Kisah Azan Terakhir Bilal yang Bikin Semua Orang Menangis

Bilal bin Rabah, dialah sahabat yang disebut Rasulullah, telah terdengar suara langkah sandalnya di surga.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Apr 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2020, 18:00 WIB
[Bintang] Ilustrasi Adzan Maghrib
Berikut jadwal buka puasa di bulan Ramadan 2017. (Sumber Foto: Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada waktu yang paling menyedihkan bagi Bilal bin Rabah selain hari itu. Bukan saat dia dicambuki oleh majikannya Ummayah bin Khalaf, hingga punggungnya hancur. Bukan pula ketika dia dibakar terik gurun dan ditimpa batu besar. Atau saat lehernya diikat dan diarak keliling Makkah bagai hewan.

Hari itu, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah atau 8 Juni tahun 632 Masehi. Rasululullah SAW wafat. Bilal merasa kehilangan semuanya. Sosok seorang Nabi, pemimpin umat, pembebas, dan sahabat terbaiknya.

Semasa Rasulullah SAW hidup, setiap hari Bilal mengumandangkan azan. Suaranya merdu. Mengalun di atas langit Madinah. Seakan mengetuk setiap pintu rumah. Mengajak orang untuk sujud bersama menghadap Rabbnya.

Cuma tiga hari Bilal sanggup mengumandangkan Azan setelah Rasulullah SAW wafat. Bilal selalu berhenti pada kalimat "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah".

Betapa sedihnya Bilal saat mengucapkan kalimat itu. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dia selalu menangis tersedu-sedu sebelum bisa menyelesaikan azan.

Bilal kemudian menghadap Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. Dia meminta izin untuk tidak lagi mengumandangkan azan. Bilal tak sanggup menjadi muazin selain untuk salat yang diimami Rasulullah SAW.

Sejak saat itu, tak pernah lagi terdengar kumandang azan yang merdu dari Bilal bin Rabah.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pindah ke Syam

Ilustrasi hijrah (Istimewa)
Ilustrasi hijrah (Istimewa)

Saat Umat Islam hendak merebut Syam. Bilal meminta izin Khalifah Umar bin Khattab untuk ikut dalam rombongan pasukan Muslim. Dengan berat hati Umar pun mengizinkan Bilal berangkat.

Dalam Buku Para Sahabat Nabi yang ditulis Dr Abdul Hamid as-Suhaibani dan diterbitkan Penerbit Darul Haq, disebutkan suatu ketika, Khalifah Umar mengunjungi Syam. Di sana dia bertemu Bilal kembali.

Para sahabat meminta Umar membujuk Bilal agar mau mengumandangkan azan walau hanya untuk satu kali salat di Syam. Maka Bilal kemudian memenuhi permintaan Sang Khalifah. Dia naik ke atas menara dan mengalunlah azan dari muazin kesayangan Rasulullah itu di Syam.

Umar bin Khattab menangis tersedu-sedu. Begitu juga para sahabat dan orang-orang Muslim di sana tak kuasa menahan tangisnya mendengar suara Bilal yang begitu dirindukan. Mengingatkan mereka kembali ke zaman Rasulullah SAW yang sangat mereka cintai.

 

Azan Terakhir Bilal

Jamaah Wafat Usai Kumandangkan Azan Subuh
Usai mengumandangkan azan subuh, Ahmed Hikmi terjatuh dan meninggal dunia.

Suatu hari Bilal yang telah tinggal di Syam bermimpi bertemu Rasulullah. Kerinduannya memuncak. Dia pun segera pulang ke Madinah.

Bilal menangis di Makam Rasulullah. Dia kemudian mengunjungi cucu Nabi, Hasan dan Husein. Dipeluknya dua pemuda kesayangan Nabi itu dengan penuh haru. Keduanya meminta Bilal mengumandangkan azan.

"Kami ingin mendengarkan azan-mu, hai muazin Nabi, sebagaimana pada masa Rasulullah." 

Ibnu Katsir menuliskan dalam kitabnya al-Bidayah wan Nihayah yang dikutip nu.or.id, Bilal mengabulkan permintaan keduanya. Dia naik ke menara dan berkumandanglah suara azan yang sangat indah.

Suara khas Bilal yang dulu mampu menggetarkan Madinah. Penduduk kota tersentak kaget. Hampir semua keluar dari rumah dan berlari menuju ke masjid.

Puncaknya ketika sampai pada kalimat "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah". Bilal tak sanggup melanjutkannya. Dia kembali menangis. Betapa rindunya dia dengan Rasulullah SAW.

Orang-orang yang tiba di masjid juga menangis. Mereka merasakan kesedihan yang begitu dalam. Hari itu Bilal kembali membuka kenangan mereka akan Rasulullah.

 

Meninggal Karena Wabah

Ilustrasi hijrah (Istimewa)
Ilustrasi hijrah (Istimewa)

Tahun 20 Hijriah, wabah penyakit menjangkiti penduduk Syam. Bilal bin Rabah salah satu yang terkena penyakit tersebut. Wajahnya pucat dan matanya terlihat sangat cekung.

Saat kematiannya sudah dekat, Bilal berbisik pada istrinya. “Besok kita akan bertemu dengan orang-orang yang kita cintai, Muhammad dan golongan orang-orang yang bersamanya,” 

Bilal menyambut kematiannya dengan kepasrahan dan kebahagiaan akan bertemu dengan Rasulullah. Budak yang dulu dimerdekakan oleh Islam. Muazin pertama dalam Islam. Sahabat yang mulia.

Dialah pria yang disebut Rasulullah, telah terdengar suara langkah sandalnya di surga.

 

Reporter: Ramadhian Fadillah

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya