Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Bandung Kekeringan

Ratusan hektare areal persawahan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terancam gagal panen akibat kekeringan dan serangan hama tikus. Para petani kesulitan mengatasi masalah yang selalu datang di musim kemarau.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Jul 2006, 06:22 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2006, 06:22 WIB
040706akering-lahan.jpg
Liputan6.com, Bandung: Para petani di Kampung Pasir Leutik, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dibayangi kerugian besar pada tahun ini. Ini dikarenakan ratusan hektare tanaman padi milik mereka kekurangan air akibat kemarau panjang.

Dari pantauan SCTV belum lama ini, sawah-sawah di daerah itu sudah retak-retak dan tanaman padinya mulai mengering. Menurut Yuyu Wahyudin salah seorang petani, sejak sebulan silam sawah mereka kesulitan air. Akibat kekeringan diperkirakan hasil panen akan menurun drastis. "Biasanya kita bisa panen tiga sampai empat ton tapi sekarang paling hanya dua ton," kata Yuyu.

Keadaan sebaliknya menimpa para petani di wilayah Lamping Jati. Sawah mereka terancam hama tikus yang selalu datang seiring dengan tibanya musim kemarau. Para petani mengaku tidak dapat berbuat banyak mengatasi kondisi ini. Mereka telah mencoba berbagai jenis racun tikus namun tidak membuahkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, sedikitnya 643 hektare tanaman padi di wilayah Kabupaten Bandung terserang hama tikus. Serangan hama ini selalu terjadi saat musim kemarau panjang ketika areal persawahan mengalami kekeringan.

Sementara itu, ratusan petani dari lima desa di Kecamatan Gabus Wetan, Indramayu, Jabar, berunjuk rasa ke kantor kecamatan setempat. Aksi dipicu pembagian jatah air untuk areal pertanian yang tidak sampai ke sawah mereka.

Kedatangan para petani dari Desa Gabuswetan, Sekarmulya, Pancahan, Jenguk, dan Kamplong, langsung diterima camat setempat. Mereka meminta camat membantu petani karena sudah tiga pekan terakhir ini sawah mereka tidak lagi dialiri air. Akibatnya ribuan hektare tanaman padi terancam puso karena kekurangan air. Menurut para petani, sejumlah desa yang sebenarnya telah memiliki persediaan air cukup justru saat ini masih mendapat pasokan air.

Kekeringan juga terjadi di Pemalang, Jawa Tengah. Namun di daerah ini Dinas Pertanian setempat membantu petani dengan mengerahkan mesin penyedot air. Tapi sayangnya bantuan dari pemerintah itu belum sepenuhnya mampu mengatasi kekeringan dan memulihkan lahan padi yang terlanjur puso. Apalagi jumlah mesin penyedot air tidak sebanding dengan luas lahan yang mengalami kekeringan [baca: Kekeringan di Pemalang Meluas].

Meski begitu para petani tetap bersyukur karena hal itu sedikit membantu mereka menekan pengeluaran untuk ongkos sewa mesin penyedot air. Maklum sebelum ada bantuan mesin penyedot paling tidak mereka harus mengeluarkan ongkos sedikitnya Rp 100 ribu untuk dua hari sewa dan membeli bahan bakar.(IAN/Tim Liputan6 SCTV)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya