Kisah Syekh Subakir, Ulama Persia Penakluk Penguasa Bangsa Jin di Tanah Jawa

Syekh Subakir pun melakukan perjalanan panjang menuju Jawa dengan misi yang jelas, membersihkan tanah tersebut dari pengaruh makhluk halus yang menghalangi penyebaran Islam

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jan 2025, 05:30 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2025, 05:30 WIB
syekh Subakir
Syekh Subakir (SS Youtube)

Liputan6.com, Jakarta - Kisah legendaris tentang Syekh Subakir, seorang ulama asal Persia, menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa. Dikenal sebagai sosok yang memiliki kesaktian luar biasa, Syekh Subakir dikirim oleh Kesultanan Turki Utsmaniyah pada masa Sultan Muhammad I untuk menyebarkan dakwah Islam di Nusantara.

Sebagai seorang wali, Syekh Subakir tidak hanya membawa ajaran agama, tetapi juga dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam menangani masalah gaib. Keahliannya dalam merukyah dan menghadapi makhluk halus menjadikannya pilihan tepat untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi oleh para ulama sebelumnya dalam usaha menyebarkan Islam di Jawa.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @ILMUHIKMAH24, Syekh Subakir dipercaya oleh Sultan Muhammad I untuk menghadapi tantangan spiritual yang menghalangi dakwah Islam di tanah Jawa. Masyarakat Jawa kala itu masih sangat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional dan penguasaannya oleh makhluk halus.

Syekh Subakir pun melakukan perjalanan panjang menuju Jawa dengan misi yang jelas, membersihkan tanah tersebut dari pengaruh makhluk halus yang menghalangi penyebaran Islam. Sesampainya di tanah Jawa, ia segera menemukan penyebab kegagalan dakwah ulama sebelumnya. Ternyata, banyak jin dan dedemit yang menjadi penghalang utama.

Menurut Babad Tanah Jawa, setelah mengetahui keberadaan makhluk halus yang mengganggu, Syekh Subakir memutuskan untuk menanggulangi hal tersebut dengan cara yang tak biasa. Ia membawa batu hitam yang dirajah dari Arab, yang dikenal dengan nama Rajah Aji Kalacakra, dan menancapkannya di Puncak Gunung Tidar, Magelang.

Keberadaan batu hitam tersebut menimbulkan gejolak besar di alam. Cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung, dengan angin kencang dan kilat yang menyambar. Hujan api pun melanda, membuat para makhluk halus yang ada di sekitar Gunung Tidar terpaksa melarikan diri.

Fenomena alam yang terjadi selama tiga hari tiga malam ini memaksa jin-jin dan lelembut untuk mengungsi. Beberapa di antaranya mati akibat hawa panas yang dipancarkan oleh batu tersebut. Hal ini memicu reaksi dari penguasa tanah Jawa, Sabda Palon, atau yang dikenal juga dengan Ki Semar Badranaya, raja bangsa jin.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Perundingan dengan Sabda Palon

Gunung Tidar Magelang, Jawa Tengah
Gunung Tidar Magelang, Jawa Tengah. (Dok: Instagram @gunung_tidar)

Sabda Palon merasa terganggu dengan kejadian tersebut dan memutuskan untuk mencari tahu penyebab timbulnya hawa panas. Ia pun keluar untuk menemui Syekh Subakir, dan mereka akhirnya berhadapan. Sabda Palon bertanya tentang maksud dari pemasangan batu hitam yang menyebabkan kegemparan tersebut.

Syekh Subakir menjelaskan bahwa batu hitam itu dipasang untuk mengusir makhluk halus yang mengganggu penyebaran Islam. Setelah terjadi perdebatan panjang, keduanya sepakat untuk mengadu kesaktian dalam sebuah pertarungan yang berlangsung selama 40 hari 40 malam.

Pertempuran tersebut membuat seluruh tanah Jawa berguncang, disertai cuaca buruk yang tak henti-hentinya. Namun, pada akhirnya Sabda Palon merasa kewalahan dan menawarkan perundingan. Ia menyadari bahwa kesaktian Syekh Subakir sangat kuat dan tidak bisa dikalahkan begitu saja.

