Cerita Warga Badui Mualaf Jalani Ramadan

Warga Badui mualaf selama Ramadan juga lebih memperdalam kajian ilmu agama Islam.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mei 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2020, 11:00 WIB
Kesaksian Warga Badui yang Baru Memeluk Islam
Kesaksian Warga Badui yang baru memeluk Islam. (Liputan6.com/Fadjriah Nurdiarsih)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Badui yang memeluk agama Islam atau mualaf di pemukiman Kampung Landeuh, Desa Bojong Menteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten rutin melaksanakan pengajian.

Kegiatan rutin pengajian itu mulai dari membaca Alquran hingga mendengarkan tausiah yang disampaikan ustaz. Termasuk saat Ramadan.

"Kami merasa tenang setelah memeluk agama Islam, bisa belajar mengaji untuk memperdalam nash Alquran, tauhid, fiqih, dan ibadah salat lima waktu juga puasa Ramadan dan salat taraweh," ujar Kesih Samsiah (40) seorang mualaf warga Badui, seperti dilansir Antara, Minggu (17/5/2020).

Warga Badui itu selama Ramadan juga lebih memperdalam kajian ilmu agama Islam. Anak-anak mereka pun mendapatkan bantuan dari Yayasan At Taubah BSD Tangerang untuk mengenyam pendidikan di sekolah umum dan pondok pesantren.

"Kami di sini bersama kaum ibu-ibu lainnya setiap hari menimba ilmu agama Islam melalui pengajian yang dipandu ustaz itu," kata Kesih.

Menurut dia, dirinya memeluk agama Islam sejak usia 15 tahun bersama kedua orangtuanya dan kini bersama suami bernama Sudin (40) warga Badui yang juga menjadi mualaf.

Kesih bercerita, kedua orangtuanya memeluk agama Islam saat tinggal di perumahan yang berada di luar kawasan hak ulayat mayarakat Badui dan menempati bangunan rumah beratap genteng serta tembok.

Menurut dia, penggunaan bangunan perumahan itu bertentangan dengan adat Badui, sehingga orangtuanya sangat keberatan dengan adat tersebut hingga orangtuanya bernama Arman sekeluarga memeluk agama Islam.

"Kami sekarang tinggal di pemukiman Kampung Landeuh dengan orangtua," ucap Kesih.

Masyarakat Badui mualaf yang tinggal di Kampung Landeuh, Desa Bojong Menteng difasilitasi Yayasan At Taubah BSD Tangerang dengan membangun 45 rumah. Dari jumlah itu, hanya 35 rumah yang dihuni dengan 120 jiwa.

Mereka tinggal di pemukiman itu sudah tiga tahun terakhir dengan lahan seluas lima hektare, termasuk pembangunan masjid.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cerita Warga Badui Lain

Salim, Peserta Terkecil Badui Seba
Salim peserta terkecil Badui Seba. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Kemudian, Siti Halimah (50), warga Landeuh Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak mengaku, dirinya juga keturunan dari nenek dan kakeknya asli keturunan suku Badui, namun orangtuanya memeluk agama Islam.

Saat ini, dirinya merasa senang tinggal di perumahan yang dibangun Yayasan At Taubah karena bisa memperdalam ilmu agama Islam melalui pengajian dengan pola metode mendengarkan ceramah-ceramah yang disampaikan ustaz maupun kiai. Selain itu juga dirinya belajar iqra atau membaca Alquran dengan tajwid.

"Kami merasa bersyukur memeluk Islam dan bisa mengikuti pengajian hingga menambah wawasan dan pengetahuan ajaran Islam lebih luas," kata Siti.

Sementara itu, Yani (35) warga Badui mualaf mengaku dirinya tinggal di pemukiman Kampung Landeuh bersama suami, bisa mengikuti pengajian secara langsung dengan belajar membaca Alquran.

Para ustaz dan kiyai menuntun membaca Al Quran dengan baik dan benar, seperti surat Alfatiha dan surat lainnya.

Biasanya, pengajian ibu-ibu dilaksanakan setiap hari mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Sedangkan, pengajian untuk bapak-bapak digelar pukul 20.00 WIB sampai 22.00 WIB.

Namun, selama Ramadan pengajian rutin dilaksanakan untuk menongkatkan keimanan kepada Allah SWT.

"Kami dan keluarga merasa bahagia bisa mengikuti pengajian itu, karena Islam ternyata diwajibkan belajar untuk memiliki ilmu pengetahuan," jelas Yani.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya