Liputan6.com, Situbondo - Taman Nasional Baluran yang terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur (Jatim) disebut-sebut sebagai Africa Van Java. Taman Nasional Baluran memiliki luas hingga 25.000 hektare dengan banyak tipe vegetasi, mulai dari sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.
Dari sekian banyak tipe, vegetasi sabana lah yang mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran Situbondo, yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan.
Pembangunan kawasan Taman Nasional Baluran ini sudah dimulai sejak 1928 oleh AH. Loedeboer. AH. Loedeboer merupakan seorang pemburu dari Belanda yang memiliki kawasan perkebunan di Labuhan Merak dan Gunung Mesigit.
Advertisement
Baca Juga
Ia kemudian singgah di Baluran dan tertarik dengan aneka bentang alam dan hewan yang hidup di dalamnya. Pada 1930, Direktur Kebun Raya Bogor yakni KW. Dammerman mengusulkan Baluran sebagai hutan lindung.
Akhirnya pada tahun 1937, kawasan Baluran ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa. Setelah masa kemerdekaan Indonesia bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian Dunia, kawasan Baluran ditetapkan sebagai Taman Nasional pada 1980.
Ketika berkunjung ke sana, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan padang sabana yang luas, beberapa pohon, dan bebatuan, serta terdapat satwa liar, seperti gajah, rusa, banteng, burung merak, dan monyet ekor panjang. Di antara beberapa satwa tersebut, ada banteng yang menjadi maskot Taman Nasional Baluran.
Afrika mini di Jatim ini buka setiap Senin hingga Minggu, mulai pukul 07.30 sampai 16.00 WIB. Harga tiket masuk juga cukup terjangkau mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 17.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 150.000 hingga Rp 225.000 untuk wisatawan mancanegara.
(Tifani)