Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah RI mengecam keras dugaan pengeboman yang mengenai Kantor KBRI di Sanaa, Yaman yang mengakibatkan 2 staf diplomat dan seorang WNI mengalami luka-luka.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai, kecaman Pemerintah RI memadai. Namun tak perlu mengambil tindakan berlebihan, atas pengeboman itu, karena 3 alasan.
"Pertama, pengeboman tidak dilakukan dengan target KBRI. Ini mengingat operasional KBRI telah dipindahkan ke Salalah, tempat yang lebih aman," ujar Hikmahanto, Senin (20/4/2015).
"Adapun yang menjadi target adalah depot amunisi, yang letaknya tidak terlalu jauh dari Gedung KBRI," sambung dia.
Kedua, kata Hikmahanto, serangan secara bertubi-tubi dan sistematis itu dapat disimpulkan Sanaa telah dijadikan war zone atau zona perang. Kendati dalam hukum humaniter--aturan perang untuk alasan kemanusiaan, penyerang harus meminimalkan penduduk sipil dan situ-situs bersejarah, serta gedung pemerintahan.
"Bila ada penduduk sipil yang menjadi korban, maka mereka akan dianggap sebagai korban yang bukan menjadi target (collateral damage)," jelas dia.
Ketiga, menurut Hikmahanto, presisi menembak ke tepat sasaran meski menggunakan alutsista yang canggih, sulit dilakukan bila serangan dari udara. "Idealnya perang di dalam kota dilakukan melalui darat, meski konsekuensinya banyak korban yang berperang akan jatuh," kata dia.
Hikmahanto menyimpulkan, pengeboman ke KBRI di Sanaa, Yaman diduga tidak sengaja. Karena itu ke depan menjadi pelajaran bagi Pemerintah RI agar memiliki lokasi kantor KBRI di negara mana pun, tidak dekat dengan instalasi militer.
Pengeboman KBRI di Yaman terjadi pada 20 April 2015 pukul 10.45 waktu setempat. Serangan tersebut mengakibatkan 2 staf diplomat dan seorang WNI terluka. Pengeboman ini juga merusak Gedung KBRI Sanaa dan seluruh kendaraan milik KBRI yang berada di area tersebut.
Sementara KBRI Sanaa menyatakan, saat ini terdapat 17 WNI yang terdiri dari staf KBRI Sanaa, anggota tim evakuasi WNI dari Jakarta dan WNI yang sedang mengungsi.
Kemlu telah menginstruksikan kepada KBRI di Yaman dan tim evakuasi di Sanaa, untuk segera mengambil langkah yang diperlukan untuk mengamankan keselamatan WNI yang berada di sana.
2 Staf diplomat dan seorang WNI yang terluka telah mendapatkan pertolongan. Seluruh WNI lainnya sudah dievakuasi ke Wisma Duta di Sanaa untuk segera berupaya menuju Hudaidah. (Rmn)
Pengamat: Pengeboman Kantor KBRI di Yaman Bukan Bagian Target
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai, Sanaa, Yaman kini telah menjadi zona perang.
diperbarui 20 Apr 2015, 19:33 WIBDiterbitkan 20 Apr 2015, 19:33 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Arti Mimpi Memeluk Wanita dari Belakang: Makna Tersembunyi di Balik Pelukan
Tok, Proyek Migas UCC Tangguh Kantongi Investasi Rp 110 Triliun
Ketika Orang Beriman Sakit, Ini Sebenarnya yang Terjadi Kata Buya Yahya
Elnusa Mulai Survei Seismik Perdana di Area Tambang Batu Bara di Kalsel
Ini Aset yang Disita Polisi Terkait Judi Online yang Libatkan Pegawai Komdigi, Jumlahnya Miliaran Rupiah
Arti Mimpi Dirampok dan Mau Dibunuh: Makna Tersembunyi di Balik Mimpi Menakutkan Ini
Kementan Punya Jurus Ampuh Jawab Tantangan Regenerasi Petani di Indonesia
Top 3 Berita Hari Ini: Maarten Paes dan Luna Bijl Liburan di Bali, Tonton Tari Kecak sampai Makan Bubur Ayam
Apa Arti Siu: Menguak Misteri di Balik Selebrasi Ikonik
Max Verstappen Kunci Gelar Juara F1 2024, Lando Norris Bidik Gelar 2025
Mengenal Kandidat Paslon Pilgub Kalimantan Utara 2024
'Open Jastip' Politik dan Pertaruhan Jokowi di Pilkada 2024