Diperiksa Polisi, Bos Obor Rakyat Mengaku Sulit Seperti UMPTN

Setiyardi mengaku, saat diperiksa penyidik mempertanyakan mengenai alasan penerbitan media.

oleh Edward Panggabean diperbarui 23 Jun 2014, 20:47 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2014, 20:47 WIB
Penulis Setiyardi Negara menunjukkan buku karangannya berjudul 'Hanya Fitnah dan Cari Sensasi, George Revisi Buku' , saat peluncurannya di Jakarta, Rabu (6/1).(Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono mengaku saat diperiksa penyidik polisi mengalami kesulitan. Ia mengibaratkan menghadapi tes masuk kuliah. Kendati, ia dapat menjawab dengan baik selama diperiksa 5 jam itu.

"Pertanyaannya banyak, lebih sulit daripada ngerjain tes UMPTN, UAN, tapi berkesan. Wartawan biasa mengajukan pertanyaan sulit ya harus bisa juga jawab pertanyaan sulit. Pertanyaan baik, saya jawab baik," kata Setiyardi usai diperiksa di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (23/6/2014).

Setiyardi mengaku, saat diperiksa penyidik mempertanyakan mengenai alasan penerbitan media. "Materi biasa, mengapa menerbitkan media karena saya insan pers kontribusi. Karena itu bagian kebebasan yang kita miliki," ujarnya.

Setiyardi meminta, bila ada pemberitaan di tabloid yang diluncurkan awal Mei lalu itu ada pihak yang merasa difitnah, sebaiknya menunjukkan bukti fitnah itu melalui pemberitaan. "Kalau fitnah yang merasa difitnah buktikan. Ini proses sedang berjalan."

"Secara filosofi kalau difitnah tunjukkan, kan banyak beredar. Narasumber ada semua, yang saya tulis sudah beredar di media cetak mainstream (arus utama), semua sudah ada. Saya bisa tunjukkin ini sumbernya dari sini," sambungnya.

Setiyardi yang diperiksa penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri itu mengaku tak ada motif politik di balik pemberitaan itu. Sebab, narasumber yang dimunculkan jelas dan menunjukkan akurasi data dalam pemberitaannya.

Karena itu, Setiyardi menilai masalah ini berbeda dengan salah satu televisi nasional yang kerap menjatuhkan salah satu pasangan capres tertentu. "Anda dari Metro TV, pertanyaannya ada motif politik nggak? Saya kira tidak ada yang tidak menyerang Prabowo, kan?"

"Kalau media cetak, ya. Kalau media elektronik saya tidak setuju karena itu ranah publik," sambung Setiyardi.

Protes Kemeja Kotak-kotak

Terkait memakai baju kotak-kotak saat diperiksa penyidik Bareskrim Polri, Setiyardi mengaku sebagai bentuk protes sebagai warga DKI kepada Gubernur DKI Jokowi yang meninggalkan tugasnya. "Ini inisiatif saya pribadi. Baju saya kotak-kotak."

"Saya warga DKI, yang kecewa dibohongi oleh Jokowi. Saya boleh dong mengkritik beliau, sekarang kita tidak sedang memilih calon lurah atau calon bupati, tapi calon presiden yang akan memimpin 240 juta. Semua capres harus rela jika dikritik. Baik setelah nanti jadi presiden pun harus rela dikritik," ungkap Setiyardi.

Dengan adanya respons masyarakat terhadap tabloid edisi pertama dan kedua itu, Setiyardi pun berniat launching atau meluncurkan Obor Rakyat edisi selanjutnya secara resmi. Semua syarat yang dibutuhkan akan segera dipenuhi.

"Sekarang beredar di mini market, respons pasar seperti apa. Alhamdulillah mantab responsnya. Launching secepatnya insya Allah. Ini berbisnis seperti Surya Paloh (pemilik Metro TV) juga," papar dia.

Dalam kasus ini, Setiyardi diperiksa terkait dugaan penyebaran fitnah dan pencemaran nama baik capres Joko Widodo (Jokowi). Kuasa hukum Jokowi, Taufan Basari melaporkan penyebaran pemberitaan miring itu ke Bareskrim Polri Senin 16 Juni 2014 lalu. (Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya