Liputan6.com, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) telah melakukan pemotretan di wilayah gunung Merapi sejak 2011 hingga 2014. Diperkirakan, sisa material di puncak gunung Merapi masih banyak, maka itu besar kemungkinan terjadi lahar hujan.
Direktur Pusat Studi Bencana Alam UGM Djati Mardiatno mengatakan, perkiraan ini berdasarkan hasil pemotretan pesawat tanpa awak UAV, yang memotret sepanjang 16 km dari puncak gunung Merapi untuk melihat kondisi terkini.
Erupsi 2010 lalu, kubah atau puncak gunung Merapi menyisakan banyak material. Sehingga memasuki musim penghujan berpotensi terjadinya lahar hujan. Khususnya di sebelah selatan tenggara gunung Merapi.
"Dari hasil pemotretan tadi masih ada deposite material hasil erupsi 2010 lalu. Musim hujan maka harus waspada terhadap potensi lahar hujan. Dari foto terlihat deposite yang mengarah ke selatan tenggara yang mengarah ke sungai Gendol dan kali Woro," ujar Djati Sabtu (18/10/2014).
Djati mengatakan, tak hanya di sebelah selatan tenggara Merapi yang berpotensi lahar hujan. Di sebelah barat gunung Merapi juga berpotensi terjadi guguran material dan potensi menyebabkan lahar hujan di sebelah barat daya, jika terjadi gempa atau hujan deras.
"Sementara dari foto tadi pagi ada deposite di sebelah barat daya yang juga menunggu. Jika ada getaran sedikit dan hujan potensi terjadi guguran dan terjadi lahar hujan. Arahnya kan ke kali Putih, kali Krasak dan kali Pabelan," ujarnya.
Djati berharap, warga yang hidup di bantaran sungai yang berhulu dengan gunung Merapi agar waspada saat musim hujan. Khususnya, saat hujan dengan intensitas tinggi. Diimbau juga agar wilayah di jarak 300 meter dari sungai yang berhulu dengan gunung Merapi agar dikosongkan jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
"Kalau hujannya intens maka akan lebih mudah. Kalau berapa volume nya dan coverage nya berapa, itu kita perlu waktu. Tepi sungai harus waspada dan hati-hati. Kan direkomendasikan di jarak 300 meter tepi sungai harus kosong," imbau Djati.
Energi & Tambang