Perundingan antara keduanya akhirnya menghasilkan kesepakatan. Sabda Palon memberi kesempatan bagi Syekh Subakir dan para ulama lainnya untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa, dengan syarat bahwa dakwah tersebut tidak dilakukan dengan cara yang memaksa.

Selain itu, dalam kesepakatan tersebut, Sabda Palon juga memberi kesempatan kepada raja-raja Islam untuk berkuasa di tanah Jawa, namun mereka harus tetap menjaga adat dan budaya yang ada. Ajaran Islam diperbolehkan berkembang, namun harus sesuai dengan kitab yang diakui.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, Syekh Subakir dan para ulama lainnya dapat menyebarkan Islam dengan tenang tanpa gangguan dari makhluk halus. Selain di Puncak Gunung Tidar, Syekh Subakir juga membersihkan beberapa tempat angker di Jawa yang dikuasai oleh para raja jin dan makhluk halus.

 

Versi Lain Kisah Syekh Subakir

Kebun Raya Gunung Tidar
Pelataran parkir untuk para pengunjung Kebun Raya Gunung Tidar

Dalam versi lain dari kisah ini, Syekh Subakir menggunakan Tombak Kiai Panjang sebagai senjata pusaka. Tombak tersebut ditancapkan di Puncak Gunung Tidar untuk menolak bala dan mengusir makhluk halus yang mengganggu. Hawa panas yang ditimbulkan oleh tombak itu membuat para jin dan lelembut melarikan diri.

Sebagian makhluk halus yang sebelumnya berdiam di Gunung Tidar akhirnya melarikan diri ke daerah sekitar Gunung Merapi, Gunung Srandil, dan Alas Roban. Keberhasilan Syekh Subakir dalam membersihkan tanah Jawa dari pengaruh jin dan makhluk halus ini menjadi titik balik bagi penyebaran Islam di Nusantara.

Tombak Kiai Panjang yang digunakan oleh Syekh Subakir kini dijaga oleh masyarakat dan ditempatkan di Puncak Gunung Tidar. Makam tombak tersebut menjadi simbol perjuangan Syekh Subakir dalam mengusir kekuatan jahat dari tanah Jawa.

Keberhasilan Syekh Subakir dalam mengalahkan penguasa jin di Jawa membuat namanya dikenal luas. Ia menjadi sosok yang dihormati oleh masyarakat Jawa, terutama oleh kalangan pendekar, penganut ilmu gaib, dan bangsawan.

Namun, kesuksesan yang besar ini juga menimbulkan kecenderungan untuk mendewakan Syekh Subakir. Untuk menghindari hal tersebut dan menjaga aqidah umat Islam, Syekh Subakir memutuskan untuk pulang ke Persia pada tahun 1462 Masehi.

Kepulangan Syekh Subakir ke Persia dimaksudkan untuk menghentikan kefanatikan yang mulai berkembang di masyarakat Jawa. Ia ingin agar umat Islam kembali kepada ajaran tauhid yang benar tanpa terjebak dalam praktik-praktik syirik atau kefanatikan terhadap dirinya.

Dengan berakhirnya tugas Syekh Subakir di tanah Jawa, penyebaran Islam oleh Wali Songo periode pertama dapat berjalan dengan lancar. Setelah kepulangannya, posisinya sebagai figur utama dalam penyebaran Islam di Jawa digantikan oleh Sunan Kalijaga.

Nama Syekh Subakir tetap dikenang sebagai sosok ulama besar yang berhasil menaklukkan penguasa jin dan membuka jalan bagi penyebaran Islam di tanah Jawa. Kisah perjuangannya menjadi legenda yang hidup dalam sejarah dakwah Islam di Nusantara.

Kini, makam Tombak Kiai Panjang di Puncak Gunung Tidar tetap menjadi tempat yang dihormati oleh masyarakat, sebagai simbol perjuangan Syekh Subakir dalam menumbal tanah Jawa dari pengaruh makhluk halus.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya