Kondisi sawah-sawah yang kering diperparah dengan tidak berfungsinya saluran irigasi. Tanah di persawahan pun retak-retak. Para petani mengatakan, padi yang mengering kini diberikan untuk makanan ternak, seperti kambing dan sapi. Musim paceklik ini membuat rata-rata petani merugi sebesar Rp 2 juta per satu hektare sawah.
Menurut Dadang, sekretaris desa setempat, kekeringan ini telah dilaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Tapi hingga kini belum ditemukan solusi buat mengatasinya. Diperkirakan, produksi gabah pada musim panen tahun ini menurun sekitar 50 persen.
Sejumlah daerah di Pulau Jawa juga demikian, bahkan hampir merata di sepanjang Pantai Utara Jabar, Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Di Jabar, kabupaten yang kekeringan antara lain Bandung [baca: Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Bandung Kekeringan].
Advertisement
Kawasan lain di Jabar yang juga dilanda kekeringan adalah Indramayu, dan Cirebon [baca: Tanaman Padi di Indramayu Terancam Puso]. Adapun kekeringan di Jateng terjadi di Kabupaten Pemalang, Pekalongan dan Kabupaten Banyumas. Sedangkan di Jatim, kekeringan tampak di Kabupaten Tuban dan Bojonegoro.
Musim kemarau kali ini juga membuat sekitar 1.200 warga di Desa Cipinang dan Cikebel di Kecamatan Grogol, Cilegon, Banten, kesulitan air bersih sejak dua bulan silam. Soalnya, sumur di dua desa tersebut tak lagi mengeluarkan air.
Kondisi ini kontan membuat warga di sana mengandalkan sumber air dari dua sumur yang ada di pinggiran desa. Mereka juga terpaksa mengambil air secara bergiliran untuk menghindari saling rebut. Di Banten, kekeringan juga melanda Kabupaten Serang, Lebak, dan Pandeglang. Di Daerah Istimewa Yogyakarta juga terkena dampak musim kemarau. Daerah yang belakangan ini tak diguyur air hujan adalah Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul.(AIS/Tim Liputan 6 SCTV)