Kisah Kakek Mbah Moen Thawaf Bersama Para Malaikat di Ka'bah, Karomah Wali

Salah satu karomah yang masih banyak dikisahkan adalah ketika kakek Mbah Moen, KH Ahmad bin Syu'aib thawaf bersama malaikat di Ka'bah

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Feb 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2024, 04:30 WIB
Ilustrasi - Ka'bah zaman Makkah kuno. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrasi - Ka'bah zaman Makkah kuno. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik KH Maimoen Zubair bukanlah sekadar ulama. Kiai yang akrab disapa Mbah Moen adalah guru dari para guru-guru kita, sehingga dijuluki syaikhona.

Bahkan, Mbah Moen diyakini adalah seorang wali Allah. Banyak karomah Mbah Moen yang disaksikan selama hidupnya.

Bahkan, hingga wafatpun karomahnya masih bisa tampak. Salah satunya adalah jenazah utuh walau sudah dimakamkan kurang lebih setahun di Ma'la, Makkah.

Leluhur Mbah Moen merupakan keluarga ulama besar. Ayah dan kakek-kakeknya juga merupakan waliyullah, atau kekasih Allah.

Salah satu karomah leluhur Mbah Moen yang masih banyak dikisahkan adalah ketika kakek Mbah Moen, KH Ahmad bin Syu'aib thawaf bersama malaikat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jemaah Haji Kurang dari 600 Ribu

Potret Penggantian Kiswah Ka'bah
Potret penggantian kiswah atau kain penutup Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah pada malam tahun baru 1 Muharram 1445 Hijriah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Dikisahkan dalam laman Facebook putra Mbah Moen, Gus Taj Yasin Maimoen suatu hari KH Maimoen Zubair membaca kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghozali. Sampailah beliau pada redaksi,

قال صلى الله عليه وسلم: إن الله عز وجل قد وعد هذا البيت أن يحجه كل سنة ستمائة ألف، فإن نقصوا أكملهم الله عز وجل من الملائكة

Dalam redaksi ini beliau menjelaskan bahwa Allah Swt telah berjanji kepada Ka'bah bahwa setiap tahunnya akan dikelilingi dengan berhaji oleh orang sebanyak enam ratus ribu.

Bila kurang dari jumlah tersebut, Allah akan menggenapkan kekurangan tersebut dengan Rijalul Ghaib atau Malaikat. Bila lebih dari jumlah itu, maka Allah akan melakukan sesuai dengan kehendaknya.

"Nek luwih, Akeh sing mati". (Bila lebih dari jumlah itu, maka banyak yang mati)," jelas Mbah Maimoen Zubair mengutip dawuh Mbah Ahmad bin Syu'aib, kakek beliau, dikutip dari laman NU Online, Rabu (14/2/2024).

Peristiwa haji dengan jamaah kurang dari 600 ribu pernah dialami langsung oleh Mbah Maimoen pada tahun 1950 saat beliau berhaji pada umur 23 tahun. Kala itu Mbah Maimoen berhaji bersama KH Ahmad bin Syu'aib, kakek beliau dari jalur ibu.

Mendapati Banyak Rijalul Ghaib

Almaghfurlah KH Maimoen Zubair (Mbah Moen)
Almaghfurlah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Sumber foto: NU Online)

Pada waktu itu Mbah Ahmad bin Syu'aib tiap malam selalu melakukan thawaf dan beliau mendapati banyak Rijalul Ghaib ikut thawaf.

"Dan bila orang yang haji kali ini kurang dari enam ratus ribu, maka akan banyak Rijalul Ghaib yang turun untuk berhaji, wali-wali Allah akan banyak terlihat," kata Gus Taj Yasin.

Selain sebagai Fardu Ain bagi setiap orang yang mampu dan belum berhaji, ibadah haji juga merupakan ibadah fardu kifayah bagi seluruh orang Islam di penjuru dunia. Hal ini lanjutnya, dari segi menghidupkan Ka'bah dengan ibadah thawaf.

"Bila sudah ada satu orang saja di dunia ini yang melakukan haji, maka fardu kifayah tersebut telah gugur dari seluruh orang di dunia," jelasnya.

Karenanya, ketika ibadah haji untuk jemaah negara lain dibatasi pada masa pandemi Covid-19 lalu, muslim tidak berdosa karena masih ada yang melaksanakan ibadah haji, meski dengan jumlah yang sangat dibatasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya