
Penyebab utama deflasi termasuk menurunnya permintaan barang dan jasa, kebijakan moneter yang ketat, serta meningkatnya persediaan barang yang tidak diimbangi dengan permintaan. Ini semua berujung pada penurunan harga, yang meskipun menguntungkan konsumen, bisa merugikan produsen dan pelaku usaha.
Advertisement
2. Penyebab Utama Deflasi
Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya deflasi, yang paling umum adalah penurunan permintaan barang dan jasa, kebijakan moneter yang ketat, serta peningkatan pasokan barang yang berlebihan. Secara rinci, penyebabnya bisa dijelaskan sebagai berikut:
Penurunan Permintaan: Ketika konsumen mengurangi pengeluaran karena ketidakpastian ekonomi, permintaan terhadap barang dan jasa menurun. Akibatnya, produsen menurunkan harga untuk menghabiskan stok yang ada. Ini bisa memicu deflasi yang lebih luas.
Peredaran Uang yang Menurun: Kebijakan moneter yang ketat, seperti kenaikan suku bunga, dapat mengurangi peredaran uang di pasar. Masyarakat lebih memilih menabung daripada membelanjakan uang, yang menyebabkan penurunan permintaan dan harga barang.
Kelebihan Pasokan Barang: Jika produksi barang meningkat tetapi permintaan tetap rendah, stok barang akan menumpuk di pasar. Produsen akhirnya menurunkan harga untuk mengurangi persediaan, yang menyebabkan terjadinya deflasi.
3. Dampak Deflasi pada Perekonomian
Deflasi dapat membawa dampak positif dan negatif pada perekonomian. Bagi konsumen, penurunan harga barang dan jasa tentu menguntungkan karena daya beli meningkat. Namun, bagi produsen, deflasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan.
Dampak negatif deflasi antara lain adalah turunnya pendapatan produsen, peningkatan risiko PHK, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi deflasi yang terus berlanjut, perusahaan mungkin akan mengurangi jumlah produksi atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk mengurangi kerugian. Jika kondisi ini terus berlanjut, deflasi bisa memicu resesi ekonomi yang lebih dalam.
Selain itu, deflasi juga berisiko mengurangi pendapatan negara. Ketika produsen mengalami kerugian, mereka akan kesulitan membayar pajak, yang berdampak pada pendapatan negara.
Advertisement
4. Cara Mengatasi Deflasi
Pemerintah dan bank sentral memiliki berbagai kebijakan yang bisa diterapkan untuk mengatasi deflasi dan mengembalikan perekonomian ke jalur pertumbuhan. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
Kebijakan Moneter: Bank sentral dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong masyarakat meminjam uang dan membelanjakannya, yang dapat meningkatkan peredaran uang di pasar. Dengan cara ini, permintaan barang dan jasa dapat meningkat, yang akan membantu mengurangi deflasi.
Kebijakan Fiskal: Pemerintah bisa mempercepat belanja negara untuk proyek infrastruktur atau memberikan insentif pajak untuk mendorong konsumsi dan investasi. Ini akan membantu mengembalikan daya beli masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Kebijakan Non-Moneter: Selain kebijakan fiskal dan moneter, penting juga untuk mendorong masyarakat agar kembali mengkonsumsi barang dan jasa. Edukasi tentang pentingnya menjaga keseimbangan konsumsi dan investasi juga menjadi kunci dalam mengatasi deflasi.
5. Pertanyaan dan Jawaban Seputar Deflasi
Q: Apa yang dimaksud dengan deflasi?
A: Deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara terus-menerus dalam periode tertentu. Meskipun menguntungkan bagi konsumen, deflasi yang berlangsung lama dapat merugikan perekonomian.
Q: Apa penyebab utama deflasi?
A: Penyebab utama deflasi meliputi penurunan permintaan barang dan jasa, kebijakan moneter yang ketat, serta peningkatan pasokan barang yang melebihi permintaan.
Q: Apa dampak negatif dari deflasi?
A: Dampak negatif deflasi antara lain penurunan pendapatan produsen, meningkatnya PHK, dan potensi resesi ekonomi.
Q: Bagaimana cara mengatasi deflasi?
A: Untuk mengatasi deflasi, pemerintah dapat menerapkan kebijakan moneter, fiskal, dan non-monetar yang mendukung pemulihan perekonomian.
Advertisement
