Romo Carolus, Saksi Mata Eksekusi Mati di Nusakambangan

Bukan kali ini saja pastur menjadi pendamping sekaligus saksi mata terpidana mati menghirup udara terakhirnya di depan regu tembak.

oleh Oscar Ferri diperbarui 08 Mar 2015, 06:27 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2015, 06:27 WIB
Ilustrasi eksekusi penembakan
Ilustrasi eksekusi mati

Liputan6.com, Cilacap - Romo Carolus, pastur di Gereja Santo Stephanus, Cilacap, Jawa Tengah diminta menjadi pendamping terpidana mati, Rodrigo Gularte. ‎Terpidana mati asal Brasil itu masuk daftar eksekusi mati tahap 2 yang akan dilaksanakan Kejaksaan Agung dalam waktu dekat ini.

Bukan kali ini saja pastur yang memiliki nama lengkap ‎Charles Patrick Edward Burrows itu menjadi pendamping sekaligus saksi mata terpidana mati menghirup udara terakhirnya di depan regu tembak.

Jauh sebelum ini, ia sudah pernah mendampingi 2 terpidana mati Hansen Antonius Nwaolisa dan Samuel Iwuchukwu Okoye‎. Kedua terpidana warga negara Nigeria itu ditembak mati pada 26 Juni 2008 di Bukit Nirbaya, Nusakambangan. Dan Romo Carolus saat itu menyaksikan langsung eksekusi mati kepada keduanya itu dilakukan.

Saat ditemui Liputan6.com di Gereja Santo Stephanus, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (7/3/2015), Romo Carolus menceritakan kembali bagaimana detik-detik sebelum Antonius dan Samuel tewas setelah jantungnya ditembus timah panas regu penembak.

Romo Carolus mengatakan, sebelum eksekusi kepada Antonius dan Samuel dilakukan pada pukul 23.30 WIB, ia sudah berada di Pulau Nusakambangan sejak selepas magrib. Sekitar pukul 23.00 WIB, dia kemudian dibawa petugas lembaga pemasyarakatan (lapas) ke atas Bukit Nirbaya, tempat eksekusi mati terpidana kasus narkoba itu dilakukan.

"Saya dibawa ‎dengan menggunakan truk ke atas Nirbaya. Di sana sudah ada 12 penembak bersiap," ujar pria kelahiran Dublin, Irlandia, 72 tahun silam itu.

Kedua terpidana mati itu, imbuh Romo Carolus, dipakaikan jubah hitam dengan penutup kepala. Terdapat tanda 'target' warna merah di dada sebelah kiri, tepat jantung mereka terletak.

Beberapa menit sebelum regu tembak menodongkan senjatanya ke arah kedua terpidana mati, Romo Carolus diberikan kesempatan untuk memberi kalimat-kalimat bernada doa dan spiritual kepada Antonius dan Samuel. Mengenai itu, Romo Carolus hanya bercerita‎ secara khusus mengenai Antonius.

Antonius ketika itu, sempat menyampaikan 'wasiat' untuk‎ sang istrinya kepada Romo Carolus. Wasiat itu, yakni selembar uang Rp 100 ribu dan sapu tangan yang ada di saku baju Antonius agar diberikan kepada sang istri. Istrinya ketika peristiwa itu terjadi berada di suatu tempat di Cilacap.

"Dia (Antonius) juga bilang ‎sepatu yang dikenakannya, lalu arloji yang dititip kepada sipir nanti diambil. Semuanya dia minta diberikan ke istrinya. Termasuk uang Rp 100 ribu dan sapu tangan," ucap Romo Carolus.

Romo Carolus melanjutkan, usai penyampaian wasiat untuk sang istri, Antonius juga meminta minum sebagai permintaan terakhirnya ketika itu. Segelas air mineral pun diberikan oleh sipir. Lalu Romo Carolus membantu Antonius meminum air tersebut melalui sedotan.

Air itu pun langsung habis diminum. Dan Antonius meminta air mineral kembali. "Waktu itu sipirnya bilang, kalau kamu minum lagi nanti perut kamu sakit. Tapi Antonius tetap meminta, karena dia bilang, 'Toh akan mati juga.' Akhirnya diberikan segelas lagi, tapi hanya diminum setengah," ucap Romo.

Setelah semua 'kegiatan' itu‎, Romo Carolus mundur, menjauh. Regu penembak pun mengambil ancang-ancang mengacungkan moncong senjata ke tanda 'target' di dada kiri kedua terpidana. Usai aba-aba, 12 penembak meletuskan timah panas ke dada Antonius dan Samuel, tepat mengenai tanda target, menembus kulit, menyeruak jantung mereka. Namun, dari 12 senjata yang digunakan, hanya 2 saja yang berisi peluru asli, yang lain hanya peluru hampa.

Sayang timah panas dari bedil yang mengenai jantung mereka tak membuat keduanya langsung tewas. Antonius dan Samuel masih meregang nyawa sampai sekitar 7-8 menit. Setelah itu baru mati.

"Mereka masih mengerang kesakitan. Baru setelah 7-8 menit kemudian meninggal," kata Romo Carolus.

Kini, meski belum diketahui pasti kapan eksekusi mati tahap 2 dilakukan, Romo Carolus sudah dipastikan akan kembali menyaksikan detik-detik terakhir lepasnya nyawa seorang terpidana mati karena timah panas regu tembak.

Sebab, Romo Carolus sudah ditunjuk Kejaksaan Agung menjadi pendamping terpidana mati bernama Rodrigo Gularte. Dia akan kembali mendampingi sekaligus menyaksikan langsung saat-saat terakhir ajal terpidana kasus narkotika asal Brasil itu menjemput. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya