Pengamat: Demokrat Tak Bisa Pecah karena Partai Fans Club

Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai meski mulai ada riak-riak, nasib Partai Demokrat tidak akan sama seperti Golkar dan PPP.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 01 Mei 2015, 02:17 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2015, 02:17 WIB
sby
SBY saat berada di Kantor DPD Partai Demokrat Bali di Denpasar, Jumat (6/3/2015) (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang Kongres III Partai Demokrat di Surabaya pada 13-15 Mei 2015, konflik-konflik kecil sudah mulai terjadi. Sebut saja para mantan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang memprotes kebijakan DPP Partai Demokrat yang dinilai melakukan pemecatan secara sepihak.

Menurut pengamat politik Charta Politica, Yunarto Wijaya meski mulai ada riak-riak, nasib Partai Demokrat tidak akan sama seperti Golkar dan PPP. Alasannya, karakter partai tersebut seperti fans club.

"Partai Demokrat memiliki karakter partai seperti fans club. Sama seperti Gerindra dengan Prabowo atau Hanura dengan Wiranto. Jadi tidak akan mengalami hal yang sama seperti kedua partai itu (Golkar dan PPP)," ujar Yunarto di Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2015).

Yunarto pun menuturkan sistem Partai Demokrat tersebut mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

"Memang dalam sistem Demokrat, kelebihan sistem itu sulit terjadi faksi-faksi yang bisa mempecah belah partai. Tapi kelemahannya, partai sulit bergerak dengan menjadi partai modern. Ini karena faktor primordial, faktor feodalnya," jelas dia.

Dia pun menyebut Partai Demokrat dengan saham 100% yang dimiliki oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tidak mungkin jatuh seperti Golkar dan PPP.

"Jadi tidak mungkin (SBY tak terpilih lagi), dengan saham 100 persennya di Demokrat. Jadi sulit Demokrat seperti Golkar dan PPP," pungkas dia. (Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya